Berburu Malam Lailatul Qadr sebagai Muslim Minoritas di Budapest

#RamadanJadiMudah by BSI

Berburu Malam Lailatul Qadr sebagai Muslim Minoritas di Budapest

Ahmad Syah Alfarisi - detikHikmah
Sabtu, 29 Mar 2025 06:30 WIB
Berburu malam lailatul qadar di negara minoritas muslim
I'tikaf di masjid Budapest, Hongaria. Foto: Ahmad Syah Alfarisi
Budapest -

Ramadhan adalah bulan yang istimewa bagi umat Islam di seluruh dunia. Di bulan ini, pahala dilipatgandakan, dosa-dosa diampuni, dan keberkahan dilimpahkan. Di antara hal-hal spesial yang ada di bulan Ramadhan, adalah Malam Lailatul Qadr, malam yang dimana amal ibadahnya, bernilai lebih baik dari ibadah selama seribu bulan.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Qadr (QS.97:1-5) :
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam Lailatul qadar.(1) Tahukah kamu apakah malam Lailatul Qadar itu? (2) Malam Lailatul qadar itu lebih baik daripada seribu bulan. (3) Pada malam itu turun para malaikat dan Rūឥ (Jibril) dengan izin Tuhannya untuk mengatur semua urusan.(4) Sejahteralah (malam) itu sampai terbit fajar. (5)"
Ada banyak sekali hadits yang menyebutkan bahwa Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk menghidupkan malam dan mengisinya dengan amal ibadah, untuk mengejar kemuliaan malam Lailatul Qadar.


Di antaranya adalah hadits dari Aisyah RA. ia berkata, "Ketika sepuluh malam terakhir (pada bulan Ramadhan) tiba, Nabi Muhammad SAW menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, dan mengencangkan sarungnya (pakaian bawahnya) (Muttafaq Alaih).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Malam Lailatul Qadr, terjadi di antara sepuluh malam ganjil terakhir pada Bulan Ramadhan, berdasarkan pada hadits Nabi SAW, dari Aisyah R.A. bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Carilah Lailatul Qadr pada malam ganjil di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan" (HR.Al-Bukhari).

Dikatakan bahwa Rasulullah SAW, ketika memasuki sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, selalu mengisi malam-malamnya dengan melakukan I'tikaf di masjid. Ibadah ini terus beliau lakukan sampai beliau wafat. Hal ini menunjukkan adanya anjuran yang benar-benar ditekankan oleh Nabi SAW agar umatnya 'memburu' kemuliaan malam Lailatul Qadr.

ADVERTISEMENT

Lalu, bagaimana dengan ibadah Ramadhan bagi umat Muslim yang hidup sebagai minoritas di negara-negara Eropa? Apakah mereka mengalami kesulitan dalam meraih keutamaan malam Lailatul Qadr?

Ahmad Syah Alfarisi, Mahasiswa Erasmus+ di Kodolanyi Janos University, Budapest, Hongaria, berbagi cerita pengalamannya dalam upaya meraih kemuliaan malam Lailatul Qadr di Budapest.

Budapest adalah ibu kota Hongaria yang terletak di Eropa Tengah. Dengan penduduk lebih dari dua juta jiwa, kota ini telah berkembang menjadi pusat kosmopolitan, yang dihuni oleh orang-orang dengan berbagai latar belakang.

Budapest juga telah menjadi salah satu destinasi favorit bagi pelajar internasional yang ingin melanjutkan studinya di berbagai universitas ternama di Eropa. Tak heran jika saat ini, banyak imigran yang menetap di Budapest, baik untuk bekerja, maupun untuk menempuh pendidikan. Di antara imigran-imigran ini pula, terdapat komunitas Muslim yang cukup besar, terutama dari Jazirah Arab, Turki, dan Asia Selatan di kota ini.

Berburu malam lailatul qadar di negara minoritas muslimBerburu malam lailatul qadar di negara minoritas muslim Foto: Ahmad Syah Alfarisi

Kehadiran mereka turut berperan penting dalam menghidupkan suasana Ramadhan di salah satu kota tercantik di Eropa ini.

Di Budapest, terdapat lebih dari lima masjid yang dapat ditemukan. Seperti di banyak negara Eropa lainnya, masjid-masjid di Budapest umumnya tidak berbentuk sebagai bangunan berdiri sendiri dengan kubah dan menara di sampingnya. Sebagian besar masjid di sini berada di dalam gedung yang menyatu dengan bangunan lain, dengan hanya sedikit tanda pengenal seperti tulisan Arab atau kata "Masjid" di pintu depannya. Karena itu, menemukan masjid di kota ini bisa menjadi tantangan tanpa adanya informasi sebelumnya.

Meskipun hidup sebagai minoritas di tengah kota Budapest, hal itu tidak menghalangi komunitas muslim di sini untuk menghidupkan suasana Ramadhan. Setiap hari selama bulan suci ini, semua masjid di Budapest menyediakan buka puasa gratis saat Maghrib, yang kemudian dilanjutkan dengan Salat Isya dan Tarawih berjamaah.

Ketika memasuki sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan, beberapa masjid, termasuk Masjid At-Taqwa, yang dipimpin oleh Imam Syekh Ahmad Abdul Aziz, juga memfasilitasi para jamaah dalam melakukan ibadah I'tikaf di masjid mereka.

Salat Tarawih di Masjid At-Taqwa dilaksanakan dalam delapan raka'at, dengan kultum singkat yang disampaikan oleh Imam setelah empat raka'at pertama. Setelah tarawih usai, banyak Jamaah yang tidak langsung pulang, melainkan menetap di masjid untuk ber-I'tikaf, dengan harapan mendapat kemuliaan malam Lailatul Qadr.

Pada pukul 12.30 dini hari, Salat Tahajud didirikan, dengan jama'ah yang mulai ramai berdatangan. Salat Tahajud ini dilaksanakan sebanyak sepuluh raka'at dengan jeda istirahat di setiap dua raka'atnya.

Terkadang, Imam juga menyampaikan tausiyah setelah empat raka'at pertama. Ibadah Salat Tahajud ini berlangsung selama dua jam, hingga pukul 2.30 dini hari.

Berburu malam lailatul qadar di negara minoritas muslimHidangan makanan untuk sahur di masjid setelah i'tikaf. Foto: Ahmad Syah Alfarisi

Pada pukul 3 dini hari, para jamaah berkumpul dan membentuk shaf rapi yang saling berhadapan, bersiap untuk menyantap hidangan sahur yang telah disediakan secara gratis oleh pihak masjid. Hidangan yang disajikan bervariasi setiap harinya, mulai dari nasi ayam, menemen (hidangan populer Turki), udang goreng, dan berbagai hidangan lainnya.

Setelah sahur, para jamaah menunggu waktu Subuh tiba dengan membaca Al-Qur'an. Setelah Salat Subuh selesai, mayoritas jamaah pulang ke rumah untuk melanjutkan aktivitas masing-masing, sementara sebagian lainnya tetap di masjid. Mereka berkumpul dalam halaqah (setengah lingkaran) untuk membaca Al-Qur'an bersama Syeikh Ahmad.

Usai halaqah, para jamaah biasanya berpencar ke sisi-sisi masjid, mengisi waktu dengan membaca Al-Qur'an atau berdzikir. I'tikaf ditutup dengan Salat Dhuha ketika waktu syuruq (matahari terbit) tiba. Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa yang melaksanakan shalat subuh secara berjama'ah kemudian dia duduk berdzikir hingga terbitnya matahari, lalu mengerjakan dua raka'at Salat Dhuha, maka dia telah mendapatkan pahala yang setara pahala haji dan umrah. Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna." (HR. Tirmidzi)

Menjadi minoritas di negeri orang, tidak membuat umat muslim di sini, melupakan kemuliaan bulan Ramadhan, terutama keutamaan Malam Lailatul Qadr. Semangat kaum Muslimin di Budapest dalam upaya meraih keberkahan di bulan Ramadhan, dapat menjadi contoh nyata bagi kita umat muslim di manapun kita berada, agar tidak menyia-nyiakan fadhilah bulan Ramadhan untuk mengisinya dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan beribadah kepada Allah SWT, khususnya dengan melakukan I'tikaf di sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan.

Semoga kita senantiasa di-ridhoi oleh Allah dan dipertemukan lagi dengan bulan Ramadhan tahun depan. Amin Ya Rabbal Alamin.

Ahmad Syah Alfarisi
PPI Turki / PPI Hongaria
Mahasiswa Erasmus+ di Kodolanyi Janos University, Budapest, Hongaria

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggung jawab penulis. (Terima kasih - Redaksi)




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads