Suudzon berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua kata, yaitu "su'u" yang berarti jelek, dan "dzon" yang berasal dari kata "az-zan" yang berarti sangkaan. Dalam Islam, suudzon adalah perbuatan berburuk sangka atau berprasangka buruk terhadap orang lain tanpa adanya bukti yang kuat atau jelas.
Dikutip dari buku Belajar Aqidah Akhlak oleh Muhammad Asroruddin Al Jumhuri, suudzon merupakan pemikiran yang selalu memandang sesuatu dengan buruk. Seolah-olah tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pandangannya dan pikirannya yang juga didukung dengan sikap yang menganggap orang lain lebih rendah dari dirinya.
Nabi Muhammad SAW pun menyerukan umat Islam untuk menghindari prasangka buruk terhadap sesuatu. Rasulullah SAW bersabda: "Berhati-hatilah kalian dari tindakan berprasangka buruk, karena prasangka buruk merupakan sedusta-dustanya sebuah ucapan." (HR. Bukhari dan Muslim).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Suudzon dianggap sebagai salah satu penyakit hati dalam ajaran agama Islam. Sifat ini memiliki potensi merusak hubungan sosial dan menciptakan perasaan negatif dalam diri seseorang. Sebagai penyakit yang adanya di hati, suudzon dapat memicu timbulnya rasa curiga, kebencian, dan prasangka buruk terhadap orang lain tanpa adanya bukti yang jelas.
Penting untuk dihindari, suudzon bukan hanya menjadi ancaman terhadap hubungan interpersonal, tetapi juga dapat berdampak negatif pada ketenangan jiwa seseorang. Oleh karena itu, kesadaran akan bahaya suudzon dan upaya untuk menghindarinya merupakan langkah yang penting dalam menjaga kesehatan hati dan jiwa.
Contoh Suudzon dalam Kehidupan Sehari-hari
Berikut ini adalah beberapa contoh sikap suudzon di dalam kehidupan sehari-hari:
1. Menganggap bahwa teman yang tidak mengajak kita dalam suatu kegiatan adalah karena dia tidak menyukai kita.
Suudzon seringkali muncul ketika kita membuat asumsi negatif terhadap tindakan orang lain tanpa memahami konteksnya. Sebagai contoh, ketika teman tidak mengajak kita dalam suatu kegiatan, kita mungkin langsung berasumsi bahwa hal tersebut disebabkan oleh ketidaksukaan atau ketidaknyamanan terhadap kita.
2. Mengira bahwa atasan yang selalu memperhatikan kinerja kita dengan cermat adalah karena dia merasa tidak percaya pada kemampuan kita.
Suudzon juga dapat muncul di lingkungan kerja. Jika atasan selalu memperhatikan kinerja kita, sebagian orang mungkin langsung berprasangka buruk bahwa atasan meragukan kemampuan kerja kita, padahal sebenarnya mungkin atasan hanya ingin memberikan feedback yang konstruktif.
3. Memandang rendah seseorang hanya karena dia memiliki latar belakang atau agama yang berbeda dengan kita.
Suudzon tidak hanya terjadi dalam hubungan personal, tetapi juga dapat muncul dalam konteks sosial dan budaya. Mengasumsikan bahwa seseorang tidak dapat dipercaya atau tidak berharga hanya karena perbedaan latar belakang atau agama merupakan contoh suudzon.
Perbedaan Suudzon dan Husnudzon
Suudzon dan husnudzon merupakan dua hal yang saling berlawanan. Jika suudzon adalah berburuk sangka, husnudzon adalah berbaik sangka. Dalam Islam, husnudzon dianjurkan sebagai sikap yang positif terhadap sesama.
Dikutip dari buku Terapi Berpikir Positif Islami Mukjizat Meraih Kesuksesan dan Kebahagiaan Hakiki oleh Hastra J. Altara, husnudzon adalah bentuk pikiran yang positif atau berprasangka baik yang akan memberi jalan mudah bagi kehidupan kita. Apalagi, ketika kita berhusnudzon kepada Dzat yang Maha Memberi, maka kita akan merasa tentram dan bahagia dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
Perbedaan mendasar antara suudzon dan husnudzon terletak pada sikap pikiran dan asumsi terhadap niat dan perilaku orang lain. Suudzon memunculkan asumsi negatif tanpa bukti yang jelas, sedangkan husnudzon melibatkan sikap positif dan asumsi baik terhadap niat dan tindakan orang lain.
Dalam hubungan antara manusia atau hablum minannas, husnudzon dapat menciptakan kondisi yang sehat dan saling percaya antarindividu. Sikap baik sangka ini juga dapat memotivasi orang untuk memberikan yang terbaik dan memperkuat hubungan bermasyarakat.
Dalam Islam, Rasulullah SAW juga menekankan pentingnya menjauhi prasangka buruk dan mengajarkan untuk bersikap adil. Serta memberikan kepercayaan pada orang lain sebelum adanya bukti yang menunjukkan sebaliknya.
Wallahu a'lam.
(hnh/erd)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi