Pesan Ketum Muhammadiyah soal Pemilu 2024: Bukan Sekedar Menang dan Kalah

Pesan Ketum Muhammadiyah soal Pemilu 2024: Bukan Sekedar Menang dan Kalah

Rahma Ambar Nabilah - detikHikmah
Selasa, 13 Feb 2024 18:30 WIB
Haedar Nashir saat menyampaikan tausyiah terkait Pemilu 2024 (Dok. Istimewa)
Foto: Haedar Nashir saat menyampaikan tausyiah terkait Pemilu 2024 (Dok. Istimewa)
Jakarta -

Pemilu 2024 akan dilaksanakan esok hari pada Rabu, 14 Februari. Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Haedar Nashir, berharap pemilu 2024 berlangsung aman, damai, bersih, dan sesuai dengan peraturan.

Dilansir dari laman resmi Muhammadiyah, Selasa (13/2/2024), Haedar mengajak semua pihak untuk merenungkan kembali pemilu sebagai proses demokrasi yang signifikan, bukan hanya kontestasi pemenangan.

"Pemilu tidak berhenti pada perjuangan kekuasaan atau power struggle tentang siapa menang, siapa kalah," kata Haedar dalam Refleksi Pemilu 2024 pada hari Ahad, (11/2).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam kontestasi Pemilu, tidak diperkenankan melakukan apa pun untuk mendapatkan kekuasaan. Sebaliknya, jalankan Pemilu sebagai kontestasi demokrasi yang substantif dan bukannya pragmatis transaksional.

Haedar menyatakan bahwa pemilihan tidak dianggap sebagai pasar politik yang penuh dengan transaksi, dimana pemilih hanya memilih berdasarkan kepentingan pragmatis atau nilai guna, baik berupa materi maupun kursi dan posisi.

ADVERTISEMENT

Dia kemudian menambahkan, "Pemilu 2024 adalah proses demokrasi untuk memilih para pemimpin Indonesia di lembaga eksekutif dan legislatif, yang akan menentukan merah putihnya Indonesia. Proses Pemilu harus mengikuti proses demokrasi dari, oleh dan untuk rakyat."

Guru Besar Sosiologi ini berharap bahwa Pemilu 2024 akan membawa perbaikan besar bagi kebutuhan rakyat dan masa depan Indonesia yang makmur sesuai dengan cita-cita pendiri negara.

Salah satu tujuan didirikannya Indonesia adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan dan meningkatkan kekuatan negara, serta untuk memajukan perdamaian global melalui prinsip keadilan sosial dan perdamaian yang berkelanjutan.

Oleh karena itu, kandidat yang berpartisipasi dalam Pemilu 2024 diharapkan untuk memproyeksikan visi kebangsaan, yaitu terwujudnya Indonesia merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur. Harapannya adalah bahwa visi ini akan menjadi kenyataan dan bukan utopia.

Haedar menambahkan, "Pikiran para elit yang berkontestasi tidak boleh terjebak pada kesadaran untuk berkuasa semata, apalagi disertai sikap euforia dan serampangan seolah menjadi pemimpin negara Indonesia itu merupakan pekerjaan gampang, dan ringan."

Mandat untuk memimpin negara ini bukanlah tugas yang mudah, mereka yang dipilih memiliki tanggung jawab berat untuk memastikan bahwa kehidupan di seluruh bidang berjalan sesuai dengan aturan konstitusi dan cita-cita pendiri negara ini. Dimana peningkatan bukan hanya fisik, tetapi juga mental, pikiran, dan perilaku.

Menurut Haedar, menjadi pemimpin Indonesia ibarat menahkodai kapal besar di tengah gelombang dahsyat di lautan. Beban masalah dan tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini dan ke depan sangatlah kompleks.

Haedar menjelaskan adanya beberapa tantangan yang akan dihadapi Indonesia, termasuk generasi Indonesia Emas 2025, merawat persatuan di tengah kebhinekaan, menegakkan nilai utama kebangsaan, menyelesaikan masalah domestik, dan luar negeri dari Haedar merinci beberapa permasalahan yang akan dihadapi Indonesia meliputi generasi Indonesia Emas 2045, merawat persatuan di tengah kebhinekaan, menegakkan nilai utama kebangsaan, menyelesaikan masalah domestik, dan luar negeri dari hal praktis hingga strategis, mengolah dan menyelamatkan sumber daya alam, serta menjadikan Indonesia benar-benar maju di seluruh bidang kehidupan.

Pemimpin juga akan menghadapi tantangan seperti peningkatan penegakan hukum yang lemah, kesenjangan sosial, hutang negara, korupsi, kesenjangan sosial, perubahan iklim, dinamika daerah, dan masalah politik dan ekonomi global lainnya.




(lus/lus)

Hide Ads