Gus Yahya: Wacana Keagamaan Penuh Ikhtilaf, Wajar Bila Ulama Beda Pandangan

Gus Yahya: Wacana Keagamaan Penuh Ikhtilaf, Wajar Bila Ulama Beda Pandangan

Kristina - detikHikmah
Senin, 29 Jan 2024 15:30 WIB
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) dalam acara pembukaan Konferensi Besar (Konbes) NU  dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).
Gus Yahya dalam acara pembukaan Konferensi Besar (Konbes) NU dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban NU di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).Foto: Kristina/detikcom
Yogyakarta -

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) menyebut butuh koherensi antar pemangku agama dalam menghadapi sejarah peradaban yang dinamis. Menurutnya, hal ini akan menentukan masa depan seluruh umat manusia.

Gus Yahya mengatakan hal itu dalam sambutan pembukaan Konferensi Besar (Konbes) Nahdlatul Ulama dan Halaqah Nasional Strategi Peradaban Nahdlatul Ulama di Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, Senin (29/1/2024).

"Dalam menghadapi sejarah yang dinamis, sejarah yang mendatangkan momentum-momentum yang akan sangat menentukan masa depan seluruh umat manusia, pasti dibutuhkan koherensi di antara para pemangku agama ini tentang bimbingan apa yang harus disediakan kepada umat," ujarnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Gus Yahya melanjutkan, perbedaan pandangan di kalangan ulama yang sering kali terjadi merupakan sesuatu yang wajar. Mengingat, tarbiah wacana keagamaan (Islam) ini penuh dengan ikhtilaf (kajian tentang perbedaan dan perselisihan). Namun demikian, kata dia, konsolidasi tetap dibutuhkan.

"Kita tahu bahwa tarbiah dari wacana keagamaan kita ini memang dari sononya penuh dengan ikhtilaf, wajar jika di antara sekian banyak ulama sering kali di dalam menghadapi berbagai masalah seringkali terdapat perbedaan-perbedaan pandangan," ujarnya.

ADVERTISEMENT

Ia kemudian memaparkan tentang dinamika domestik dan global yang tengah terjadi. Pihaknya menyebut NU memiliki tanggung jawab dalam menghadapi tantangan tersebut untuk mengawal kemenangan Indonesia.

"Kita harus memacu kinerja untuk mengawal kemenangan Indonesia karena di tengah tantangan sejarah berskala peradaban ini, Indonesia harus menang, supaya kita semua tetap berdaulat," katanya.

Oleh karena itu, lanjut Gus Yahya, NU harus berperan nyata di tengah dinamika pertarungan kepentingan sejumlah kelompok yang terus bergulir. Caranya dengan memacu kinerja untuk membangun Indonesia yang berdaulat.

"Maka bangsa dan negara ini harus kuat, meneguhkan kebersamaan kita untuk menjaga agar bangsa ini tidak dilemahkan oleh apa pun, tetapi justru semakin dikuatkan dan kita harus menyaksikan dunia bahwa dunia membutuhkan Indonesia yang kuat karena Indonesia memiliki banyak hal yang dibutuhkan oleh dunia untuk menemukan jalan keluar dari berbagai masalahnya," imbuhnya.




(kri/lus)

Hide Ads