Idul Adha 2024 Muhammadiyah Tanggal Berapa? Cek di Sini

Idul Adha 2024 Muhammadiyah Tanggal Berapa? Cek di Sini

Alvin Setiawan - detikHikmah
Sabtu, 15 Jun 2024 09:00 WIB
Tim Hisab Rukyat melakukan pemantauan rukyatul hilal di Kanwil Kemenag DKI Jakarta, Jakarta, Jumat (7/6/2024). Tim Hisab Rukyat Kanwil Kemenag DKI Jakarta berhasil melihat hilal tepat pada pukul 18.16 WIB sehingga memberikan rekomendasi kepada Kementerian Agama untuk menyatakan penentuan 1 Zulhijah 1445 H pada 8 Juni 2024 dan Idul Adha 10 Zulhijah 1445 H pada 17 Juni 2024. ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/YU
Ilustrasi Idul Adha 2024 Muhammadiyah. (Foto: ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso)
Jakarta -

Beda halnya dengan pemerintah, PP Muhammadiyah telah mengumumkan awal bulan Zulhijah 1445 H yang menjadi acuan Idul Adha 10 Zulhijah dari jauh hari. Kapan Idul Adha 2024 menurut ketetapan Muhammadiyah?

Pemerintah sebelumnya sudah memutuskan Idul Adha 2024 setelah menggelar sidang isbat penentu awal bulan Hijriah. Sidang tersebut digelar pada 7 Juni 2024 lalu yang hasilnya menetapkan awal Zulhijah 1445 pada 8 Juni 2024 dan Idul Adha jatuh pada 17 Juni 2024.

Idul Adha 2024 Muhammadiyah Jatuh pada 17 Juni

Idul Adha 2024 pada 10 Zulhijah 1445 H menurut Muhammadiyah akan jatuh pada Senin, 17 Juni 2024. Hal ini berdasarkan Maklumat PP Muhammadiyah Nomor 1/MLM/I.0/E/2024 tentang Penetapan Hasil Hisab, Syawal, dan Zulhijah 1445 H yang dikeluarkan pada 12 Januari 2024 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dilansir dari laman Muhammadiyah, ijtimak atau momen konjungsi bulan, tercatat terjadi pada Kamis, 6 Juni 2024 yang bertepatan dengan tanggal 29 Zulkaidah 1445 H, tepat pukul 19:39:58 WIB.

Namun, pada saat matahari terbenam di Yogyakarta, bulan masih berada di bawah ufuk (-03° 32` 39″) sehingga hilal belum tampak. Untuk itu, umur bulan Zulkaidah 1445 H disempurnakan (istikmal) menjadi 30 hari sehingga awal Zuhijah 1445 H jatuh pada 8 Juni 2024.

ADVERTISEMENT

Berdasarkan penetapan Muhammadiyah, berikut konversi tanggal penting Hijriah dalam kalender Masehi:

  • 1 Zulhijah 1445 H bertepatan pada Sabtu, 8 Juni 2024
  • 9 Zulhijah 1445 H bertepatan pada Ahad, 16 Juni 2024
  • 10 Zulhijah 1445 H bertepatan pada Senin, 17 Juni 2024

Penetapan awal bulan Hijriah menurut Muhammadiyah ini menggunakan metode hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Hisab hakiki adalah metode hisab yang mengacu pada gerak benda langit, khususnya matahari dan bulan.

Gerak dan posisi bulan dalam metode ini dihitung untuk mendapatkan gerak dan posisi bulan yang sebenarnya dan setepat-tepatnya sebagaimana adanya. Adapun wujudul hilal adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan pada saat matahari terbenam dan bulan belum terbenam.

Dengan kata lain, bulan terbenam terlambat dari terbenamnya matahari berapa pun selisih waktunya. Dengan istilah geometrik, pada saat matahari terbenam posisi bulan masih di atas ufuk berapa pun tingginya.

Kriteria penetapan awal bulan baru dengan prinsip hisab hakiki wujudul hilal ini didasarkan dari tiga kriteria yang harus dipenuhi, yaitu sudah terjadi ijtimak (konjungsi) antara bulan dan matahari, ijtimak terjadi sebelum terbenam matahari, dan ketika matahari terbenam bulan belum terbenam, atau bulan masih berada di atas ufuk.

Sebaliknya apabila salah satu saja dari tiga kriteria tersebut tidak terpenuhi, saat matahari terbenam sampai esok harinya belum masuk bulan baru kalender Hijriah. Bulan baru akan dimulai pada saat terbenam matahari berikutnya, setelah ketiga kriteria tersebut terpenuhi.

Sejarah Idul Adha dan Keutamaannya

Sejarah Idul Adha tak lepas dari peristiwa Nabi Ibrahim AS menyembelih putranya, Nabi Ismail AS atas perintah Allah SWT. Dikutip dari buku Bercermin pada Nabi Ibrahim karya Otong Surasman, dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, Nabi Ibrahim AS akhirnya melaksanakan perintah tersebut, yang kemudian dalam sejarah dikenal sekarang dengan hari Kurban.

Ketika Nabi Ibrahim AS akan menyembelih putranya, atas izin dan kuasa Allah SWT, Nabi Ismail AS ditukar dengan kibas atau domba besar dari surga. Sebagaimana yang dikisahkan dalam surah As Shaffat ayat 106-107 yang berbunyi:

اِنَّ هٰذَا لَهُوَ الْبَلٰۤؤُا الْمُبِيْنُ ١٠٦

وَفَدَيْنٰهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ ١٠٧

Artinya: "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami menebusnya dengan seekor (hewan) sembelihan yang besar."

Peristiwa tersebut menjadi pelajaran penting bagi muslim yang hidup di zaman sekarang agar mampu mengorbankan harta yang dicintainya untuk menegakkan nilai-nilai kebenaran dan mencapai rida Allah SWT. Menolong orang-orang yang kurang mampu, menyantuni anak-anak yatim, dan berupaya bagi para ulama memberikan tuntunan dan bimbingan agar menuntun umat manusia menuju jalan yang benar, yang dirahmati dan diridai Allah SWT.

Kurban disebut berkat perjuangan Nabi Ibrahim AS yang menjadi bagian penting daripada kesempurnaan syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Dari sejarah tersebutlah, setiap 10 Zulhijah, muslim memperingati hari Idul Adha.

Mengutip buku Menggapai Berkah di Bulan-bulan Hijriah karya Siti Zamratus Sa'adah, dijelaskan bahwa salat dan penyembelihan hewan kurban di hari Idul Adha adalah lebih afdal atau utama daripada salat dan sedekah di hari Idul Fitri.

Pada hari itulah, Rasulullah SAW diperintahkan untuk memperbanyak salat dan menyembelih hewan kurban, sebagai ungkapan rasa syukurnya kepada Allah SWT atas anugerah-Nya. Dia berfirman dalam surah Al An'am ayat 162 yang berbunyi,

قُلْ إِنَّ صَلَاتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ

Artinya: "Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam'."

Untuk itu, muslim dianjurkan untuk bertakbir pada hari tersebut. Waktu bertakbir pada hari raya Idul Adha dimulai pada Subuh hari Arafah hingga akhir petang hari tasyrik, yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Zulhijah.

Dikutip dari buku Fikih Sunnah Jilid 2 karangan Sayyid Sabiq terjemahan Khairul Amru Harahap, Al- Hafidz Ibnu Hajar dalam Fath al-Bari berkata, "Tidak ada keterangan hadits dari Rasulullah SAW mengenai masalah ini. Dan riwayat paling shahih dari para sahabat Rasulullah SAW adalah keterangan dari Ali dan Ibnu Mas'ud, bahwa takbir pada Idul Adha dimulai sejak Subuh hari Arafah hingga Ashar hari terakhir di Mina.' (HR Ibnu Mundzir dan yang lainnya).

Wallahu a'lam.




(rah/rah)

Hide Ads