Sejarah puasa Tasua dan Asyura penting diketahui oleh muslim. Terlebih, sejarahnya menjadi asal-usul dianjurkannya puasa oleh Rasulullah SAW.
Menukil buku Fikih Puasa oleh Ali Mustafa Siregar, puasa Tasua dikerjakan pada 9 Muharram sementara Asyura pada 10 Muharram. Dalil kedua amalan tersebut bersandar pada hadits Nabi Muhammad SAW, ia bersabda:
"Sungguh, jika aku masih hidup sampai tahun depan niscaya aku akan berpuasa pada tanggal 9 dan 10 (Muharram)." (HR Ahmad)
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada hadits lainnya, Rasulullah SAW menyebut puasa di bulan Muharram menjadi sebaik-baiknya puasa setelah Ramadan. Berikut bunyi sabdanya,
"Sebaik-baik puasa setelah bulan Ramadan adalah puasa bulan Muharram dan sebaik-baik salat setelah salat wajib adalah salat malam." (HR Muslim, Abu Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Sejarah Puasa Tasua dan Asyura
Menurut buku Fiqih Kontroversi Jilid 2 susunan H M Anshary, sejarah puasa Asyura dan Tasua bermula ketika Rasulullah SAW berada di Makkah. Saat itu, beliau menunaikan puasa Asyura secara diam-diam.
Dari Aisyah RA, ia berkata:
"Di zaman jahiliyah dahulu, orang Quraisy biasa melakukan puasa Asyura. Rasulullah SAW juga melakukan puasa tersebut. Tatkala tiba di Madinah, beliau melakukan puasa tersebut dan memerintahkan yang lain untuk melakukannya. Namun ketika puasa Ramadan diwajibkan, beliau meninggalkan puasa Asyura. Dan beliau berkata: Barangsiapa yang mau silahkan berpuasa. Barangsiapa yang tidak mau, silakan meninggalkannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Melalui hadits tersebut, diketahui Nabi Muhammad SAW saat di Makkah melakukan puasa Asyura dan tidak memerintahkan para sahabat untuk melakukannya juga. Lalu, saat hijrah ke Madinah beliau melihat orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura dan memuliakan hari tersebut, Nabi SAW pun ikut berpuasa seraya mengimbau para sahabat untuk ikut berpuasa.
Hal di atas berdasarkan kepada riwayat dari Ibnu Abbas RA, dikisahkan saat Rasulullah SAW tiba di Madinah, ia mendapati orang-orang Yahudi melakukan puasa Asyura. Kemudian Rasulullah SAW bertanya, "Hari yang kalian berpuasa ini hari apa?"
Orang-orang Yahudi tersebut menjawab, "Ini adalah hari yang sangat mulia. Ini adalah hari di mana Allah menyelamatkan Musa dan kaumnya. Ketika itu pula Firaun dan kaumnya ditenggelamkan. Musa berpuasa pada hari ini dalam rangka bersyukur, maka kami pun mengikuti beliau berpuasa pada hari ini."
Kemudian Rasulullah SAW bersabda, "Kita seharusnya lebih berhak dan lebih utama mengikuti Musa daripada kalian."
Setelah peristiwa tersebut, Rasulullah SAW memerintahkan muslimin untuk berpuasa. (HR Muslim)
Seperti diketahui, puasa Ramadan diwajibkan pada tahun ke-2 Hijriah. Sejak turunnya perintah kewajiban puasa Ramadan itu, Nabi Muhammad SAW tidak lagi melakukan puasa Asyura dan tidak lagi memerintahkan serta tidak pula melarang sahabat melakukannya.
Rasulullah SAW mengatakan bahwa siapapun yang ingin puasa Asyura silahkan dan yang tidak ingin juga tidak masalah. Ini merujuk pada hadits Aisyah RA.
Meskipun Nabi Muhammad SAW meninggalkan puasa Asyura sejak turunnya kewajiban puasa Ramadan, pada akhir usianya beliau bertekad untuk melaksanakan puasa Asyura dan Tasua bersama para sahabat. Tujuannya untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan orang-orang Yahudi sebagaimana bunyi hadits dari Ibnu Abbas RA,
"Tatkala Rasulullah SAW melaksanakan puasa Asyura dan menyuruh para sahabat melakukannya. Para sahabat bertanya: Ya Rasulullah SAW sesungguhnya hari ini adalah hari yang orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadikannya hari besar. Beliau menjawab: Bila usia kita sampai tahun depan, Insyaallah kita puasa pada tanggal 9 Muharram (Tasua). Ia berkata: Dan sebelum sampai datang tahun berikutnya Rasulullah SAW telah wafat." (HR Muslim)
Jadi, meski Nabi SAW sempat meninggalkan puasa Asyura setelah turunnya perintah puasa Ramadan, jelang akhir usianya beliau bersama para sahabat melaksanakan puasa Asyura lagi. Ia juga bermaksud di tahun yang mendatang melaksanakan puasa pada hari kesembilan Muharram atau puasa Tasua untuk menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan Yahudi.
Para ulama sepakat bahwa hukum puasa Tasua dan Asyura sunnah atau dianjurkan sekaligus. Namun, tidak masalah juga jika hanya ingin melaksanakan Asyura tanpa Tasua.
Keutamaan Puasa Tasua dan Asyura
Menukil dari buku Panduan Muslim Sehari-hari susunan Hamdan Rasyid dan Saiful Hadi El-Sutha, ada sejumlah keutamaan puasa Tasua dan Asyura yang bisa didapatkan oleh muslim.
1. Menghapus Dosa Setahun Lalu
Melaksanakan puasa Asyura dikatakan dapat menghapus dosa seseorang setahun lalu. Keutamaan ini disebutkan dalam hadits dari Abu Qatadah Al Anshary, Nabi SAW bersabda:
"Puasa Arafah menghapus dosa dua tahun yang lalu dan yang akan datang, sementara puasa Asyura menghapus dosa setahun yang lalu." (HR Muslim)
2. Membedakan Umat Islam dan Yahudi
Puasa Tasua dikerjakan sebagai pembeda antara umat Islam dan Yahudi. Sebab, Yahudi mengerjakan puasa Asyura pada 10 Muharram.
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW berkata, "Puasalah kalian pada hari Asyura dan bedakan dengan kaum Yahudi, puasalah kalian sehari sebelum atau sesudahnya." (HR Ahmad)
3. Pahala Setara 10.000 Malaikat
Berpuasa sunnah di bulan Muharram disebut mengandung pahala setara 10 ribu malaikat. Hal ini disebut dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharam), maka Allah SWT memberinya pahala 10 ribu malaikat. Dan, barang siapa berpuasa di hari Asyura (10 Muharam), maka ia diberi pahala 10.000 orang berhaji dan berumrah dan 10 ribu pahala orang mati syahid. Barang siapa mengusap kepala anak anak yatim di hari tersebut, maka Allah SWT menaikkan dengan setiap rambut satu derajat. Barang siapa memberi makan kepada orang mukmin yang berbuka puasa di hari Asyura, maka seolah-olah ia memberi makan seluruh umat Rasulullah SAW yang berbuka puasa dan mengenyangkan perut mereka." (HR Muslim)
Jadwal Puasa Tasua dan Asyura
Jadwal puasa sunnah Muharram 1446 H antara pemerintah, ormas Nahdlatul Ulama (NU) dan PP Muhammadiyah berbeda. Sebab, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menetapkan 1 Muharram 1446 H bertepatan dengan Senin, 8 Juli 2024. Ini berbeda dengan pemerintah dan Muhammadiyah yang menetapkan awal Muharram pada Minggu, 7 Juli 2024,
1. Jadwal Puasa Muharram Versi Pemerintah dan Muhammadiyah
- Puasa Tasua 9 Muharram 1446 H: Senin, 15 Juli 2024
- Puasa Asyura 10 Muharram 1446 H: Selasa, 16 Juli 2024
2. Jadwal Puasa Muharram Versi PBNU
- Puasa Tasua 9 Muharram 1446 H: Selasa, 16 Juli 2024
- Puasa Asyura 10 Muharram 1446 H: Rabu, 17 Juli 2024
(aeb/rah)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Acara Habib Rizieq di Pemalang Ricuh, 9 Orang Luka-1 Kritis