Di balik semua keteladanannya sebagai utusan Allah SWT, Rasulullah SAW juga memiliki keistimewaan lain yang luar biasa, yaitu begitu besarnya cinta dan kasih sayang pada keluarganya, terutama kepada anak-anaknya.
Meskipun takdir belum mengizinkannya melihat anak laki-lakinya tumbuh besar, karena Allah SWT lebih menghendaki anak laki-laki Rasulullah SAW wafat di usia yang masih sangat kecil, namun ia tetap bisa menjalankan peranannya sebagai ayah yang baik bagi anak-anak perempuannya.
Anak perempuan Rasulullah SAW berjumlah empat orang, dan semuanya lahir dari rahim Khadijah. Putri pertama mereka adalah Zainab, yang kedua adalah Rukayyah, yang ketiga adalah Ummu Kultsum dan yang keempat adalah Fatimah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rasulullah SAW adalah sebaik-baiknya pendidik. Anak-anak Rasulullah SAW, tidak ada yang durhaka, bermaksiat ataupun berbuat zalim kepada sesamanya. Berikut adalah cara mendidik anak ala Rasulullah SAW.
Cara Rasulullah SAW Mendidik Anak-anaknya
Mengutip buku Mendidik Buah Hati ala Rasulullah karya Azizah Hefni, berikut adalah cara mendidik anak ala Rasulullah SAW yang dapat diteladani oleh para orang tua.
1. Sering Mengajak Anak-anaknya Berdialog tentang Tauhid
Keempat putri Rasulullah SAW sudah terbiasa mendengar nasihat ayah mereka tentang ketauhidan. Keempatnya sangat patuh kepada sang ayah, sebab mereka tahu, patuh kepada Allah SWT, berarti juga harus patuh kepada sang ayah.
Segala perintah yang Rasulullah SAW sampaikan selalu mereka laksanakan dengan tulus. Seberat apa pun perintah tersebut.
Salah satu anaknya, Fatimah, yang lahir saat Rasulullah SAW sedang berada di masa-masa sulit, bahkan ia harus ikut merasakan pemboikotan yang dilakukan orang-orang kafir Quraisy di Lembah Syi'ib.
Nyali dan keberaniannya melawan musuh-musuh ayahnya sudah terlihat sejak kecil. Fatimah berani mendatangi dan menantang Abu Jahal yang melempari ayahnya dengan kotoran unta saat ayahnya sedang salat di depan Ka'bah.
Fatimah juga selalu terlibat dalam dialog-dialog penting dengan ayahnya. Tidak hanya soal ketauhidan, melainkan juga tentang politik, pertahanan, ekonomi, sosial, dan pendidikan. Fatimah hampir selalu mendampingi ayahnya dalam situasi apa pun.
2. Senantiasa Menebar Cinta dan Kasih Sayang
Saat hijrah ke Madinah, Fatimah dan Ummi Kulsum melihat sendiri bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan kaum Anshar dengan penuh kasih sayang. Kaum Anshar pun membalas kasih sayang Rasulullah SAW dengan penyambutan dan perlakuan yang sangat baik.
Cara-cara lembut dan penuh kasih sayang seperti inilah yang membuat dakwah Rasulullah SAW bisa diterima dengan baik, sehingga Islam menyebar dengan pesat di Madinah.
Rasulullah SAW pun punya kebiasaan mencium putra-putrinya. Suatu hari, Aqra' bin Habis, seorang pemuka Bani Tamim, melihat Rasulullah SAW mencium putra-putrinya. Aqra' pun berkata, "Demi Allah, aku mempunyai sepuluh orang anak, tetapi tak satu pun kuciumi di antara mereka."
Rasulullah SAW pun memandangnya dan berkata, "Barangsiapa yang tidak mengasihi, ia tidak akan dikasihi."
3. Mendedikasikan Diri Secara Total pada Islam
Rasulullah SAW juga menanamkan ajaran dalam mendedikasikan diri untuk Islam kepada anak-anaknya. Pendidikan ini sangat penting, karena mengabdi kepada Islam berarti mengabdi kepada Allah SWT.
Anak-anak Rasulullah SAW sangat total mengabdi pada Islam. Contohnya Rukayyah. Saat Rukayyah menjadi istri Utsman bin Affan, Rasulullah SAW meminta Rukayyah untuk ikut suaminya hijrah ke Habasyah.
Walaupun berat meninggalkan ayah dan ibunya yang saat itu sedang dalam masa-masa sulit, menghadapi ancaman kaum kafir yang sangat besar, tapi Rukayyah tetap patuh menuruti perintah ayahnya.
Hasan dan Husain, cucu Rasulullah SAW pun dididik untuk berdedikasi pada Islam. Sejak kecil, mereka sudah diajarkan ilmu berperang, dibekali pendidikan keilahian, serta dilibatkan dalam berbagai perundingan, diskusi, ataupun majliisus siyaasah (majelis politik).
Mereka diajarkan semua itu bukan untuk membenci orang-orang kafir, melainkan untuk menghadapi orang-orang yang mengancam umat Islam, melecehkan Islam, dan menodai ajaran Islam.
4. Mengadili Kesalahan Anak dengan Cara yang Lembut
Orang tua harus berhati-hati dalam menyikapi kesalahan yang dilakukan anak. Menghukum anak seringkali menjadi alternatif agar anak jera dan tidak melakukan kesalahan yang sama.
Namun, menghukum anak apalagi dengan hukuman yang tidak tepat atau berlebihan seperti kekerasan fisik atau kekerasan psikis justru berpotensi menjadi permasalahan baru yang membuat anak membenci orang tuanya sehingga menjadikan hubungan anak dan orang tua memburuk.
Rasulullah SAW senantiasa mengadili anak dengan cara yang bijaksana, seperti yang dikutip dari buku Rumus Mudah Mendidik Anak karya Najib el-Ahmado berdasarkan hadits dari Rafi' bin Amr al Ghifari, dia berkata,
"Dulu waktu aku masih usia anak-anak melempari pohon kurma milik orang-orang Anshar (masyarakat asli Madinah). Hal ini diadukan kepada Nabi SAW. 'Ada anak kecil yang melempari pohon kurma kami' Maka aku dibawa ke Nabi SAW. Beliau bertanya, 'Nak, mengapa kamu melempari pohon kurma?' Aku menjawab 'Aku makan.' Beliau berkata, 'Jangan kamu lempari pohon kurma itu. Makanlah apa yang jatuh di bawah.' Kemudian beliau mengusap kepalaku dan beliau mendoakanku, 'Ya Allah kenyangkanlah perutnya'." (HR. Ahmad no. 19453)
Dari keterangan hadits ini, para orang tua dapat mencontoh sikap Rasulullah SAW dalam mengadili anak yang melakukan kesalahan, yaitu dengan tidak terburu-buru memvonis kesalahan anak, serta memberi pelajaran kepada anak dengan cara yang lembut.
Itulah beberapa cara mendidik anak ala Rasulullah SAW yang dapat diteladani oleh para orang tua. Dengan menerapkan cara-cara tersebut, orang tua dapat membangun perkembangan karakter anak dengan baik, serta membentuknya menjadi generasi yang bertakwa.
(inf/inf)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi