Hadis Adalah: Pengertian dan Bentuknya yang Perlu Diketahui

Hadis Adalah: Pengertian dan Bentuknya yang Perlu Diketahui

Hanif Hawari - detikHikmah
Selasa, 06 Feb 2024 09:30 WIB
Nabi Muhammad.
Foto: Ahmet Kurem/Unsplash
Jakarta -

Hadis Nabi adalah sumber ajaran Islam kedua setelah Al-Qur'an, yang setiap muslim wajib mengikuti dan mengamalkan ajaran-ajaran yang terdapat di dalamnya. Karena sifatnya yang demikian, maka mempelajari hadis juga merupakan keharusan bagi setiap muslim.

Mempelajari ilmu hadis juga menjadi keniscayaan, karena ilmu ini membahas mengenai hal ihwal yang berkaitan dengan hadis Nabi khususnya dari segi dapat tidaknya dijadikan dalil agama Islam. Berbeda dengan Al-Qur'an yang seluruh ayatnya dijamin dari Allah SWT.

Pengertian Hadis

Merujuk pada buku Ulumul Hadis karya Abdul Majid Khon, hadis memiliki beberapa sinonim yaitu Sunnah, Khabar dan atsar. Hadis juga sering disebut oleh umat Islam, tapi terkadangan memiliki maksud ganda.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hadis berasal dari akar kata al-jiddah yang memiliki arti baru. Makna etimologi ini memiliki konteks teologis bahwa kalam selain kalam Allah SWT bersifat hadis (baru), sedangkan kalam Allah SWT bersifat qadim (terdahulu).

Menurut Abu Al-Baqa, hadis adalah kata benda dari kata at-tahdits yang berarti pemberitaan, kemudian menjadi termin suatu perkataan, perbuatan, dan persetujuan yang didasarkan pada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan menurut Mahmud Ath-Thahan, hadis adalah sesuatu yang datang dari Nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, dan persetujuan.

ADVERTISEMENT

Bentuk-Bentuk Hadis Nabi

Menukil buku Studi Hadis oleh Prof. Dr. H. Diri, M.Ag., dilihat dari bentuknya, hadis Nabi dapat diklasifikasikan menjadi lima. Berikut ini ulasan lengkapnya.

1. Hadis yang Berupa Ucapan (Qawli)

Segala perkataan Nabi yang berkenaan dengan ibadah maupun kehidupan sehari-hari disebut dengan hadis qawli, yaitu segala bentuk perkataan atau ucapan yang disandarkan pada Nabi. Perkataan itu berisi petunjuk dan tuntunan syara', peristiwa-peristiwa, kisah-kisah, baik yang berkaitan dengan aspek akidah, syari'ah, maupun akhlak.

Periwayatan hadis secara qawli dilakukan dengan beberapa cara oleh Nabi. Yaitu, sabda Nabi yang disampaikan kepada banyak orang, sabda Nabi yang disampaikan kepada seseorang atau beberapa orang saja, terjadinya peristiwa yang mendorong Nabi mengemukakan hadis, sabda Nabi tanpa sebab atau alasan tertentu dan Nabi tidak menyertakan perintah untuk menulis sabda kepada para sahabat.

2. Hadis yang Berupa Perbuatan (Fi'li)

Dimaksud dengan hadis fi'li adalah segala perbuatan yang disandarkan kepada Nabi seperti cara Nabi sholat, wudhu dan lainnya yang disampaikan kepada umat Islam melalui sahabat. Hadis yang berupa perbuatan tidak diketahui langsung dari Nabi melainkan melalui informasi yang disampaikan sahabat.

Hadis fi'li ini memiliki beberapa kategori yaitu hadis yang berupa perbuatan yang disebabkan oleh sebab tertentu, tidak disebabkan oleh sebab tertentu, hadis yang berupa perbuatan yang dilakukan di hadapan banyak orang, dan hadis berupa perbuatan yang dilakukan di depan beberapa orang saja.

3. Hadis yang Berupa Persetujuan (Taqriri)

Hadis kategori ini secara terminologi merupakan hadis yang menggambarkan ketetapan Nabi terhadap apa yang datang atau dilakukan oleh para sahabatnya. Jadi, materi hadis dalam kategori ini bukan dari Nabi melainkan dari para sahabat yang kemudian disetujui oleh Nabi.

4. Hadis yang Berupa Hal Ihwal (Ahwali)

Yang dimaksud dengan hadis ahwali adalah hadis yang berupa hal ihwal Nabi yang berkenaan dengan sifat-sifat dan kepribadian serta keadaan fisiknya. Dengan kata lain hadis ahwali adalah sesuatu yang berasal dari Nabi yang berkenaan dengan kondisi fisik, akhlak dan kepribadian.

Dua hal yang disebut dalam kategori hadis ahwali adalah hal-hal yang bersifat intrinsik berupa sifat-sifat psikis dan personalitas yang tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari. Kedua, hal-hal yang bersifat ekstrinsik yaitu aspek yang terkait dengan fisik Nabi, seperti wajah, warna kulit dan tinggi badan dan tidak ada kaitan langsung dengan ajaran agama Islam.

5. Hadis yang Berupa Cita-Cita (Hammi)

Sama seperti manusia pada umumnya, Nabi juga memiliki cita-cita. Hadis hammi yaitu hadis yang berkaitan dengan keinginan atau hasrat Nabi yang belum terealisasikan. Secara realitas, hadis hammi belum terwujud dan masih berada dalam bentuk ide dan keinginan, dengan pelaksanaannya direncanakan untuk masa mendatang.

Dengan demikian, dilihat dari esensinya, hadis yang berupa cita-cita belum terwujud tetapi masih pada tataran keinginan yang belum dilaksanakan. Hadis kategori ini relatif lebih sedikit bila dibandingkan dengan kategori hadis-hadis lain.




(hnh/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads