Takdir Allah SWT yang ditentukan bagi manusia sebelum kelahirannya adalah perkara penting dalam ajaran Islam. Dalam Islam, ada empat perkara takdir Allah yang sudah ditetapkan untuk setiap manusia sejak ia berada dalam kandungan ibunya.
Takdir secara keseluruhan ditetapkan pada empat waktu. Pertama, penulisan takdir azali yang mencakup semua makhluk dan peristiwa hingga hari kiamat, terjadi sebelum penciptaan langit dan bumi dan yang tertulis dalam Lauhul Mahfudz. Hal ini dijelaskan dalam Al-Khurasaniyyah Fi Syarhi 'Aqidah Ar-Raziyyaini oleh Syaikh Abdul Aziz Marzuq Ath-Tharifi.
Kedua, takdir ditetapkan saat pengambilan janji. Ketiga, saat pembentukan nutfah atau sperma. Keempat, pada malam Lailatul Qadar, ketika takdir tahunan dituliskan. Menurut Ibnu Qayyim al-Jauziyyah dalam Syifa'ul 'Alil Fi Masa'ilil Qadha Wal Qadar, ada pula penetapan takdir harian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berikut adalah empat perkara yang telah ditetapkan oleh Allah untuk manusia, yang telah ditentukan sejak ia masih berada dalam kandungan, sebelum lahir ke dunia.
Empat Perkara yang Ditentukan oleh Allah bagi Manusia Sebelum Lahir ke Dunia
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa terdapat empat takdir yang telah dituliskan ketika manusia masih berbentuk janin di dalam rahim. Takdir-takdir tersebut meliputi rezekinya, amal perbuatannya, ajalnya, serta apakah ia akan menjadi orang yang bahagia atau celaka di akhirat nanti.
Hadits ini tercantum dalam kitab Arba'in An-Nawawiyah yang disusun oleh Imam an-Nawawi yang berjudul Tahapan Penciptaan Manusia dan Amalan Terakhirnya. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Abdurrahman Abdullah bin Mas'ud RA, yang menyatakan bahwa Rasulullah SAW pernah menyampaikan tentang ketentuan-ketentuan tersebut sejak seseorang berada dalam kandungan.
عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: حَدَّ ثَنَا رَسُولُ الله صَلِّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوقُ : إِنْ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِي بَطْنِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا نُطْفَةً، ثُمَّ يَكُونُ عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يَكُونُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ، ثُمَّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ فَيَنْفُخُ فِيهِ الرُّوْحُ وَ يُؤْ مَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكُتُبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْسَعِيدٌ فَوَاللَّهِ الَّذِي لَا إِلَهَ غَيْرُهُ إِنْ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْ خُلُهَا، وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ حَتَّى مَا يَكُونُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلَّا ذِرَاعٌ، فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ الْكِتَابُ، فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا
( رَوَاهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Artinya: Abu Abdurahman Abdullah bis Mas'ud RA berkata, Rasulullah bersabda kepada kami, sedang beliau adalah orang yang jujur dan terpercaya,
"Sesungguhnya tiap tiap kalian dikumpulkan ciptaanya dalam rahim ibunya, selama empat puluh hari berupa nutfah (air mani yang kental), lalu menjadi alaqah (segumpal darah) selama itu pula, lalu menjadi mudghah (segumpal daging) selama itu pula, kemudian Allah mengutuskan malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya dan mencatat 4 (empat) hal yang telah ditentukan, yakni: rezeki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagianya.
Demi Allah, Dzat yang tiada Tuhan selain Dia, sesungguhnya setiap kalian ada yang beramal dengan amalan penghuni surga hingga jarak antara dia dengan surga hanya sehasta (dari siku sampai ke ujung jari). Lalu suratan takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli neraka, maka iapun masuk neraka.
Ada juga di antara kalian yang beramal dengan amalan penghuni neraka hingga jarak antara dia dan neraka hanya sehasta. Lalu suratan takdir mendahuluinya, sehingga ia beramal dengan amalan ahli surga maka ia pun masuk surga." (HR. Bukhari dan Muslim).
Penjelasan Hadits
Menurut buku Al-Wafi: Syarah Hadits Arbain Imam An-Nawawi yang diterjemahkan oleh Dr. Musthafa Dib Al-Bugha, hadits ini memiliki keistimewaan karena menjelaskan perjalanan manusia dari awal penciptaannya, kehidupan di dunia, hingga tujuan akhirnya, yaitu surga yang penuh kebahagiaan atau neraka yang penuh kesengsaraan.
Nasib akhir ini sangat terkait dengan usaha dan perilaku manusia selama di dunia. Semua ini terjadi sesuai dengan ilmu dan kehendak Allah SWT, karena Dia-lah yang menetapkan dan memutuskannya.
Semua ini telah dituliskan bagi setiap individu, menegaskan bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidup manusia, termasuk jalan hidupnya, telah diatur oleh Allah sejak awal penciptaannya.
Masa Janin di dalam Rahim
Dilansir dari sumber sebelumnya, hadits ini menjelaskan bahwa janin mengalami perubahan selama 120 hari melalui tiga tahapan. Setiap tahap berlangsung selama 40 hari.
Pada fase pertama, janin berbentuk nutfah (setetes mani), pada fase kedua berubah menjadi 'alaqah (segumpal darah), dan pada fase ketiga menjadi mudhgah (segumpal daging). Setelah 120 hari, ruh ditiupkan ke dalam janin, disertai dengan empat perkara yang telah ditetapkan oleh Allah bagi manusia sebelum lahir ke dunia yakni: rezekinya, amal perbuatannya, ajalnya, serta apakah ia akan menjadi orang yang bahagia atau celaka di akhirat nanti.
Peniupan Ruh
Berdasarkan dari kesepakatan para ulama yang ditulis pada sumber sebelumnya, mereka bersepakat bahwa peniupan ruh ke dalam janin terjadi setelah 120 hari dari awal pembentukan janin, yakni sekitar bulan keempat hingga awal bulan kelima. Keterangan ini tercantum dalam berbagai kitab.
Oleh sebab itu, pemenuhan kebutuhan janin dari ibunya sangat penting untuk memastikan perkembangan janin yang optimal. Selain itu, masa iddah selama 4 bulan 10 hari bagi seorang istri yang ditinggal mati suaminya juga bertujuan untuk memastikan bahwa rahimnya tidak mengandung janin.
Dalam kitab Syarah Muslim karya Imam An-Nawawi, dijelaskan bahwa ruh adalah substansi halus yang mengalir di dalam tubuh, seperti aliran air di dalam kayu yang subur. Sementara itu, dalam kitab Ihya' Ulumiddin, Imam Al-Ghazali menjelaskan bahwa ruh merupakan unsur murni yang bergerak di dalam tubuh.
Hadits ini menggambarkan tahapan pembentukan janin di dalam rahim, yang dalam perkembangan ilmu modern dikenal dengan embriologi. Ini merupakan bukti nyata dari mukjizat ilmiah yang terkandung dalam Al-Qur'an Al-Karim dan Sunnah Nabi, yang telah menjelaskan proses biologis ini jauh sebelum ilmu pengetahuan dapat membuktikannya secara ilmiah.
(dvs/lus)
Komentar Terbanyak
Di Masjid Al Aqsa, Menteri Garis Keras Israel Serukan Ambil Alih Gaza
Menteri Israel Pimpin Ibadah Yahudi di Halaman Masjid Al Aqsa
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah