Aliran Qadariyah: Pengertian, Tokoh dan Sejarahnya dalam Islam

Aliran Qadariyah: Pengertian, Tokoh dan Sejarahnya dalam Islam

Hanif Hawari - detikHikmah
Kamis, 16 Jan 2025 07:15 WIB
Ilustrasi tahun baru islam
Foto: Getty Images/Baramyou0708
Jakarta -

Qadariyah merupakan sebuah aliran dalam teologi Islam yang berpandangan kontra terhadap Jabariyah. Aliran ini menitikberatkan pada kebebasan dan kemampuan manusia dalam mengambil tindakan dan menentukan pilihan hidupnya.

Pengertian Qadariyah

Menukil buku Wawasan Islam karya Saifuddin Anshari, Qadariyah berasal dari kata qadara yang berarti kuasa. Qadariyah adalah paham suatu golongan yang berpendirian bahwa manusia memiliki qadar 'kuasa' yang tidak terbatas dalam segala perbuatannya.

Abuddin Nata dalam bukunya Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf mengatakan, dalam paham Qadariyah manusia dipandang mempunyai qudrat atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya. Bukan berasal dari pengertian bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qada dan qadar Tuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka percaya bahwa iman, keyakinan dalam hati, dan perbuatan manusia saling berkaitan. Mereka juga meyakini bahwa manusia bebas memilih tindakannya, baik atau buruk.

Menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas XI susunan Toto Edidarmo, MA dan Drs. Mulyadi, paham Qadariyah mendapat penolakan keras dari umat Islam pada masanya. Hal itu terjadi karena masyarakat Arab sebelum Islam dipengaruhi oleh faham fatalis.

ADVERTISEMENT

Perkembangan paham Qadariyah memicu reaksi keras dari berbagai pihak. Umat Islam pada umumnya menolak paham ini karena dianggap bertentangan dengan ajaran Islam.

Di sisi lain, para penguasa yang menganut paham Jabariyah khawatir jika paham Qadariyah semakin meluas, maka legitimasi kekuasaan mereka yang berbasis pada konsep takdir mutlak akan terkikis.

Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah

Menurut Ahmad Amin dalam buku yang disusun oleh Dra. Safni Rida yang berjudul Ilmu Kalam, ada para ahli teologi yang mengatakan bahwa Qadariyah pertama kali dimunculkan oleh Ma'bad Al-Jauhani dan Ghailan Al-Dimasqy.

Sebagai seorang tabi'in yang terpercaya, Ma'bad telah berguru kepada ulama besar Hasan Al-Basri. Di sisi lain, Ghailan, yang dikenal sebagai orator yang fasih, memiliki latar belakang keluarga yang dekat dengan kekuasaan. Ayahnya pernah menjadi budak yang kemudian dimerdekakan oleh Utsman bin Affan.

Ibnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun seperti dikutip Ahmad Amin, memberikan informasi lain bahwa yang pertama kali memunculkan paham Qadariyah adalah orang Irak yang semula beragama Kristen kemudian masuk Islam dan kembali ke agama Kristen. Dari merekalah Ma'bad dan Ghailan mengambil paham ini.

Namun, para peneliti sebelumnya belum sepakat mengenai hal ini karena ketika itu penganut Qadariyah sangat banyak. Sebagian terdapat di Irak dengan bukti gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri.

Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Ibnu Nabatah bahwa yang mencetuskan pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang telah masuk Islam dan dari orang ini diambil pendapat oleh Ma'bad dan Ghailan. Sebagian yang lain berpendapat bahwa paham ini muncul di Damaskus disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak dipekerjakan di istana-istana khalifah.

Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah

Mengutip buku Akidah Akhlak Untuk Madrasah Ibtidaiyah Kelas 11 oleh Toto Adidarmo, MA, Drs. Mulyadi, dan Miliki Aan, M.Ag., tokoh utama aliran Qadariyah adalah Ma'bad Al-Juhani dan Ghailan Al-Dimasqy. Semasa hidupnya, Ma'bad berguru dengan Hasan Al-Basri dan termasuk tabiin atau generasi kedua setelah Nabi.

Ma'bad wafat pada tahun 80 H. Ia dibunuh oleh Al-Hajjaj karena memberontak bersama Ibnu al-Asy'ats. Namun sebagian pendapat mengatakan bahwa terbunuhnya karena soal zindik.

Sepeninggalan Ma'bad, Ghailan menjadi tokoh penerus aliran Qadariyah. Ghailan merupakan seorang penulis yang pada masa mudanya pernah menjadi pengikut Al-Harits Ibnu Sa'id yang dikenal sebagai pendusta.

Ia pernah menyatakan taubat terkait paham Qadariyahnya di hadapan Umar bin Abdul Aziz, terapi setelah Umar wafat, ia kembali lagi dengan mazhabnya. Ia akhirnya dihukum mati oleh Hisyam 'Abd Al-Malik, sebelum dibunuh diadakan perdebatan antara Ghailan dan Al-Awza'i yang dihadiri oleh Hisyam sendiri.

Doktrin Aliran Qadariyah

Dr. Ahmad Amin berpendapat dalam kitabnya Fajrul Islam mengenai pokok-pokok pikiran dari ajaran Qadariyah. Berikut ini pokok-pokok pikiran tersebut:

  1. Orang yang berdosa bukanlah kafir dan juga bukanlah mukmin, tetapi fasik. Dan orang fasik itu masuk neraka.
  2. Bukan Allah yang menciptakan amal perbuatan manusia, tetapi manusia sendiri yang menciptakannya. Karena itulah manusia menerima balasan baik atas segala amal baiknya dan menerima balasan buruk atas segala perbuatan salahnya. Karena itulah Allah berhak disebut adil.
  3. Penganut Qadariyah mengatakan bahwa Allah itu Maha Esa dalam arti Allah tidak memiliki sifat azali, seperti ilmu, kudrat, hayat, mendengar dan melihat yang bukan dengan dzat-Nya sendiri. Menurut mereka, Allah itu mengetahui, berkuasa, hidup, mendengarkan dan melihat dengan dzat-Nya.
  4. Penganut Qadariyah berpendapat bahwa akal manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui mana yang baik dan buruk, meskipun Allah tidak menurunkan agama. Menurut mereka, setiap sesuatu memiliki sifat bawaan yang menentukan apakah hal tersebut baik atau buruk.

Wallahu a'lam.




(hnh/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads