Islamofobia di AS Capai Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Islamofobia di AS Capai Rekor Tertinggi Sepanjang Masa

Kristina - detikHikmah
Rabu, 12 Mar 2025 11:15 WIB
New York is planning workshops beginning next month to give city employees and public and private employers a better understanding of Islam (AFP Photo/Mario Tama)
New York Gelar kampanye melawan islamofobia. Foto: AFP Photo/Mario Tama
Jakarta -

Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) mencatat islamofobia di Amerika Serikat (AS) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa. Diskriminasi sudut pandang terhadap mereka yang menentang genosida dan apartheid menjadi penyumbang terbesar.

Dalam laporan Hak Sipil 2025 "Unconstitutional Crackdowns" yang dirilis pada Selasa (11/3/2025), total ada 8.658 pengaduan dari masyarakat pada 2024 masuk ke kantor-kantor CAIR di seluruh negeri. Ini adalah angka tertinggi yang pernah tercatat sejak laporan CAIR pada 1996.

Angka tersebut meningkat 7,4 persen dari 8.061 pengaduan yang diterima pada 2023. CAIR menilai catatan ini menandakan memburuknya iklim islamofobia.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Debat publik yang sengit, ciri khas demokrasi yang sehat, digantikan oleh kekerasan terhadap orang-orang yang mengekspresikan pandangan yang tidak disukai secara politik pada tahun 2024. Berbicara menentang kebijakan apartheid, pendudukan, dan genosida Israel harus dibayar dengan harga yang mahal," kata Direktur Riset dan Advokasi CAIR, Corey Saylor, dikutip dari keterangan pers yang dipublikasikan dalam situs CAIR, Rabu (12/3/2025).

"Untuk pertama kalinya dalam sejarah laporan kami yang hampir 30 tahun, pengaduan yang dilaporkan kepada kami sering kali merupakan hasil dari diskriminasi pandangan, bukan identitas agama," sambungnya.

ADVERTISEMENT

Staf peneliti CAIR mengidentifikasi tiga tren utama dalam laporan tahunan itu. Salah satunya ada perubahan dalam penargetan. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, saat Muslim Amerika menjadi sasaran soal keyakinan mereka, laporan 2024 ini memperlihatkan pola yang lebih luas. Muslim bersama dengan warga Palestina, Arab, Yahudi, warga Afrika-Islam, dan warga Asia-Amerika menjadi sasaran karena menentang genosida dan apartheid.

Menurut catatan detikcom, pada pertengahan 2024 lalu, CAIR melaporkan lonjakan insiden anti-muslim dan Palestina di AS mencapai 70 persen. Lonjakan terjadi di tengah meningkatnya islamofobia akibat perang Israel di Gaza.

Perang di Gaza meletus pada 7 Oktober 2023 setelah Israel melancarkan serangan balasan kepada Hamas, kelompok pejuang untuk kemerdekaan Palestina yang berbasis di Jalur Gaza. Serangan Israel ini telah berubah menjadi kejahatan genosida yang merenggut puluhan ribu nyawa. Sementara, pemerintah AS sendiri menetapkan Hamas sebagai organisasi teroris.

Pemerintah AS Luncurkan Strategi Atasi Islamofobia

Pada Desember 2024, Pemerintahan Biden-Harris untuk pertama kalinya meluncurkan Strategi Nasional untuk Melawan Islamofobia dan Kebencian Anti-Arab. Menurut keterangan pers Gedung Putih, strategi ini dikembangkan melalui kolaborasi pemerintah dengan masyarakat sipil untuk menggambarkan dan mengatasi bias, diskriminasi, dan ancaman yang dialami Muslim dan Arab Amerika.

"Selama setahun terakhir, inisiatif ini menjadi semakin penting seiring meningkatnya ancaman terhadap komunitas Muslim dan Arab Amerika," bunyi keterangan yang dipublikasikan situs Gedung Putih, 12 Desember 2024.

Strategi ini berisi lebih dari 100 Cabang Eksekutif dan 100 Seruan untuk Bertindak bagi setiap sektor masyarakat untuk mencegah dan mengatasi serangan kekerasan dan memastikan masyarakat Muslim dan Arab Amerika menikmati kebebasan dan peluang.

Strategi tersebut memuat empat program prioritas. Di antaranya meningkatkan kesadaran akan kebencian terhadap Muslim dan Arab serta memperluas pengakuan atas warisan komunitas ini yang telah membantu AS, meningkatkan keselamatan dan keamanan bagi Muslim dan Arab, mengatasi diskriminasi terhadap Muslim dan Arab dan mengakomodasi praktik keagamaan dengan tepat, serta seruan terus membangun solidaritas lintas komunitas dan tindakan kolektif guna melawan kebencian.




(kri/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads