Rencana Prancis Larang Berhijab di Olahraga Bikin Atlet Muslim Frustasi

Rencana Prancis Larang Berhijab di Olahraga Bikin Atlet Muslim Frustasi

Kristina - detikHikmah
Rabu, 09 Apr 2025 07:15 WIB
French weightlifting champion Sylvie Eberena trains in Mantes-la-Jolie wearing a hijab, on the outskirts of Paris, on March 26, 2025. Last year, at the age of 43, the French athlete of Muslim faith became amateur national champion in her category, to the great pride of her four children. Now she fears she will no longer be able to compete, as a bill banning religious symbols, including the Islamic veil, in sport will be examined by the National Assembly, after being approved by the Senate in February. (Photo by STEPHANE DE SAKUTIN / AFP)
Juara angkat besi Prancis Sylvie Eberena berlatih di Mantes-la-Jolie mengenakan jilbab, di pinggiran Paris, pada 26 Maret 2025. Foto: AFP/STEPHANE DE SAKUTIN
Jakarta -

Rancangan Undang-Undang (RUU) baru Prancis soal larangan berhijab di semua kompetisi olahraga akan diputuskan dalam waktu dekat. Hal ini menimbulkan kekhawatiran para atlet muslim.

Dilansir Middle East Eye, Majelis Rendah akan melakukan pemungutan suara terhadap RUU yang mendapat kecaman luas oleh para atlet muslim dan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) sebagai islamofobia itu. Aturan yang mereka sebut "undang-undang tentang sekularisme dalam olahraga" itu pertama kali diadopsi Senat, Majelis Tinggi Parlemen pada Februari.

RUU tersebut memuat larangan penggunaan tanda atau pakaian yang memperlihatkan afiliasi politik atau agama di semua kompetisi olahraga. Masing-masing federasi olahraga bertanggung jawab menetapkan aturan mereka sendiri dalam masalah ini. Beberapa di antaranya telah mengadopsi. Adapun usulan UU ini bertujuan memperluas larangan ke semua federasi olahraga.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perdana Menteri Prancis Francois Bayrou dan sejumlah tokoh penting pemerintah, termasuk Menteri Kehakiman Gerald Darmanin dan Menteri Dalam Negeri Bruno Retailleau, mendukung RUU ini.

Atlet Muslim Prancis Frustasi

RUU yang memuat larangan berhijab di kompetisi olahraga itu membuat atlet muslim Prancis frustasi. Mereka khawatir tidak bisa berkompetisi lagi.

ADVERTISEMENT

"Rasanya seperti mereka berusaha membatasi kebebasan kita lebih jauh," kata Sylvie Eberana, seorang atlet angkat besi, dikutip dari France24, Rabu (9/4/2025).

"Itu membuat frustasi karena yang kami inginkan hanyalah berolahraga," kata atlet yang semangat berlatih lima hari seminggu itu.

Dalam sistem sekuler Prancis, pegawai negeri, guru, murid dan atlet yang mewakili Prancis di luar negeri tidak boleh mengenakan simbol agama, seperti salib Kristen, kippah Yahudi, sorban sikh atau jilbab muslim yang juga dikenal dengan hijab. Undang-undang baru yang akan disahkan berusaha melarang penggunaan atribut keagamaan tersebut di semua kompetisi olahraga domestik.

Mahasiswa Muslim Prancis Mengecam

Tak hanya atlet terdampak, persatuan mahasiswa Muslim Prancis, Etudiants Musulmans de France (EMF) juga mengecam RUU yang melarang jilbab dalam olahraga. Mereka menyebut RUU itu sebagai tindakan "rasis, islamofobia, dan seksis" serta merusak prinsip kesetaraan.

"Dengan kedok membela kewarganegaraan dan ketertiban umum, hal itu sebenarnya menciptakan sub-warga negara," kata EMF dalam sebuah pernyataan di X beberapa waktu lalu, dikutip dari Anadolu Agency. EMF menyebut olahraga semakin banyak digunakan sebagai panggung diskriminasi.

Organisasi mahasiswa nasional Prancis itu menentang apa yang mereka sebut "kebijakan kontrol dan sanksi" yang secara khusus ditujukan kepada umat Islam itu.

Diketahui, RUU yang memuat larangan berhijab di kompetisi olahraga ini dikenalkan oleh politisi konservatif Prancis Michel Savin pada tahun lalu sebagai "fantasi separatisme" dalam olahraga yang mengandalkan angka tidak jelas dan marjinal untuk menciptakan masalah publik.




(kri/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads