Mengenal Pulau Natal, Wilayah Australia yang Dihuni Mayoritas Muslim

Mengenal Pulau Natal, Wilayah Australia yang Dihuni Mayoritas Muslim

Hanif Hawari - detikHikmah
Kamis, 29 Feb 2024 20:00 WIB
Flying Fish Cove is the main settlement on Christmas Island. Originally named after British survey-ship Flying-Fish, the town is often just called “The Settlement”
Ilustrasi Christmas Island / Pulau Natal. (Foto: Getty Images/KiltedArab)
Jakarta -

Pulau Natal adalah pulau kecil yang berada di Samudra Hindia, tepatnya di selatan Pulau Jawa, Indonesia. Pulau yang masuk ke wilayah Australia ini dikenal memiliki ekosistem yang unik, beragam budaya dan sejarah.

Menukil buku Pengantar Pulau Natal oleh Gilad James, PhD, pada tahun 2020, Pulau Natal dihuni sekitar 1.800 manusia. Populasi pulau ini terdiri dari beragam etnis, dengan mayoritas keturunan Tiongkok dan Melayu. Selain itu, ada lagi populasi yang lebih kecil dari Eropa, Kepulauan Pasifik, dan kebangsaan Asia lainnya.

Pulau Natal memiliki luas total sekitar 135 kilometer persegi dan terbentuk dari aktivitas vulkanik. Geologinya didominasi oleh batu kapur yang terbentuk dari akumulasi sisa-sisa organisme laut seperti karang dan kerang selama jutaan tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sejarah Pulau Natal

Pulau Natal memiliki sejarah unik yang telah dibentuk oleh beberapa peristiwa penting yang terjadi di pulau itu. Pulau ini ditemukan pertama kali oleh Kapten William Mynors pada 25 Desember 1643 dan langsung menamainya Pulau Natal.

Dalam dua abad berikutnya, sebagian besar Pulau Natal tetap tidak berpenghuni. Pulau Natal hanya berfungsi sebagai stasiun jalan bagi kapal yang berpergian antara Asia dan Australia.

ADVERTISEMENT

Pada tahun 1887, pulau ini diklaim oleh Kerajaan Inggris dan tetap di bawah kendali Inggris hingga dipindahkan ke Australia pada tahun 1958. Selama periode ini, Pulau Natal digunakan untuk beberapa tujuan, termasuk penambangan endapan fosfat, yang kini menjadi mata pencaharian utama bagi penduduk.

Melansir Parks Australia, pemerintah Australia dan Selandia Baru membeli Perusahaan Fosfat Pulau Natal pada tahun 1949, dan tanggung jawab administratif atas pulau tersebut dialihkan dari Inggris ke koloni Inggris di Singapura.

Namun, setelah Inggris menyerahkan sebagian besar koloninya setelah perang, Australia menyatakan minatnya untuk mengakuisisi Pulau Natal ini. Pada tahun 1958, Pulau Natal diasingkan dari Singapura dan kedaulatannya dialihkan ke Australia.

Akhirnya, Australia membayar kompensasi sebesar 2.800.000 pound sterling atas kehilangan pendapatan fosfat. Christmas Island menjadi bagian dari wilayah Australia pada tanggal 1 Oktober 1958, yang sejak itu diperingati sebagai Hari Wilayah.

Penduduk Mayoritas Beragama Islam

Meskipun namanya adalah Pulau Natal, ternyata penduduk pulau ini mayoritas beragama Islam. Hal ini berkaitan erat dengan imigrasi yang terjadi dimana pulau ini tidak memiliki penduduk asli.

Kebanyakan warganya adalah imigran yang dulu bekerja di pulau itu dan juga berjuang untuk mendapatkan status kewarganegaraan dari pemerintah Australia.

Di antara para imigran tersebut, terdapat kaum muslim yang akhirnya membawa pengaruh ajaran Islam. Berdasarkan informasi di laman Index Mundi tahun 2021, populasi muslim di pulau tersebut sebanyak 19,4 persen dari total penduduk 1.402 jiwa.

Sebagian besar merupakan imigran beretnis Melayu. Namun, etnis tersebut bukanlah kelompok mayoritas.

Dengan jumlah tersebut, Islam menjadi agama mayoritas kedua di Pulau Natal. Sama seperti Indonesia dan Malaysia yang jadi mayoritas umat Muslim, di pulau ini juga sederet perayaan Islam digelar bahkan Idul Fitri dan Idul Adha masuk ke dalam daftar hari libur.




(hnh/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads