Debat dalam Pandangan Islam, Perhatikan Hal-Hal yang Dilarang

Debat dalam Pandangan Islam, Perhatikan Hal-Hal yang Dilarang

Amelia Ghany Safitri - detikHikmah
Jumat, 04 Okt 2024 08:45 WIB
Ilustrasi Muslim
Ilustrasi berdebat Foto: Getty Images/iStockphoto
Jakarta -

Debat umumnya digunakan sebagai sarana untuk saling bertukar pendapat, mencari kebenaran, dan menyelesaikan perbedaan. Bagaimana pandangan Islam tentang debat?

Allah SWT menyebutkan dalam Al-Qur'an bahwa suka berdebat merupakan salah satu tabiat manusia,

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Kahfi ayat 54,

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا

Arab Latin: Wa laqad sarrafnaa fii haazal quraani linnaasi mn kulli masal; wa kaanal insaanu aksara shai'in jadalaa

ADVERTISEMENT

Artinya: "Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak mendebat."

Perdebatan terjadi hampir di semua kalangan, mulai dari orang-orang awam hingga kaum intelektual, dengan topik-topik yang sederhana hingga topik yang serius.

Ahmad Khoirul Anam dalam penelitiannya Debat dalam Perspektif Islam mencatat, bahwa Al-Qur'an juga mengabadikan peristiwa perdebatan-perdebatan yang dilakukan para rasul kepada umat mereka untuk mendakwahi mereka.

Perdebatan rasul dengan umatnya yang dimaksudkan contohnya adalah seperti yang diabadikan dalam Surat Al-Baqarah ayat 258. Ayat ini menceritakan tentang kisah Nabi Ibrahim yang mendebat seorang raja yang menurut sebuah riwayat adalah Namruz, Raja Babilonia.

Dari kisah tersebut jelas bahwa debat merupakan salah satu metode dakwah yang diajarkan dalam Islam.

Manna Al-Qattan mengatakan bahwa Rasulullah SAW juga diperintahkan agar berdebat dengan kaum musyrik dengan cara yang baik yang dapat meredakan kebisingan mereka.

Disamping itu, Allah SWT memperbolehkan juga bermunazarah dengan ahli kitab dengan cara yang baik. Sesuai dengan firmannya dalam surat Al-Ankabut ayat 46,

وَلَا تُجَادِلُوۡٓا اَهۡلَ الۡكِتٰبِ اِلَّا بِالَّتِىۡ هِىَ اَحۡسَنُ ۖ اِلَّا الَّذِيۡنَ

Arab Latin: Wa laa tujaadiluuu Ahlal Kitaabi illaa billatii hiya ahsanu

"Dan janganlah kamu berdebat dengan ahli kitab kecuali dengan cara yang paling baik."

Namun di sisi lain, terdapat hadits yang menyatakan bahwa perdebatan adalah termasuk dari siksaan Allah SWT kepada sebuah umat. Dalam Sunan At-Tirmdzi dan Ibnu Majah dari hadits Abu Umamah, beliau berkata: Rasulullah SAW bersabda,

"Tidaklah sebuah kaum menjadi sesat setelah mereka dulunya berada di atas hidayah kecuali karena yang suka berdebat, kemudian beliau membaca ayat, 'Mereka tidak memberikan perumpamaan itu kepadamu melainkan dengan maksud membantah saja, sebenarnya mereka adalah kaum yang suka bertengkar (QS. Az-Zukhruf: 58)." (H.R. Al-Tirmidzi)

Dari sabda tersebut, dapat disimpulkan bahwa ternyata debat bukan merupakan perbuatan Islami. Karena bahkan Rasulullah SAW sendiri memerintahkan untuk menghindari perdebatan walaupun berada dalam posisi yang benar dan mengikuti Rasulullah SAW.

Debat yang Dilarang dalam Islam

Dalam buku "Pendidikan Agama Islam" karya Muhammad Fodhil, dijelaskan bahwa tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam, terutama jika itu bertujuan untuk mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat seseorang lupa diri, terutama jika perdebatannya dilandasi oleh ego masing-masing, bukan dilandaskan untuk mencari kebenaran.

Tidak sedikit orang memiliki ego sangat tinggi dan tidak mau dikalahkan orang lain walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti ini biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun.

Jika terus dilayani, yang terjadi bukan hanya adu mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan seperti ini hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat.

Rasulullah SAW bersabda:

مَا ضَلَّ قَوْمٌ بَعْدَ إِن هَداهُمُ الله الا أوتوا الجدل. رواه الترمذي

عن أبي أمامة

Artinya: "Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah, kecuali kaum mendatangkan perdebatan." (H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umammah)

1.Berdebat Tanpa Ilmu

Dilansir dari laman Fakultas Agama Islam Universitas Medan Area dalam artikel Hukum Berdebat dan Meninggalkan Debat Dalam Agama Islam, sesungguhnya Allah SWT sangat murka kepada orang yang hanya bisa berdebat tanpa ilmu. Saat berdebat seharusnya kita tidak hanya berfokus pada inti masalah, namun juga harus menggunakan akal yang rasional, bukan prasangka buruk semata. Tujuan debat sebenarnya adalah untuk menjatuhkan argumentasi-argumentasi yang batil, kemudian memberikan argumentasi bantahan yang benar dan akurat yang berdasarkan pada kajian hingga menemukan suatu kebenaran.

2. Berdebat Hanya untuk Kesenangan

Orang yang suka menjatuhkan dirinya dalam perdebatan dengan tujuan hanya ingin mendapati dirinya menang, maka semua keberkahan ilmunya akan hilang. Contohnya dapat kita lihat pada pelaku bid'ah, dia sama sekali tidak mencari kebenaran melainkan hanya ingin mencari-cari pembenaran atas apa yang ia sukai. Pada tahap ini semua ilmunya tidak berguna lagi karena ia lebih mengedepankan nafsunya.

3. Menggunakan Kata-kata Kasar

Selama berdebat juga diperintahkan untuk menghindari kata kasar dan celaan yang bisa membuat hati orang lain terluka dan merasa direndahkan. Kata-kata kasar tidak mencerminkan akhlak terpuji dalam ajaran agama Islam.

4. Debat Kusir

Mengutip buku Perusak Perusak Ukhuwah karya Abu Ashim Hisyam bin Abdul Qadir, salah satu unsur yang menimbulkan kedengkian di antara sesama adalah debat kusir. Debat kusir adalah perdebatan yang tak berguna dan tanpa arah, dasar serta tujuan.

Debat kusir membawa dua belah pihak jauh dari mencari kebenaran dan menjalankan kewajiban dengan ikhlas, atau membawa keduanya kepada ketidakjelasan yang tidak didukung oleh dalil-dalil yang jelas, atau membuat salah satu pihak keras kepala, meskipun sudah terlihat jelas olehnya bahwa pembicaraannya hanya menambah keburukan dan merusak hati.

Manusia dilarang debat kusir tentang Al-Qur'an dan masalah-masalah agama lainnya. Mereka ditekankan untuk menghindari debat kusir dalam masalah dunia dan perkara-perkara tidak penting, agar tidak menimbulkan kemungkaran.

Rasulullah SAW bersabda,

إِنْ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الأَلَدُّ الْخَصِمُ.

"Orang yang paling dibenci Allah ialah orang yang paling keras permusuhannya."

Dalam riwayat lain Rasulullah SAW bersabda,

أَنَا زَعِيمٌ بِبَيْتٍ فِي رَبَضِ الْجَنَّةِ لِمَنْ تَرَكَ الْمِرَاءَ وَإِنْ كَانَ مُحِقًا.

"Aku pemimpin rumah di sekitar surga bagi orang yang meninggalkan debat kusir, kendati ia benar (di debat- nya). "

Oleh karena itu, umat Islam jika melihat pembicaraan telah mengarah kepada debat kusir, sebaiknya tarik diri dengan lembut. Jika bicara dengan seseorang, jangan mendorongnya untuk berdebat kusir. Hindari menyulitkan mereka di depan orang lain atau mengancam dengan pernyataan bahwa mereka tidak tahu apa-apa.

Dalam berdebat, hendaklah mengetahui dengan jelas motivasi dan tujuannya, apakah mencari kebenaran atau mencari reputasi semata. Jika sama-sama mencari kebenaran, diyakini bahwa mereka yang berdebat tidak akan mempertahankan pendapatnya yang salah dan tidak akan saling menjatuhkan satu sama lain.

Namun demikian, meninggalkan perdebatan adalah paling utama dan pelakunya akan diberi pahala oleh Allah SWT.




(dvs/dvs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads