Siapa Nabi Syits AS yang Diwasiatkan Menjaga Nur Nabi Muhammad?

Siapa Nabi Syits AS yang Diwasiatkan Menjaga Nur Nabi Muhammad?

Indah Fitrah - detikHikmah
Kamis, 04 Sep 2025 20:00 WIB
Woman hands praying for blessing from god on sunset background
Ilustrasi Nabi Syits. Foto: iStock
Jakarta -

Nabi Syits AS dikenal sebagai putra Nabi Adam AS, meski namanya tidak tercantum dalam daftar 25 Nabi dan Rasul yang disebutkan dalam Al-Qur'an. Menurut suatu pendapat, Nabi Syits AS mendapat amanah menjaga Nur Nabi Muhammad SAW.

Dalam buku Aqidah dan Akhlak susunan Taofik Yusmansyah, jumlah nabi yang diutus Allah SWT jauh lebih banyak dari dari yang wajib diketahui umat Islam. Sebuah riwayat menyebutkan ada 124.000 nabi dan 312 di antaranya adalah rasul.

Riwayat ini juga disampaikan dari sahabat Abu Dzar Al-Ghifari RA. Beliau bertanya kepada Rasulullah SAW tentang jumlah para nabi. Rasulullah SAW menjawab, "Jumlah para nabi itu adalah seratus dua puluh empat ribu (124.000) nabi." Lalu para sahabat kembali bertanya, berapa jumlah rasul di antara mereka? Beliau menjawab, "Tiga ratus dua belas (312)." (HR At-Tirmizi)

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dari banyaknya nabi dan rasul tersebut, ada 25 yang wajib diketahui umat Islam yang kisahnya diabadikan dalam Al-Qur'an. Sementara itu, banyak nabi lainnya tidak tercantum dalam Al-Qur'an, salah satunya Nabi Syits AS. Meski demikian, perannya tetap besar, terutama setelah menerima wasiat langsung dari ayahnya, Nabi Adam AS.

ADVERTISEMENT

Wasiat Nabi Adam kepada Syits AS

Menurut kitab Qishashul Anbiya karya Ibnu Katsir, nama Syits memiliki makna Hibatullah atau "pemberian Allah". Nabi Adam AS dan Hawa memberinya nama tersebut karena kelahirannya merupakan anugerah setelah wafatnya Habil. Kehadirannya membawa harapan baru bagi Nabi Adam AS untuk meneruskan risalah dan menjaga keturunan yang saleh.

Keistimewaan Syits juga disebutkan dalam hadits riwayat Abu Dzarr. Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya Allah telah menurunkan seratus empat shahifah (lembaran). Lima puluh shahifah diturunkan kepada Syits."

Hadits ini menggambarkan betapa besar kedudukan Syits, karena ia menjadi penerima wahyu berupa suhuf yang mengandung petunjuk bagi manusia.

Tidak berhenti di situ, menjelang wafat, Nabi Adam AS pun mewasiatkan berbagai pesan penting kepada putranya ini.

Muhammad bin Ishaq meriwayatkan bahwa Nabi Adam AS mengajarkan Syits tentang pergantian siang dan malam, tata cara beribadah di waktu-waktu tersebut, serta memberi kabar mengenai peristiwa taufan yang kelak akan terjadi. Wasiat ini menunjukkan bahwa Syits dipersiapkan untuk melanjutkan peran penting dalam menjaga ajaran tauhid.

Ibnu Ishaq juga menambahkan, seluruh nasab manusia yang hidup hingga saat ini bersumber dari Syits, sebab keturunan Nabi Adam AS dari anak-anak lainnya terputus. Wallahu a'lam.

Nabi Syits AS, Penjaga Nur Nabi Muhammad SAW

Dalam buku Al-Wafa Kesempurnaan Pribadi Nabi Muhammad karya Ibnul Jauzi disebutkan riwayat Ka'ab Al-Ahbar bahwa ketika Allah SWT berkehendak menciptakan Muhammad SAW, Dia memerintahkan Jibril membawa segenggam tanah putih dari tempat kelak Nabi Muhammad SAW dimakamkan. Tanah itu dicampur dengan air surga, dicelupkan ke sungai-sungai surga, lalu dibawa mengelilingi langit dan bumi.

Dengan peristiwa itu, para malaikat mengenal Muhammad SAW beserta keutamaannya sebelum mereka mengenal Nabi Adam AS. Saat cahaya Muhammad SAW tampak di kening Adam AS, Allah berfirman:

"Wahai Adam, inilah penghulu keturunanmu dari para nabi dan rasul."

Ketika Hawa mengandung Syits, Nur Muhammad berpindah dari Nabi Adam AS kepadanya. Biasanya Hawa melahirkan dua anak sekaligus, tetapi pada kelahiran Syits hanya seorang anak, karena keistimewaan cahaya tersebut. Sejak kecil, Nabi Syits tumbuh dengan cahaya Nur Muhammad di wajahnya. Nabi Adam AS sangat memperhatikannya, sebab dari keturunan inilah cahaya itu akan terus terjaga hingga sampai kepada Nabi Muhammad SAW.

Ibnu Abbas meriwayatkan, ia pernah bertanya kepada Rasulullah SAW:

"Wahai Rasulullah, di manakah engkau ketika Nabi Adam berada di surga?"

Beliau menjawab:

"Aku berada di dalam sulbi Adam, kemudian aku turun ke bumi bersamanya. Aku berada di dalam sulbi ayahku Nuh ketika beliau menaiki kapal. Aku berada di dalam sulbi Ibrahim ketika beliau dicampakkan ke dalam api. Kedua orang tuaku tidak pernah berhubungan dengan cara zina. Allah selalu memindahkanku dari sulbi yang suci ke rahim yang suci. Tidak ada dua cabang keturunanku kecuali aku berada pada yang terbaik di antara keduanya. Allah telah menjanjikan kenabian untukku dalam Taurat, memberi kabar tentangku dalam Injil, dan membuat namaku terkenal di dalamnya. Bumi dan langit menjadi bercahaya karena wajah serta pandanganku." (HR Al-Ajurri, dan Ibnul Jauzi dalam Al-Maudhu'at)

Wallahu a'lam.




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads