Innalillahiwainnailaihirojiun. Kabar duka datang dari Arab Saudi. Mufti Agung Kerajaan, Sheikh Abdulaziz Al Asheikh wafat pada hari Selasa (23/9/2025) di Riyadh. Salat jenazahnya dipimpin langsung oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Perjalanan Panjang Sebagai Mufti Agung
Dilansir dari The New York Times (24/9/2025) Sheikh Abdulaziz Al Asheikh diangkat sebagai Mufti Agung pada tahun 1999. Ia juga memimpin Dewan Ulama Senior, lembaga keagamaan resmi yang selama beberapa dekade memiliki pengaruh besar, baik di dalam negeri maupun di dunia Islam internasional, melalui fatwa-fatwa yang dikeluarkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun, seiring berjalannya waktu, otoritas lembaga ini mulai memudar. Sejak naiknya Mohammed bin Salman, banyak kebijakan konservatif yang digantikan dengan reformasi sosial, ekonomi, dan budaya yang lebih terbuka.
Meski demikian, selama lebih dari dua dekade menjabat, Sheikh Abdulaziz tetap menjadi figur penting, baik sebagai penafsir hukum Islam maupun sebagai simbol ideologi konservatif yang selama ini melekat pada identitas kerajaan.
Latar Belakang Kehidupan
Sheikh Abdulaziz lahir pada tahun 1940-an dan mengalami kebutaan sejak usia 14 tahun. Sejak kecil, ia sudah menghafal Al-Qur'an dan kemudian menekuni bidang keilmuan agama. Ia menempuh karier sebagai guru, akademisi, hingga akhirnya dikenal luas sebagai pendakwah.
Sebagai mufti, ia memimpin acara radio populer yang membuka sesi tanya jawab keagamaan langsung dengan masyarakat. Dari sana, banyak fatwanya dikenal publik, meski tidak jarang menuai kontroversi karena pandangan yang sangat konservatif.
Namun, tidak semua fatwanya berorientasi pada konservatisme yang kaku. Pada tahun 2005, ia melarang pernikahan paksa, dan pada tahun 2018, ia mendukung kebijakan kerajaan yang mengizinkan perempuan untuk mengemudi.
Mufti di Era Transformasi Kerajaan
Periode kepemimpinan Sheikh Abdulaziz bertepatan dengan berbagai momen penting. Perubahan paling besar terjadi di bawah Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Sejak 2016, ia melucuti kekuasaan polisi agama, membolehkan perempuan mengemudi, menghapus aturan jubah panjang, hingga melonggarkan syarat izin wali laki-laki.
Langkah-langkah reformasi tersebut membuat Saudi berubah drastis, sekaligus mengurangi pengaruh kelompok ulama konservatif, termasuk Dewan Ulama Senior yang dipimpin Sheikh Abdulaziz.
Menurut pengamat Mansour al-Nogaidan, "Kepergiannya menutup tabir terakhir dari Wahabi agung. Selama 25 tahun menjabat sebagai mufti agung, beliau berusaha beradaptasi dengan transformasi dan tantangan yang dihadapi kerajaan setelah peristiwa 11 September."
Kerajaan Saudi mengumumkan wafatnya Sheikh Abdulaziz tanpa merinci penyebab kematian. Salat jenazahnya dipimpin langsung oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman di Riyadh. Hingga kini, penggantinya belum diumumkan.
Sejumlah ulama dan tokoh Saudi memberikan penghormatan terakhir melalui media sosial. Mohammed AlAzzam, pensiunan profesor dan peneliti sejarah, menuliskan:
"Sepanjang hidupnya, beliau dikenal karena keimanannya, akhlaknya yang luhur, kebajikan, dan kebenarannya, serta dedikasinya dalam menuntut ilmu."
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Ribuan Orang Teken Petisi Copot Gus Yahya dari MWA UI
MUI Konfirmasi Dugaan Nampan MBG Terpapar Minyak Babi
Foto Prewedding dalam Islam, Apakah Diperbolehkan?