Gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera Hamas-Israel resmi berlaku per Minggu, 19 Januari 2025. Kesepakatan ini akan menghentikan agresi brutal yang telah merenggut lebih dari 47 ribu nyawa di wilayah tersebut.
Juru Bicara sayap militer Hamas, Abu Ubaida, dalam pernyataan resminya menyampaikan terima kasih kepada dunia Arab dan Islam yang telah membantu Palestina melawan pendudukan Israel. Ia menyebut peran umat Islam di seluruh dunia, termasuk Jakarta, Indonesia.
"Kami mengucapkan terima kasih kepada semua masyarakat Arab dan umat Islam yang telah menggelar aksi protes, mendukung kami dalam perjuangan ini tanpa henti," kata Abu Ubaida dalam video singkat yang diunggah oleh akun X @Xumas_iq, Senin (20/1/2025). Pernyataan lengkap Abu Ubaida turut diunggah Times of India dalam akun YouTube-nya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Mereka telah memberikan dukungan material dan moral yang kami terima di Brigade Al Qassam. Jutaan pesan dukungan, meminta kami terus berjuang bersama dalam segala kemungkinan melawan musuh (Israel), dari seluruh bangsa kita tanpa terkecuali, dari masyarakat Teluk Arab di timur hingga tanah Arab di wilayah Barat, seluruh umat muslim dari Tangier (Maroko) hingga Jakarta (Indonesia)," lanjutnya.
![]() |
Sebelumnya, Hamas juga berterima kasih kepada para mediator khususnya Qatar dan Mesir atas upaya mereka dalam memfasilitasi kesepakatan gencatan senjata di Gaza, lapor Anadolu Agency.
Perdana Menteri dan Menteri Luar Negeri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al-Thani mengonfirmasi kesepakatan tersebut dalam konferensi pers di Doha pada Rabu (15/1/2025) waktu setempat. Gencatan senjata akan dimulai pada Minggu (19/1/2025).
Al-Thani menguraikan proses gencatan senjata tahap pertama, yang akan berlangsung selama 42 hari. Tahapan ini mencakup pembebasan 33 tahanan Israel dengan imbalan sejumlah tahanan Palestina.
Kabinet Israel sempat menunda voting persetujuan gencatan senjata di Gaza. Laporan media menyebut beberapa anggota kabinet garis keras Israel menentang upaya gencatan senjata. Pada Sabtu (18/1/2025), kabinet Benjamin Netanyahu akhirnya menyetujui kesepakatan itu.
Al Jazeera melaporkan, pemerintah Israel meratifikasi perjanjian gencatan senjata setelah bertemu lebih dari enam jam.
"Pemerintah telah menyetujui kerangka kerja untuk pemulangan para sandera. Kerangka kerja untuk pembebasan para sandera akan mulai berlaku pada hari Minggu," kata kantor Netanyahu dilansir Al Jazeera.
Gencatan senjata di Gaza terjadi pada hari ke-467 atau 15 bulan genosida Israel. Meski telah ada kesepakatan, Israel dilaporkan masih membombardir wilayah Gaza.
Menurut data sumber medis, dilansir WAFA, korban tewas akibat agresi Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023 hingga Selasa (21/1/2025) mencapai 47.107 orang. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.
Sumber medis menambahkan, jumlah korban tewas sejak pecahnya agresi juga meningkat menjadi 111.147 jiwa. Mereka menyebut, dalam 24 jam terakhir, 72 jenazah termasuk 68 lainnya ditemukan di reruntuhan, dan 56 orang dilarikan ke rumah sakit.
(kri/inf)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza