Mengenal Surat An-Nas, Surat Terakhir dalam Al-Qur'an

Mengenal Surat An-Nas, Surat Terakhir dalam Al-Qur'an

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Sabtu, 02 Nov 2024 10:00 WIB
Alquran, quran, mengaji, dzikir.
Foto: Freepik
Jakarta -

Surat An-Nas, menjadi urutan surat terakhir dalam Al-Qur'an. Surat ini tergolong surat Makkiyah karena diturunkan di Makkah, yang terdiri dari 6 ayat.

Nama "An-Nas" memiliki arti manusia. Dalam surat ini, Allah SWT memerintahkan manusia untuk berlindung hanya kepada-Nya dari berbagai godaan yang selalu mengintai dan membisiki manusia.

Selain menjadi surat terakhir dalam Al-Qur'an, surat An-Nas juga merupakan bagian dari Al-Mu'awwidzatain bersama dengan surat Al-Falaq, yakni sebagai doa memohon perlindungan kepada Allah SWT.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bacaan Surat An-Nas: Arab, Latin, dan Artinya

Berikut ini bacaan surat An-Nas, lengkap dengan tulisan Arab, latin, dan terjemahannya.

قُلْ اَعُوْذُ بِرَبِّ النَّاسِۙ ۝١

ADVERTISEMENT

Arab Latin: qul a'ûdzu birabbin-nâs

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Aku berlindung kepada Tuhan manusia,"

مَلِكِ النَّاسِۙ ۝٢
Arab Latin: malikin-nâs

Artinya: "raja manusia,"

اِلٰهِ النَّاسِۙ ۝٣
Arab Latin: ilâhin-nâs

Artinya: "sembahan manusia"

مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ ەۙ الْخَنَّاسِۖ ۝٤

Arab Latin: min syarril-waswâsil-khannâs

Artinya: "dari kejahatan (setan) pembisik yang bersembunyi"

الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِيْ صُدُوْرِ النَّاسِۙ ۝٥

Arab Latin: alladzî yuwaswisu fî shudûrin-nâs

Artinya: "yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia,"

مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ ۝٦

Arab Latin: minal-jinnati wan-nâs

Artinya: "dari (golongan) jin dan manusia."

Asbabun Nuzul Surat An-Nas

Mengutip buku Asbabun Nuzul yang disusun oleh Imam Suyuthi, surat An-Nas, surat terakhir dalam Al-Qur'an ini diturunkan bersamaan dengan surat sebelumnya, surat Al-Falaq.

Dalam hadits yang diriwayatkan Al-Baihaqi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas, ia menceritakan bahwa saat Rasulullah SAW sakit parah, datanglah dua malaikat kepada beliau. Salah satu di antaranya duduk di sisi kepala beliau, dan satu lagi duduk di dekat kedua kaki beliau.

Malaikat yang ada di kaki berkata kepada malaikat yang ada di kepala, "Bagaimana menurutmu?" Malaikat di kepala menjawab, "Guna-guna." Malaikat di kaki bertanya, "Apa itu guna-guna?" Malaikat di kepala menjawab, "Sihir."

Malaikat di kaki kembali bertanya, "Siapa yang menyihir beliau?" Malaikat di kepala menjawab, "Labid bin Al-A'sham orang Yahudi, sihirnya berupa gulungan."

Malaikat di kaki bertanya, "Di mana ia sekarang?" Malaikat di kepala menjawab, "Di sumur milik keluarga Fulan yang ada di bawah batu besar di dalam gulungan. Carilah gulungan tersebut. Kuraslah air sumurnya dan angkatlah batu besar itu kemudian ambil gulungan tersebut lalu bakarlah."

Ketika masuk pagi hari, Rasulullah SAW mengutus Ammar bin Yasir bersama sekelompok orang untuk mencari gulungan tersebut. Ternyata air dalam sumur tersebut seperti air hena.

Mereka lalu menguras air sumur itu, kemudian mengangkat batu besar dan mengeluarkan gulungan tersebut, lalu mereka membakarnya.

Ternyata, di dalam gulungan tersebut ada sembilan belas simpul. Setelah itu, turunlah dua surat, yaitu Al-Falaq dan An-Nas. Ketika Rasulullah SAW membaca ayat-ayat dari dua surat tersebut, satu simpul terlepas.

Kandungan Surat An-Nas

Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa Allah SWT memiliki 3 sifat utama, yaitu Rububiyyah, raja, dan Ilahiyyah. Ketiga sifat ini menunjukkan bahwa Allah SWT adalah pemelihara segala sesuatu, sekaligus sebagai raja yang berkuasa, serta Allah SWT adalah satu-satunya Tuhan yang berhak disembah.

Dengan demikian, segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah makhluk ciptaan-Nya, yang juga berperan sebagai hamba sekaligus abdi-Nya. Oleh karena itu, Allah SWT memerintahkan kepada semua makhluk yang ingin memohon perlindungan agar berlindung hanya kepada-Nya, yang memiliki ketiga sifat di atas, dari kejahatan bisikan syaitan khannas, yaitu syaitan yang tugasnya menggoda manusia.

Karena pada dasarnya, setiap keturunan Adam memiliki satu teman yang senantiasa menjadikan segala perbuatan keji menjadi kebiasaannya, dan syaitan ini tidak akan lelah dalam menggoda manusia.

Dengan demikian, hanya orang yang memohon perlindungan kepada Allah SWT yang dapat terhindar dari godaan tersebut.




(inf/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads