Sosok Salahuddin Al-Ayyubi, Sang Pejuang Islam Penakluk Perang

Sosok Salahuddin Al-Ayyubi, Sang Pejuang Islam Penakluk Perang

Anindyadevi Aurellia - detikHikmah
Jumat, 03 Jan 2025 05:00 WIB
Couple of glowing Moroccan ornamental lanterns on the table. Greeting card, invitation for Muslim holy month Ramadan Kareem, festive blue night background with glittering golden bokeh lights.
Foto: Getty Images/iStockphoto/Tabitazn
Jakarta -

Salahuddin Al-Ayyubi adalah nama yang tidak pernah pudar dari lembaran sejarah Islam. Ia dikenal sebagai pemimpin yang tak hanya berjasa dalam medan perang, tetapi juga sebagai simbol kebijaksanaan dan keadilan.

Dengan gelar al-Malik al-Nashir yang berarti 'penguasa yang bijaksana'. Salahuddin memimpin umat Islam menghadapi berbagai tantangan besar.

Perang Salib yang menjadi salah satu momen paling bersejarah dalam perjuangannya. Sebagai panglima perang ia harus memikirkan taktik, tetapi juga Salahuddin berperan membangun peradaban Islam yang kuat dan berakar pada nilai-nilai keimanan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salahuddin berasal dari keluarga Kurdish yang memiliki tradisi kepemimpinan. Sejak kecil, ia sudah ditempa dengan ilmu agama dan strategi militer, menjadikannya sosok yang tangguh dan visioner.

Keberhasilannya membebaskan Jerusalem dari kekuasaan pasukan Salib tidak hanya menunjukkan kejeniusannya sebagai seorang pemimpin militer, tetapi juga memperlihatkan sisi kemanusiaannya yang penuh kebijaksanaan.

ADVERTISEMENT

Siapa Salahuddin Al-Ayyubi?

Sosoknya digambarkan oleh Muhammad Ash-Shayim dalam bukunya yang berjudul Shalahuddin Al-Ayyubi. Diceritakan di bagian utara Irak ada sebuah benteng bernama Tekrit, yang dipimpin oleh Najm ad-Din Ayyub atau dikenal Najmuddin. Di bawah kepemimpinan Najmuddin yang baik hati dan peduli pada rakyat, benteng itu begitu aman.

Pada tahun 532 H atau 1137 M, lahir anak Najmuddin yang diberi nama Abul Muzhaffar Yusuf bin Najmuddin bin Ayyub bin Syaadi. Ia kemudian dikenal dengan nama Shalahuddin al-Ayyubi. Anak itu kemudian besar dan diasuh oleh sang ayah.

Sosok Najmuddin telah menginspirasi generasi demi generasi untuk memperjuangkan keadilan dengan cara yang bermartabat. Shalahuddin sering mendengar cerita-cerita sejarah dan keagungan masa lalu dari ayahnya. Dari situ, terciptalah kecintaaan untuk berjuang dalam hati Shalahuddin.

Hal itu juga memupuk semangat patriotisme dalam dadanya. Shalahuddin dididik dengan baik dalam keluarga yang terhormat. Akibatnya ia dapat menghafal Al-Qur'an pada usianya yang kesepuluh. Ia rajin hadir di majelis ilmu, fiqih, hadits, dan tafsir.

Salahuddin Al-Ayyubi selalu terlihat sebagai sosok yang menonjol pada banyak bidang. Bahkan setelah akhirnya tahta Najm ad-Din Ayyub kembali, ia terpilih menjadi seorang Gubernur Baalbek.

Dalam buku Sejarah Islam oleh Mahayudin Hj. Yahaya disebut masa kecil Salahuddin Al-Ayyubi dihabiskan untuk belajar di Damaskus. Selain belajar agama Islam, Salahuddin Al-Ayyubi juga mendapat pelajaran militer dari pamannya, Asaddin Syirkuh, yang merupakan seorang panglima perang Turki Saljuk.

Awal Mula Kepemimpinan Salahuddin Al-Ayyubi

Bersama dengan pamannya, Salahudin berhasil menguasai Mesir dan mendeposisikan sultan terakhir dari kekhalifahan Fatimiyah di Mesir. Berkat keberhasilannya, Salahuddin diangkat menjadi panglima perang pada 1169 M.

Salahuddin dikenal karena kecerdasan dalam menyusun strategi, baik dalam peperangan maupun dalam pemerintahan. Tak membutuhkan waktu lama, Salahuddin mampu memimpin Mesir dengan baik.

Salahuddin juga mendirikan dua sekolah besar yang mengajarkan tentang Islam yang benar. Tujuannya adalah untuk menghapus ajaran Syi'ah yang menyebar di Mesir kala itu.

Salahuddin kemudian bertarung dalam perang salib. Dikutip dari buku 55 Tokoh Dunia yang Terkenal dan Paling Berpengaruh Sepanjang Waktu oleh Wulan Mulya Pratiwi, et.al, butuh waktu yang panjang bagi Salahuddin mempersiapkan perang salib. Selain persiapan fisik dan strategi jitu, ia juga melakukan persiapan secara rohani.

Adapun persiapan lainnya adalah membangun benteng-benteng pertahanan yang kuat, perbatasan-perbatasan yang jelas, membangun markas-markas perang dan menyiapkan kapal-kapal perang terbaik. Persiapan juga dilakukan dengan mendirikan rumah sakit dan menyuplai obat-obatan.

Meskipun Salahuddin sakit keras, hal itu tidak menyurutkan niatnya untuk memperjuangkan tanah Nabi, Jerusalem. Justru semakin kuat tekad Salahuddin untuk membebaskan Jerusalem dari kekuasaan kristen.

Perjuangan pertama disebut dengan perang Hathin, atau perang pembuka di mana pasukan Salahuddin pada saat itu berjumlah 63.000 prajurit. Pada perang Hathin, pasukan Salahuddin membunuh 30.000 pasukan salib dan menahan 30.000 pasukan salib.

Selanjutnya, perjuangan berlanjut ke Al-Quds dan Jerusalem. Di sana, banyak pasukan Salahuddin yang gugur. Namun dengan semangat tinggi, pasukannya akhirnya memenangkan perang salib kedua.

Kebijaksanaan Salahuddin Al-Ayyubi

Kesuksesan Salahuddin dalam perang dan kepemimpinan tidak lepas dari kebijaksanaannya. Tiga hal penting yang mencerminkan kebijaksanaannya adalah:

1. Pemberian Cuti kepada Tentara

Salahuddin memberi waktu istirahat kepada tentaranya untuk memulihkan semangat dan memperkuat motivasi. Ia juga menggunakan kesempatan ini untuk mendekatkan diri dan menyampaikan dakwah.

2. Pemberian Grasi kepada Musuh

Ketika menaklukkan Jerusalem, Salahuddin menunjukkan kemurahan hati dengan memberikan grasi kepada musuh yang tidak melakukan kekejaman terhadap umat Islam, berbeda dari tindakan pasukan Salib saat merebut kota itu sebelumnya.

3. Perjanjian Damai dengan Musuh

Berbeda dengan pendahulunya yang lebih sering menggunakan kekerasan, Salahuddin memilih perjanjian damai bersyarat untuk menghindari korban jiwa yang lebih banyak.

Itulah tadi kisah perjuangan Salahuddin Al-Ayyubi. Ia dianggap sebagai teladan kebijaksanaan, keberanian, dan ketinggian moral. Keberhasilannya dalam membela Islam dan membangun peradaban menjadi inspirasi sepanjang masa.




(aau/fds)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads