Analisis BMKG soal Prediksi Hilal Lebaran Idul Fitri 2025

#RamadanJadiMudah by BSI

Analisis BMKG soal Prediksi Hilal Lebaran Idul Fitri 2025

Kristina - detikHikmah
Selasa, 25 Mar 2025 14:15 WIB
Ilustrasi metode hisab hakiki wujudul hilal yang digunakan oleh Muhammadiyah dalam menentukan awal bulan kamariah.
Ilustrasi pemantauan hilal. Foto: Getty Images/JasonDoiy
Jakarta -

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) merilis prediksi hilal penentu awal Syawal 1446 H atau Lebaran Idul Fitri 2025. Konjungsi terjadi pada 29 Maret 2025, tetapi posisi hilal masih di bawah ufuk.

"Untuk penentuan awal bulan Syawal 1446 H, konjungsi akan terjadi pada Sabtu, 29 Maret 2025 M, pukul 12.35.53 UT atau Sabtu, 29 Maret 2025 M, pukul 19.35.53 WIB atau Sabtu, 29 Maret 2025 M, pukul 20.35.53 WITA atau Sabtu, 29 Maret 2025 M, pukul 21.35.53 WIT," papar BMKG seperti dikutip dari laporan prakiraan hilal penentu Syawal 1446 H yang diterbitkan 17 Maret 2025 itu.

Dalam laporan berjudul Informasi Prakiraan Hilal saat Matahari Terbenam Tanggal 29 dan 30 Maret 2025 Penentu Awal Bulan Syawal 1446 H itu, BMKG memaparkan tinggi hilal saat Matahari terbenam pada 29 Maret 2025 berkisar antara -3,29° di Merauke, Papua sampai -1,07° di Sabang, Aceh. Elongasi geosentris pada waktu itu berkisar antara 1,06° di Kebumen, Jawa Tengah sampai dengan 1,61° di Oksibil, Papua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kemudian pada 30 Maret 2025, tinggi hilal di Indonesia saat Matahari terbenam berkisar antara 7,96° di Merauke, Papua sampai 11,48° di Sabang, Aceh. Elongasi geosentris berkisar antara 13,02° di Merauke, Papua sampai 14,83° di Sabang, Aceh.

"Dengan memperhatikan waktu konjungsi dan Matahari terbenam, dapat dikatakan konjungsi terjadi sebelum Matahari terbenam tanggal 29 Maret 2025 di sebagian wilayah Indonesia," simpul BMKG.

ADVERTISEMENT

Posisi hilal saat Matahari terbenam pada 29 Maret 2025 belum memenuhi kriteria MABIMS (Menteri Agama dari Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yang menjadi acuan pemerintah Indonesia untuk menentukan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah. Kriteria ini mensyaratkan ketinggian hilal minimal 3° dan sudut elongasi minimal 6,4°. Tinggi hilal saat Matahari terbenam baru memenuhi kriteria MABIMS pada 30 Maret 2025.

Selain ketinggian hilal dan elongasi geosentris, BMKG juga memaparkan umur bulan, lag, fraksi illuminasi Bulan, dan prediksi objek astronomis yang berpotensi menghalangi pengamatan hilal pada 29 dan 30 Maret 2025.

Umur bulan di Indonesia saat Matahari terbenam pada 29 Maret 2025 berkisar antara -2,22 jam di Oksibil, Papua sampai 0,84 jam di Sabang, Aceh. Kemudian pada 30 Maret 2025, umur bulan berkisar antara 21,77 jam di Merauke, Papua sampai 24,84 jam di Sabang, Aceh.

"Pada tanggal 29 dan 30 Maret 2025, dari sejak Matahari terbenam hingga bulan terbenam tidak ada objek astronomis lainnya yang jarak sudutnya lebih kecil daripada 10° dari bulan," papar BMKG.




(kri/lus)

Hide Ads