Sosok Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Syahid di Iran

Sosok Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Syahid di Iran

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Rabu, 31 Jul 2024 14:01 WIB
Palestinian group Hamas top leader, Ismail Haniyeh speaks during a press conference in Tehran, Iran, March 26, 2024. Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights
Ismail Haniyeh (Foto: Majid Asgaripour/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS/File Photo Purchase Licensing Rights)
Jakarta -

Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas akibat serangan yang terjadi di Iran, Rabu (31/7). Departemen Hubungan Masyarakat Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) mengatakan serangan terjadi pagi hari dan masih diselidiki penyebabnya.

"Pagi hari ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya mati syahid," sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

Menurut laporan Reuters dan Al Arabiya, Hamas menyatakan pihaknya tengah berkabung atas kematian Haniyeh. Berdasarkan pernyataannya, Haniyeh tewas dalam 'penyerbuan berbahaya zionis terhadap kediamannya di Teheran.'

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Televisi pemerintah Iran juga melaporkan bahwa Haniyeh tewas bersama salah satu pengawalnya di Teheran. Kedatangannya di Teheran untuk menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran, Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7/2024) kemarin.

Profil Ismail Haniyeh

Melansir dari Britannica, Ismail Haniyeh adalah salah satu tokoh politik Palestina yang paling terkemuka. Dikatakan, Haniyeh memainkan peran kunci dalam politik Timur Tengah yang kompleks.

ADVERTISEMENT

Pria yang lahir pada tahun 1963 di kamp pengungsi Shati, Gaza itu mengenyam pendidikan di sekolah yang dikelola Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Masa kuliahnya ia habiskan di Universitas Islam Gaza dengan gelar sastra Arab pada 1987 silam.

Ismail Haniyeh mulai berkecimpung dengan kelompok Hamas ketika mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Haniyeh juga berpartisipasi dalam protes Intifada Pertama dan sempat dihukum penjara oleh pengadilan militer Israel.

Setelah bebas, otoritas militer Israel di wilayah Palestina yang diduduki memulangkan Haniyeh ke Lebanon bersama para pemimpin senior Hamas, Abdel Aziz al-Rantissi, Mahmoud Zahar, Aziz Duwai, dan 400 aktivis lainnya.

Ismail Haniyeh kembali ke Gaza pada 1993 setelah perjanjian Oslo. Kepemimpinannya di Hamas bermula pada 1997 ketika ia menjadi sekretaris pemimpin spiritual kelompok tersebut yaitu Syaikh Ahmed Yassin.

Haniyeh juga menjadi Perdana Menteri pemerintah Otoritas Palestina setelah kemenangan Hamas dalam pemilihan legislatif tahun 2006. Tetapi, ia diberhentikan oleh Presiden Mahmoud Abbas pada 2007, yang memperdalam konflik politik antara Fatah dan Hamas.

Selama konflik Fatah-Hamas, Ismail Haniyeh sempat ditolak masuk ke Gaza dari Mesir di Perlintasan Perbatasan Rafah saat kembali dari perjalanan resmi pertamanya ke luar negeri sebagai PM pada 2006. Kemudian ketika ia mencoba menyeberangi perbatasan, baku tembak menyebabkan seorang pengawal tewas dan putra sulung Haniyeh terluka.

Ketika tahun 2016, Haniyeh menggantikan pemimpin utama Hamas yang dipimpin Khaled Mashaal dalam pemilihan umum. Ismail Haniyeh disebut sebagai figur tertinggi dalam kelompok Hamas, ia bahkan sering berada di luar gaza untuk menghindari serangan dan blokadi yang dilakukan Israel sembari berkomunikasi dengan beberapa mitra Hamas seperti Qatar dan Iran.

Pada 2019, Ismail Haniyeh meninggalkan jalur Gaza dan tinggal di Turki serta Qatar untuk mewakili Hamas di luar negeri. Selama perang Hamas-Israel, Haniyeh memimpin delegasi Hamas dalam negosiasi yang mediasi oleh Qatar dan Mesir.




(aeb/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads