9 Wali Songo: Kisah dan Perannya dalam Penyebaran Islam di Nusantara

9 Wali Songo: Kisah dan Perannya dalam Penyebaran Islam di Nusantara

Indah Fitrah - detikHikmah
Kamis, 30 Jan 2025 05:45 WIB
Kisah Wali Songo Sunan Kalijaga
Wali Songo. Foto: Ilustrasi Fauzan Kamil
Jakarta -

Wali Songo adalah sembilan tokoh penting dalam sejarah penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di pulau Jawa. Mereka adalah Sunan Gresik, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Bonang, Sunan Drajat, Sunan Kalijaga, Sunan Kudus, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati.

Tentang Wali Songo

Dari buku Karamah dan Kharisma (Sebuah Kajian Analisis Wacana Kritis atas Komik Wali Songo) yang diterbitkan oleh Lawwana, menjelaskan bahwa istilah Wali Songo memiliki dua pendapat utama tentang asal-usulnya.

Pertama, Wali Songo merujuk pada sembilan tokoh penyebar Islam di Jawa. Kata wali berasal dari bahasa Arab waliyyullah, yang berarti orang yang mencintai dan dicintai Allah, sementara songo dalam bahasa Jawa berarti sembilan. Kedua, Wali Sana, yang dipopulerkan oleh Sunan Giri II, memiliki arti berbeda. Dalam bahasa Arab, sana berarti mulia, sedangkan dalam bahasa Jawa Kuno berarti wilayah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan ini menunjukkan bahwa Wali Songo bisa dipahami sebagai sembilan tokoh atau sebagai sebuah jaringan dakwah Islam yang akan terus berlanjut tanpa terikat jumlah atau waktu tertentu.

Meski tidak hidup pada masa yang persis bersamaan, para Wali Songo memiliki keterkaitan erat, baik melalui hubungan darah maupun hubungan guru-murid.

ADVERTISEMENT

Mengutip buku Wali Songo 9 Sunan susunan Noer Al, mengungkap bahwa Maulana Malik Ibrahim adalah yang tertua di antara para Wali Songo. Sunan Ampel adalah anak Maulana Malik Ibrahim, sedangkan Sunan Giri merupakan keponakannya sekaligus sepupu Sunan Ampel. Sunan Bonang dan Sunan Drajad adalah anak Sunan Ampel.

Sunan Kalijaga dikenal sebagai sahabat sekaligus murid Sunan Bonang, dan ia adalah ayah dari Sunan Muria. Sunan Kudus merupakan murid Sunan Kalijaga. Sementara itu, Sunan Gunung Jati bersahabat dengan para Sunan lainnya, kecuali Maulana Malik Ibrahim yang sudah lebih dulu meninggal.

Para Wali Songo tinggal di wilayah pantai utara Jawa pada rentang waktu awal abad ke-15 hingga pertengahan abad ke-16, dengan pusat-pusat aktivitas utama di Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, serta Cirebon di Jawa Barat.

Kisah Singkat 9 Wali Songo

Berikut penjelasan kisah singkat dari masing-masing Wali Songo.

1. Maulana Malik Ibrahim (Sunan Gresik)

Sunan Gresik, atau Maulana Malik Ibrahim, adalah wali pertama yang menyebarkan Islam di Jawa. Beliau dikenal ramah dan baik hati, sehingga disukai masyarakat.

Dikutip dari buku Islam Lokal: Sejarah, Budaya, dan Masyarakat yang diterbitkan Adab Press, menjelaskan bahwa sebelum tinggal di Gresik, beliau pernah mengajak Raja Majapahit untuk masuk Islam, tetapi ditolak. Meski begitu, beliau diberi tanah di Desa Gapura, tempat Sunan Gresik mendirikan pemukiman Islam dan pesantren pertama pada tahun 1419.

Sunan Gresik berdakwah dengan cara sederhana, seperti ikut bercocok tanam, mengajarkan teknik pertanian baru, dan membantu masyarakat mengalirkan air dari gunung ke sawah.

Sikapnya yang dekat dengan masyarakat membuat ajaran Islam mudah diterima. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang peduli terhadap orang-orang yang tersisihkan, sehingga perannya sangat penting dalam penyebaran Islam di Jawa.

2. Raden Rahmat (Sunan Ampel)

Sunan Ampel, atau Raden Rahmat, lahir dari pasangan Maulana Malik Ibrahim dan Dewi Condrowulan, putri Raja Champa. Pada 1443 M, Sunan Ampel tiba di Jawa bersama adiknya, Sayyid Ali Murtadho. Beliau menetap di wilayah Ampel Denta (sekarang Surabaya).

Sebagai ulama terkemuka, Sunan Ampel dijadikan sesepuh oleh para Wali Songo setelah Maulana Malik Ibrahim wafat. Murid-muridnya yang terkenal antara lain Sunan Giri, Sunan Kalijaga, dan Raden Patah, yang menjadi raja pertama Kerajaan Demak.

3. Sunan Giri

Berdasarkan buku Sejarah lengkap Islam Jawa susunan Husnul Hakim, Sunan Giri adalah salah satu Wali Songo yang dikenal sebagai pandhita ratu (raja sekaligus guru suci). Ia menyebarkan dakwah melalui kekuasaan, perdagangan, dan pesantren.

Pengaruh dakwahnya meluas dari Jawa hingga Kalimantan (Banjarmasin, Martapura, Pasir, dan Kutai), Sulawesi Selatan (Buton dan Gowa), Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua.

Tentang asal-usulnya, ada yang menyebut ayahnya adalah Syekh Maulana Ishaq dan ibunya Dewi Sekardadu. Sementara itu, ada pula yang mengatakan ayahnya adalah Sayyid Ya'kub dan ibunya Retno Sabodi. Namun, kedua sumber itu sama-sama menyebutkan bahwa baik Dewi Sekardadu maupun Retno Sabodi adalah keturunan Raja Blambangan.

Selain itu, menurut Raffles dalam The History of Java, Sunan Giri adalah keturunan Bhre Wirabhumi, putra Hayam Wuruk. Kata "Giri", suatu wilayah di Gresik, dinamai oleh Sunan Giri sesuai dengan nama Kutaraja Kerajaan Blambangan, Giri, yang sekarang terletak di Kota Banyuwangi.

4. Sunan Bonang

Sunan Bonang, putra Sunan Ampel, merupakan salah satu Wali Songo yang berdakwah di Jawa dengan metode akulturasi budaya, menggabungkan ajaran Islam dengan tradisi Jawa. Setelah belajar di Pasai, ia kembali ke Jawa dan menetap di Tuban, mendirikan pesantren dan menyebarkan Islam.

Ia juga sempat menjabat sebagai imam di Kesultanan Demak, sebelum mengundurkan diri pada 1503 dan pindah ke Lasem. Sunan Bonang berperan besar dalam pendirian Kerajaan Islam Demak dan memiliki murid terkenal, Sunan Kalijaga.

Selain berdakwah melalui seni, seperti gamelan, Sunan Bonang juga produktif menulis karya sastra, termasuk Suluk Sunan Bonang dan Suluk Wujil, yang menjadi media dakwah yang diwariskan hingga kini.

5. Sunan Drajat

Sunan Drajat (Raden Syarifudin) adalah salah satu Wali Songo yang berperan besar dalam penyebaran Islam di Jawa. Dari buku Sejarah Islam Nusantara susunan Rizem Aizid, Sunan Drajat lahir pada 1470 Masehi dengan nama kecil Raden Qasim, ia dikenal dengan berbagai gelar, seperti Masaikh Munat dan Sunan Mahmud.

Sunan Drajat adalah putra dari Sunan Ampel dan Nyi Ageng Manila. Sebagai seorang dai yang berdedikasi, ia membantu Raden Fatah mendirikan Kesultanan Demak dan menyebarkan Islam di Jawa.

6. Sunan Kalijaga

Sunan Kalijaga, lahir sekitar tahun 1450 Masehi dengan nama kecil Raden Said, adalah seorang wali yang terkenal dalam sejarah Islam di Jawa. Ayahnya, Arya Wilatikta, adalah adipati Tuban dan keturunan pemberontak Majapahit, Ronggolawe.

Dari buku Sejarah Kebudayaan Islam Madrasah Tsanawiyah Kelas IX susunan Dr. H. Murodi, MA, dijelaskan bahwa Sunan Kalijaga dikenal dengan berbagai nama panggilan, seperti Lokajaya, Syekh Malaya, dan Pangeran Tuban. Terdapat berbagai versi mengenai asal-usul nama "Kalijaga". Salah satunya adalah dari dusun Kalijaga di Cirebon, tempat ia pernah tinggal dan bersahabat dengan Sunan Gunung Jati.

Versi lain mengaitkan nama ini dengan kebiasaannya berendam di sungai (kali) atau "jaga kali". Ada juga yang berpendapat bahwa nama ini berasal dari bahasa Arab "qadi" yang menunjukkan statusnya sebagai penghulu (qadli dzaqa) Kesultanan Demak.

Sunan Kalijaga berperan penting dalam penyebaran Islam dengan pendekatan budaya lokal. Ia hidup pada masa pemerintahan Majapahit, Demak, Cirebon, Banten, serta mungkin Pajang dan Mataram. Selain itu, ia juga turut merancang pembangunan Masjid Agung Cirebon dan Demak.

7. Sunan Kudus

Sunan Kudus, yang nama aslinya Ja'far Shadiq, adalah salah satu Wali Songo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Jawa. Nama Ja'far Shadiq diambil dari nama moyangnya, Ja'far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali bin Husein bin Ali bin Abi Talib, yang beristri Fatimah az-Zahra binti Muhammad SAW.

Sunan Kudus dikenal karena pendekatannya yang menggabungkan ajaran Islam dengan budaya lokal, serta mendirikan Masjid Kudus yang bersejarah.

8. Sunan Muria

Sunan Muria, yang bernama asli Raden Umar Said, adalah putra Sunan Kalijaga dan Dewi Saroh. Beliau merupakan salah satu Wali Songo yang berperan penting dalam menyebarkan agama Islam di sekitar Gunung Muria, seperti Tayu, Pati, Juana, dan Kudus. Dalam perjalanan dakwahnya, Sunan Muria dikenal sebagai sosok yang lebih suka tinggal di desa-desa terpencil dan pelosok.

Dikutip dari buku Sejarah Wali Songo karya Zulham Farobi, beliau memilih tempat-tempat yang tenang untuk menyampaikan ajaran Islam, menjadikan seni sebagai media utama dalam dakwahnya.

Metode dakwah Sunan Muria dikenal halus dan bijaksana, melalui pendekatan ini, beliau berhasil menyebarkan ajaran Islam secara damai di kalangan masyarakat. Jejak perjuangannya dapat ditemukan dalam tradisi dan peninggalan di sekitar Gunung Muria.

9. Sunan Gunung Jati

Sunan Gunung Jati adalah salah satu Wali Songo yang berjasa dalam penyebaran Islam di Nusantara. Ia lahir di Pasai, Aceh, sumber lain menyebutnya di Makkah pada akhir abad ke-15, yang saat itu merupakan pusat Islam pertama di Indonesia, dan dipercaya sebagai keturunan Nabi Muhammad.

Pada awal tahun 1520-an, Sunan Gunung Jati pergi ke Makkah untuk belajar agama, lalu kembali ke Asia Tenggara. Namun, ia tidak kembali ke Pasai karena wilayah itu mulai dikuasai Portugis. Ia memilih pergi ke Demak, kerajaan Islam yang sedang berkembang, dan akhirnya menetap di Cirebon.

Bersama putranya, Hasanudin, ia juga memimpin ekspedisi ke wilayah Banten dan Pajajaran untuk memperluas pengaruh Islam. Sunan Gunung Jati wafat pada pertengahan abad ke-16 dan dimakamkan di Bukit Sembung, Cirebon.




(inf/kri)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads