Peristiwa Isra dan Mi'raj merupakan momen bersejarah penuh keajaiban yang menjadi tonggak penting dalam kehidupan spiritual umat Islam. Salah satu hal istimewa yang lahir dari perjalanan agung ini adalah kisah bacaan tahiyat ketika Isra Mi'raj, yang mengandung dialog penuh hikmah antara Rasulullah SAW dan Allah SWT.
Bacaan tahiyat tidak hanya menjadi bagian penting dalam setiap sholat, tetapi juga sarat dengan makna mendalam yang mengajarkan kita tentang keagungan, kasih sayang, dan cinta seorang hamba kepada Tuhannya. Memahami asal-usul bacaan tahiyat ini dapat membantu umat Islam menghayati setiap kalimatnya dengan lebih khusyuk dan penuh rasa syukur.
Kisah Bacaan Tahiyat dalam Sholat
Berdasarkan buku Khutbah Jumat: Tema-tema Kontemporer karya Najamuddin Petta Solong, dkk, bacaan tahiyat memiliki asal-usul yang bersumber dari dialog mulia antara Rasulullah SAW dan Allah SWT yang terjadi dalam peristiwa Isra dan Mi'raj.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa Isra dan Mi'raj adalah momen luar biasa yang tidak dapat dijelaskan sepenuhnya dengan logika manusia, melainkan harus dipahami dengan hati dan iman. Dalam peristiwa tersebut, Rasulullah SAW berkesempatan bertemu langsung dengan Allah SWT.
Di tengah kebingungan tentang bagaimana cara memberikan salam yang pantas kepada Sang Pencipta, Allah SWT mewahyukan salam yang sempurna untuk diucapkan oleh seorang hamba kepada-Nya.
Rasulullah SAW pun mendekat dan mengucapkan penghormatan, "Attahiyatul Mubarakatush Shalawatu Thayyibaatulillah," yang berarti segala pujian, penghormatan, dan pengagungan hanya untuk Allah.
Allah SWT merespons salam tersebut dengan kasih sayang dan rahmat, berfirman, "Assalamu' alika ayyuhan Nabiyyu warahmatullahi wa barakaatuh," yang artinya, "Semoga pemeliharaan dan pertolongan Allah untukmu wahai Nabi, begitu pula rahmat Allah dan segala karunia-Nya."
Mendengar balasan itu, Rasulullah SAW tidak larut dalam kebanggaan diri. Sebaliknya, beliau justru mengingat umatnya dan menunjukkan cinta yang luar biasa kepada mereka. Rasulullah SAW berkata, "Assalamu'alaina wa'ala ibadillahish shalihiin," yang berarti, "Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih."
Dialog ini mencerminkan kasih sayang dan penghormatan yang mendalam antara Rasulullah SAW dan Allah SWT. Rasulullah, sebagai pemimpin umat, tidak melupakan umatnya bahkan dalam momen paling agung sekalipun. Cinta dan perhatian beliau kepada umat Islam menjadi bukti keagungan karakter beliau sebagai utusan Allah.
Melihat peristiwa agung ini, para malaikat yang berada di Sidratul Muntaha merasa takjub. Mereka menyaksikan betapa besar kasih sayang Allah SWT dan betapa mulianya Rasulullah SAW. Dengan penuh keyakinan, para malaikat mengucapkan, "Asyhadu Alla ilaaha illallah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu wa Rasuluhu," yang berarti, "Kami bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya."
Rangkaian dialog ini kemudian menjadi bacaan tahiyat yang diucapkan dalam posisi tasyahud pada setiap sholat. Kita pun melanjutkannya dengan membaca shalawat kepada Rasulullah SAW sebagai bentuk cinta dan penghormatan kepada beliau.
Perintah Sholat saat Isra Mi'raj
Menurut buku Mengungkap Rahasia Shalat Para Nabi, kewajiban sholat lima waktu yang kita jalani sekarang baru ditetapkan pada malam ketika Nabi Muhammad SAW menjalani peristiwa Isra dan Mi'raj.
Penjelasan tentang perintah Allah SWT terkait salat lima waktu yang disampaikan kepada Rasulullah SAW saat peristiwa Isra Mi'raj dapat ditemukan dalam hadits berikut.
هِيَ خَمْسٌ، وَهِيَ خَمْسُونَ، لاَ يُبَدَّلُ القَوْلُ لَدَيَّ". قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى، فَقَالَ: رَاجِعْ رَبَّكَ. فَقُلْتُ: اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي
Artinya: "Lima waktu itu setara dengan lima puluh waktu. Tak akan lagi berubah keputusan-Ku." Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku kembali bertemu dengan Musa. Ia menyarankan, 'Kembalilah menemui Rabbmu'. Kujawab, 'Aku malu pada Rabbku'." (HR Bukhari)
Setelah peristiwa Isra Mi'raj, umat Islam diwajibkan untuk melaksanakan salat lima waktu dalam sehari semalam sebagai salah satu rukun Islam. Kewajiban ini menjadi bentuk pengabdian dan komunikasi langsung antara hamba dengan Allah SWT yang memiliki keutamaan besar dalam kehidupan seorang muslim.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
BPJPH Dorong Kesiapan Industri Nonpangan Sambut Kewajiban Sertifikasi Halal