Mengerjakan amal ibadah dan kebaikan lainnya sudah sepantasnya dilakukan setiap muslim. Amalan tersebut harus dijaga dengan cara menahan diri dari hal-hal buruk yang bisa menyebabkan terhapusnya amalan.
Berkaitan dengan itu, ada sejumlah perkara yang jadi penyebab hilangnya amalan dan pahala yang sudah diperoleh muslim. Hal ini menyebabkan usaha muslim dalam beramal baik jadi sia-sia.
Apa saja perkara itu?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Pengertian Wara dalam Islam dan Tingkatannya |
5 Perkara yang Menyebabkan Terhapusnya Amalan dan Pahala
1. Ujub
Ujub adalah sifat buruk yang sebaiknya dihindari manusia. Menukil dari Minhaj al-'Abidin ila Jannah oleh Imam Al Ghazali yang diterjemahkan M Rofiq, hakikat ujub adalah merasa besar terhadap amal saleh yang telah dilakukan.
Ujub bisa terjadi pada tiga hal, yaitu menyebutkan kemegahan diri sendiri, manusia dan sesuatu yang lain. Orang yang memiliki sifat ujub akan selalu merasa lebih unggul, lebih mulia dan lebih layak masuk surga dibandingkan orang lain bahkan meremehkan mereka.
Diterangkan dalam buku Dahsyatnya Ikhlas oleh Mahmud Ahmad Mustafa, Rasulullah SAW pernah menceritakan kepada para sahabat bahwasanya ada seseorang yang berkata,
"Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni si fulan." Allah SWT berfirman, "Siapakah yang bersumpah atas nama-Ku bahwa Aku tidak mengampuni si fulan Sesungguhnya Aku telah mengampuni dosanya dan Aku telah menghapus amalmu." (HR Muslim)
Dalam riwayat lain yang dijelaskan dalam buku Wonderful Honour karya Brilly El Rasheed, Imam Al Munawi menyebut bahwa Rasulullah SAW mengatakan ujub dapat menghapus amal shalih 70 tahun. Sesungguhnya 70 tahun bukanlah angka pasti melainkan kisaran untuk waktu yang panjang dan lama sebagaimana disebutkan dalam kitab Faidh Al Qadir.
Selain itu, Imam Al Munawi mengutip Syarah Imam Al Haramain yang diriwayatkan Imam Al Ghazali bahwa yang dihapus bukan pokok pahala amal selama 70 tahun, tapi hanya menghapus pelipatan pahala dari amal.
2. Syirik
Selain ujub, muslim yang memiliki sifat syirik juga akan terhapus amalannya. Dikutip dari buku Aqidah dan Etika dalam Biologi tulisan Safrida dan Dewi Andayani, syirik adalah perbuatan zalim.
Berbuat syirik berarti mendasarkan sesuatu yang tidak berhak kepada yang berhak, yaitu Allah, dan itu merupakan bentuk kezaliman.
Secara sederhana, syirik adalah perbuatan menyekutukan Allah SWT. Hal ini dilarang keras dalam Islam dan termasuk dosa besar.
Pelaku syirik akan dihapus amalannya sebagaimana diterangkan dalam surah Al An'am ayat 88,
ذَٰلِكَ هُدَى ٱللَّهِ يَهْدِى بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنْ عِبَادِهِۦ ۚ وَلَوْ أَشْرَكُوا۟ لَحَبِطَ عَنْهُم مَّا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ
Artinya: "Itulah petunjuk Allah, yang dengannya Dia memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya. Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan."
3. Zalim
Menurut buku Fiqih Akad Notaris tulisan Daeng Naja, zalim berasal dari kata dzalama-yadzlimu-dzulman yang artinya aniaya. Orang yang zalim disebut dengan zulmun.
Zalim adalah dosa yang harus ditinggalkan karena dapat merusak kehidupan seseorang atau sekelompok orang. Perbuatan ini juga tergolong menyesatkan dan membuat sengsara bagi orang yang terzalimi.
Dalam sebuah hadits diterangkan bahwa pelaku zalim akan terhapus pahala kebaikannya. Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat,
"Apakah kalian tahu siapa orang yang bangkrut itu?" Para sahabat menjawab, "Orang yang bangkrut itu adalah yang tidak mempunyai dirham maupun harta benda."
Rasulullah SAW bersabda,
"Orang yang bangkrut dari umatku ialah, orang yang datang pada hari kiamat membawa (pahala) salat, puasa dan zakat, namun (ketika di dunia) dia suka mencaci maki dan (salah) menuduh orang lain, makan harta orang lain, menumpahkan darah dan memukul orang lain (tanpa hak). Maka orang-orang yang terzalimi itu akan diberi pahala dari kebaikan-kebaikan pelaku zalim. Jika telah habis kebaikan-kebaikannya, maka dosa-dosa mereka akan ditimpakan kepadanya, kemudian dia akan dilemparkan ke dalam neraka." (HR Muslim)
4. Mengungkit-ungkit Sedekah yang Sudah Diberikan
Sedekah adalah amalan ringan dengan ganjaran yang luar biasa. Hendaknya, sedekah diberikan secara diam-diam.
Mengutip dari buku 100 Kesalahan dalam Sedekah oleh Reza Pahlevi Dalimuthe, orang yang mengungkit-ungkit sedekah bahkan menyakiti hati penerima sedekah tidak akan mendapatkan ganjaran dari sedekahnya. Artinya, amal kebaikan yang ia kerjakan terhapus dengan sia-sia.
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah ayat 264,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ لَا تُبْطِلُوا۟ صَدَقَٰتِكُم بِٱلْمَنِّ وَٱلْأَذَىٰ كَٱلَّذِى يُنفِقُ مَالَهُۥ رِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ ۖ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُۥ وَابِلٌ فَتَرَكَهُۥ صَلْدًا ۖ لَّا يَقْدِرُونَ عَلَىٰ شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوا۟ ۗ وَٱللَّهُ لَا يَهْدِى ٱلْقَوْمَ ٱلْكَٰفِرِينَ
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
5. Bermaksiat saat Sendirian
Perkara lainnya yang dapat menghapus amalan seseorang tanpa disadari yaitu bermaksiat ketika sendirian. Menurut buku Upgrade! Belajar Tanpa Tapi Berakhlak Mulia Tanpa Henti tulisan Tariman Ajabadeg, maksiat bahkan bisa merusak keimanan dan akhlak seseorang.
Bermaksiat ketika sendirian bahkan bisa menghapus pahala kebaikan sebesar gunung. Hal ini disebutkan dalam hadits Rasulullah SAW.
Dari Tsauban RA, Nabi SAW bersabda,
"Niscaya aku mengetahui suatu kaum dari umatku yang datang pada hari Kiamat dengan membawa banyak kebaikan sebesar Gunung Tihamah yang putih, tetapi kemudian Allah menjadikannya (hancur lebur) seperti debu berterbangan."
Tsauban bertanya, "Ya Rasulullah, jelaskanlah sifat-sifat mereka kepada kami agar kami tidak menyadarinya."
Beliau menjawab, "Mereka masih termasuk saudara kalian sendiri. Mereka melakukan ibadah malam sebagaimana yang kalian lakukan. Akan tetapi, jika sedang sendirian mereka berani melanggar larangan-larangan Allah." (HR Ibnu Majah)
Naudzubillah min dzalik.
(aeb/kri)
Komentar Terbanyak
Rekening Isi Uang Yayasan Diblokir PPATK, Ketua MUI: Kebijakan yang Tak Bijak
Rekening Buat Bangun Masjid Kena Blokir, Das'ad Latif: Kebijakan Ini Tak Elegan
PBNU Kritik PPATK, Anggap Kebijakan Blokir Rekening Nganggur Serampangan