Kenapa Israel Masih Serang Gaza usai Gencatan Senjata Disepakati?

Kenapa Israel Masih Serang Gaza usai Gencatan Senjata Disepakati?

Kristina - detikHikmah
Jumat, 17 Jan 2025 10:15 WIB
Smoke rises following Israeli strikes, amid the ongoing conflict between Israel and the Palestinian Islamist group Hamas, in Rafah in the southern Gaza Strip May 6, 2024. REUTERS/Hatem Khaled
Serangan Israel di Gaza. Foto: REUTERS/Hatem Khaled
Daftar Isi
Gaza City -

Puluhan orang di Gaza tewas akibat serangan Israel beberapa jam setelah pengumuman gencatan senjata antara Hamas dan Israel. Korban terus bertambah.

Laporan sumber-sumber medis, dilansir kantor berita WAFA, jumlah orang yang terbunuh di wilayah Jalur Gaza sejak Kamis (16/1/2025) fajar telah meningkat menjadi 50 orang. Sejumlah warga sipil Palestina tewas dan terluka pada Kamis sore setelah pesawat tempur Israel mengebom tempat pengungsian di Zeitoun, Gaza selatan.

Serangan juga terjadi di Jabalia di Jalur Gaza utara. Jet tempur terlihat menargetkan sebuah rumah di sekitar bundaran an-Nazleh dan menewaskan lima warga sipil, termasuk dua anak di bawah umur dan dua wanita. Sebelumnya, Israel juga menyerang rumah di lingkungan Shuja'iyya, sebelah timur Kota Gaza.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejak Qatar mengumumkan gencatan senjata pada Rabu (15/1/2025) yang akan dimulai pada Minggu (19/1/2025), Israel telah melakukan delapan serangan di Gaza dalam 24 jam terakhir dan menewaskan 81 orang dan melukai 188 lainnya.

Otoritas kesehatan setempat mengonfirmasi jumlah korban tewas Palestina akibat serangan Israel sejak 7 Oktober 2023 telah meningkat menjadi 46.788 jiwa dan 110.453 orang mengalami luka-luka. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak.

ADVERTISEMENT

"Krisis Menit Terakhir" Halangi Persetujuan Gencatan Senjata

Saudi Gazette melaporkan Israel menunda pemungutan suara kabinet terkait gencatan senjata. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada Kamis (16/1/2025) bahwa "krisis menit terakhir" dengan Hamas menghalangi persetujuan perjanjian gencatan senjata di Gaza dan pembebasan puluhan sandera.

Kantor Netanyahu mengatakan kabinetnya tidak akan mengadakan pertemuan untuk menyetujui perjanjian tersebut sampai Hamas mundur. Tanpa menjelaskan lebih lanjut, kantor Netanyahu menuduh Hamas mengingkari sebagian perjanjian tersebut dalam upaya mendapatkan konsesi lebih lanjut.

Sementara itu, seorang pejabat senior Hamas, Izzat al-Rishq, mengatakan kelompoknya "berkomitmen terhadap perjanjian gencatan senjata yang diumumkan oleh para mediator."

Netanyahu tengah menghadapi tekanan domestik yang signifikan untuk memulangkan para sandera. Namun, mitra koalisi sayap kanannya mengancam akan menjatuhkan pemerintahannya jika dia mengambil terlalu banyak konsesi.

Laporan Euronews menyebut, Hamas mengatakan tidak akan membebaskan tawanan yang tersisa tanpa gencatan senjata permanen dan penarikan penuh pasukan IDF. Pada saat yang sama, Israel telah bersumpah terus bertempur hingga membubarkan Hamas dan mempertahankan kontrol keamanan terbuka atas wilayah tersebut.




(kri/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads