Anak adalah sebuah titipan indah dari sang Pencipta. Adapun menjaga sebuah titipan dengan baik merupakan suatu kewajiban.
Seperti barang titipan yang harus dijaga dengan baik, anak-anak juga merupakan amanah yang perlu dirawat dengan penuh perhatian, penuh bimbingan, serta melindungi mereka dari hal-hal buruk dalam kehidupan.
Imam al Ghazali menuturkan dalam Ihya' ulum' al din yang dikutip dari buku Anakku Permata Hatiku karya Azizah Farhana, anak adalah amanah Allah SWT bagi orangtuanya, hatinya putih bagaikan mutiara yang indah cemerlang, bersih dari setiap lukisan dan gambar. Ia akan menerima setiap yang dilukiskan dan mengikuti arah mana pun yang ditunjukkan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika diajarkan dan dibiasakan melakukan kebaikan, ia akan menjadi manusia yang baik dan akan membahagiakan orangtua, guru, pengajar, dan pendidiknya di dunia dan akhirat. Tapi, jika dibiasakan melakukan keburukan dan diabaikan seperti hewan, ia akan celaka dan rusak, sementara dosa untuk itu ditimpakan ke pundak para pendidik dan orangtuanya.
Selain sangat besar kedudukan anak bagi orang tua, begitu juga kedudukan anak dalam Islam. Kedudukan anak dalam Islam dijelaskan dalam ayat ayat Al-Qur'an sebagai berikut.
Kedudukan Anak dalam Islam Menurut Al-Qur'an
Mengutip buku Pendidikan Islam Prakonsepsi dan Pascakonsepsi karya H. Achmad Ruslan Afendi, setidaknya terdapat 5 ayat Al-Qur'an yang menjelaskan kedudukan anak dalam Islam
1. Zinah al-Hayah al-Dunya (Perhiasan Dunia)
Anak dapat menjadi perhiasan atau sesuatu yang dianggap baik dan indah (zinah), sebagaimana dalam surah Al-Kahf ayat 46:
الْمَالُ وَالْبَنُونَ زِينَةُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَالْبَاقِيَاتُ الصَّالِحَاتُ خَيْرٌ عِنْدَ رَبِّكَ ثَوَابًا وَخَيْرٌ أملا
Artinya: "Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amal kebajikan yang terus-menerus adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan"
Anak adalah perhiasan dunia, begitu juga harta, keduanya disebut perhiasan dunia bukan perhiasan akhirat. Melalui ayat ini Allah SWT ingin menjelaskan agar manusia menyadari bahwa anak dalam kedudukannya sebagai perhiasan dunia, sifatnya tidak kekal dan sesaat, maka tidak seharusnya terlaku berbangga diri yang berujung pada hal-hal yang menyesatkan.
2. Tafakhur (Kebanggaan)
Kedudukan anak sebagai kebanggaan dapat ditemukan dalam surah Al-Hadid ayat 20:
الأمْوَالِ فِي وَتَكَاثُرُ بَيْنَكُمْ وَتَفَاخُرٌ وَزِينَةً وَلَهُوَ لَعِبَ الدُّنْيَا الْحَيَاةُ أَنَّمَا اعْلَمُوا حُطَامًا يَكُونُ ثُمَّ مُصْفَرًا فَتَرَاهُ يَهِيجُ ثُمَّ نَبَاتُهُ الْكُفَّارَ أَعْجَبَ غَيْثٍ كَمَثَلِ وَالْأَوْلَادِ متاعُ إِلَّا الدُّنْيَا الْحَيَاةُ وَما وَرِضْوَانَ اللهِ مِنَ وَمَغْفِرَةً شَدِيدٌ عَذَابَ الْآخِرَةِ وَفِي الْغُرُور
Artinya: "Ketahuilah, sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan sendagurauan, perhiasan dan saling berbangga di antara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan, seperti hujan yang tanam- tanamannya mengagumkan para petani; kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia tidak lain hanyalah kesenangan yang palsu."
Pada ayat ini Allah SWT menjelaskan kepada manusia bahwa kehidupan dan kesenangan dunia hanyalah seperti mainan dan sesuatu yang lucu, menjadi bahan kelakar antara mereka, serta perhiasan untuk melengkapi dandanan mereka. Mereka berbangga bangga dengan harta dan keturunan yang dianugerahkan kepada mereka. Dunia yang sifatnya sementara, hanya berlangsung beberapa saat lalu hilang lenyap dan berakhirlah wujudnya.
Allah SWT juga menegaskan bahwa di akhirat nanti ada azab pedih yang terus-menerus disediakan bagi orang-orang yang sangat mencintai dunia, di samping itu ada ampunan dari Allah SWT dan keridhaan-Nya yang dianugerahkan kepada orang-orang yang mensucikan dirinya dari dosa dan maksiat, merendahkan diri kepada Allah dan kembali kepada-Nya, taat dan patuh pada segenap perintah dan laranganNya.
3. Qurrah A'yun (Penyejuk Hati)
Keterangan ini dapat kita baca dalam Surah Al- Furqan ayat 74:
لِلْمُتَّقِينَ وَاجْعَلْنَا أَعْيُنِ قُرَّةَ وَذُرِّيَّاتِنَا أَزْوَاجِنَا مِنْ لَنَا هَبْ رَبَّنَا يَقُولُونَ وَالَّذِينَ إمامًا
"Dan orang-orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
Ibnu Abbas berkata bahwa Qurratu A'yun adalah keturunan yang taat, sehingga dengan ketaatannya, anak dapat menjadi penyejuk hati dan bisa membahagiakan orang tua baik di dunia dan di akhirat.
Makna Qurratu A'yun tidak hanya diartikan sebagai nikmat dari seorang anak, melainkan nikmat, anugerah, rahmat, kebahagiaan dari Allah SWT yang diberikan kepada manusia di akhirat kelak sebagai imbalan bagi mereka yang taat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT selama hidup di dunia serta sukses mendidik anak-anaknya menjadi hamba yang bertakwa kepada Allah SWT.
4. Ujian
Kedudukan anak sebagai fitnah dipahami dari dua ayat Al-Qur'an, yakni Surah Al-Anfal ayat 28:
الأن فال) عَظِيمٌ أَجْرٌ عِنْدَهُ الله وَأَنَّ فِتْنَةً وَأَوْلَادُكُمْ أَمْوَالُكُمْ أَنَّمَا وَاعْلَمُوا
Artinya: "Dan ketahuilah bahwa hartamu dan anak-anakmu itu hanyalah sebagai cobaan dan sesungguhnya di sisi Allah ada pahala yang besar."
ال تغابن عَظِيمٌ أَجْرٌ عِنْدَهُ وَاللهُ فِتْنَةٌ وَأَوْلَادُكُمْ أَمْوَالُكُمْ إِنَّمَا
Artinya: "Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah pahala yang besar."
Dari kedua ayat ini, Allah SWT memberi harta dan anak sebagai ujian bagi muslim. Ujian ini untuk melihat apakah mereka dapat meningkatkan ketakwaan, bersyukur atas nikmat, dan melaksanakan kewajiban sesuai ketentuan Allah SWT. Harta dan anak ini bisa menjadi rahmat jika dikelola dengan baik sesuai ajaran agama dan bencana jika disalahgunakan atau diabaikan Setiap muslim harus mengendalikan harta dan mendidik anak sesuai tuntutan agama, serta mengutamakan ridha Allah SWT daripada cinta harta dan anak.
5. Musuh
Petunjuk yang menjelaskan kedudukan anak sebagai musuh terdapat dalam Surah Al-Tagabun ayat 14 :
تَعْفُوا وَإِنْ فَاحْذَرُوهُمْ لَكُمْ عَدُوًّا وَأَوْلَادِكُمْ أَزْوَاجِكُمْ مِنْ إِنَّ آمَنُوا الَّذِينَ أَيُّهَا يَا رَحِيمٌ غَفُورٌ اللَّهَ فَإِنَّ وَتَغْفِرُوا وَتَصْفَحُوا
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka, dan jika kamu maafkan dan kamu santuni serta ampuni (mereka), maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(lus/lus)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi