Pesan Menag Nasaruddin di Hari Santri: Kuasai Iptek, Terus Berinovasi

Pesan Menag Nasaruddin di Hari Santri: Kuasai Iptek, Terus Berinovasi

Devi Setya - detikHikmah
Selasa, 22 Okt 2024 16:18 WIB
Menteri Agama Nasaruddin Umar (kanan) memimpin Apel Hari Santri 2024 di Tugu Proklamasi, Jakarta, Selasa (22/10/2024). Dalam amanatnya, Nasaruddin mengatakan santri bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi presiden dan wakil presiden. ANTARA FOTO/Muhammad Ramdan/aww.
Menag Nasaruddin di Hari Santri 2024 Foto: ANTARA FOTO/MUHAMMAD RAMDAN
Jakarta -

Menteri Agama Nasaruddin Umar memimpin apel peringatan Hari Santri 2024 di Tugu Proklamasi Jakarta pagi tadi. Menag menyampaikan sejumlah pesan kepada para santri.

Peringatan Hari Santri Nasional 2024 ini mengusung tema 'Menyambung Juang Merengkuh Masa Depan'. Menag menyebut bahwa bangsa Indonesia harus berterima kasih kepada para santri atas kemerdekaan yang diraih. Hal ini tidak lepas dari peran santri sebagai pejuang kemerdekaan.

"Kewajiban kita adalah mempertahankan setiap jengkal tanah di NKRI. Jadi bangsa Indonesia harus berterima kasih kepada para santri. Karena kecerdasan dan kegigihannya dan juga doanya indonesia bisa meraih kemenangan dan dideklarasikan sebagai bangsa yang merdeka," sebut Menag Nasaruddin sebagaimana dikutip detikHikmah dalam keterangan tertulis, Selasa (22/10/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hari Santri yang diperingati setiap 22 Oktober adalah momentum bagi semua untuk mengenang dan meneladani para santri yang telah memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Sejarah telah mencatat bahwa kaum santri adalah salah satu kelompok yang paling aktif menggelorakan perlawanan terhadap para penjajah.

Menag juga mengatakan, salah satu bukti perlawanan santri terhadap para penjajah adalah peristiwa Resolusi Jihad pada 22 Oktober 1945 yang dimaklumatkan oleh Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy'ari.

ADVERTISEMENT

Dalam fatwa Resolusi Jihad itu Hadratus Syekh Kiai Haji Hasyim Asy'ari menyatakan bahwa berperang menolak dan melawan penjajah itu fardhu 'ain (yang harus dikerjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempuan, anak-anak, bersenjata atau tidak) bagi yang berada dalam jarak lingkaran 94 km dari tempat masuk dan kedudukan musuh.

Setelah Resolusi Jihad dimaklumatkan, para santri dan masyarakat umum terbakar semangatnya untuk terus berjuang dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Mereka terus melakukan perlawanan kepada penjajah tanpa rasa takut. Hingga akhirnya, pecah puncak perlawanan masyarakat Indonesia pada tanggal 10 November 1945 yang kita peringati sebagai Hari Pahlawan.

"Peristiwa Resolusi Jihad tanggal 22 Oktober 1945 tidak bisa dipisahkan dengan peristiwa 10 November 1945. Tanpa adanya peristiwa Resolusi Jihad, belum tentu terjadi peristiwa 10 November," tandasnya.

Santri Wajib Kuasai Iptek dan Berani Berinovasi

Menag Nasaruddin Umar juga menyampaikan pesan bagi para santri agar semangat untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek).

"Kepada para santri saya berpesan, rengkuhlah masa depan dengan semangat dan ketekunan. Kuasai ilmu pengetahuan dan teknologi," pesan Menag.

Tak hanya itu, Menag juga berpesan agar para santri terus berinovasi untuk masa depan bangsa Indonesia. "Teruslah berinovasi dan berkontribusi untuk meraih kegemilangan masa depan Indonesia," lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, Menag Nasaruddin juga menegaskan bahwa santri bisa menjadi apa saja, termasuk presiden dan wakil presiden Indonesia.

"Santri bisa menjadi apa saja. Santri bisa menjadi presiden, dan kita punya presiden yang berlatar belakang santri yaitu KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur). Santri juga bisa menjadi wakil presiden, dan kita punya wakil presiden yang berlatar belakang santri, yaitu KH Ma'ruf Amin," tandas Menag.

Selain presiden dan wakil presiden, kata dia, santri juga bisa menjadi banyak hal termasuk menteri, pengusaha, diplomat, birokrat dan lainnya.

"Banyak menteri yang berlatar belakang santri, banyak pengusaha yang berlatar belakang santri, banyak diplomat yang berlatar belakang santri, banyak birokrat berlatar belakang santri. Sekali lagi santri bisa menjadi apa saja asalkan terus berjuang, terus berusaha dan tidak menyerah. Semua pasti bisa diraih. Seperti pepatah yang diajarkan di pesantren, 'man jadda wajada', barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil," tegas Imam Besar Masjid Istiqlal itu.




(dvs/kri)

Hide Ads