Surah An Nur adalah surah ke-24 dalam urutan mushaf Al-Qur'an yang terdiri dari 64 ayat. Dalam surah An Nur ayat 26, Allah SWT menjelaskan perihal pasangan.
Allah SWT berfirman,
اَلْخَبِيْثٰتُ لِلْخَبِيْثِيْنَ وَالْخَبِيْثُوْنَ لِلْخَبِيْثٰتِۚ وَالطَّيِّبٰتُ لِلطَّيِّبِيْنَ وَالطَّيِّبُوْنَ لِلطَّيِّبٰتِۚ اُولٰۤىِٕكَ مُبَرَّءُوْنَ مِمَّا يَقُوْلُوْنَۗ لَهُمْ مَّغْفِرَةٌ وَّرِزْقٌ كَرِيْمٌ ࣖ ٢٦
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-khabīṡātu lil-khabīṡīna wal-khabīṡūna lil-khabīṡāt(i), waṭ-ṭayyibātu liṭ-ṭayyibīna waṭ-ṭayyibūna liṭ-ṭayyibāt(i), ulā'ika mubarra'ūna mimmā yaqūlūn(a), lahum magfiratuw wa rizqun karīm(un).
Artinya: "Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka (yang baik) itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia." (QS An Nur: 26)
Tafsir Surah An Nur Ayat 26
Dijelaskan dalam Tafsir Ibnu Katsir yang diterjemahkan M. Abdul Ghoffar, surah An Nur ayat 26 turun berkenaan dengan Aisyah RA dan para penyebar berita bohong. Para penyebar berita bohong ini menyebar informasi buruk terkait Aisyah RA.
Tuduhan tersebut tidaklah benar. Sebab, Allah SWT tidak menjadikan Aisyah RA sebagai istri Nabi SAW melainkan karena dia adalah wanita baik. Sebab, Rasulullah SAW adalah manusia yang terbaik di antara yang baik. Seandainya Aisyah RA adalah seorang wanita keji, tentu tidak pantas bila menjadi istri Rasulullah SAW.
Menurut Ibnu Abbas, perkataan keji hanyalah pantas dilemparkan kepada lelaki yang berwatak keji. Begitu pula dengan perkataan baik, hanya pantas ditujukan kepada laki-laki baik. Terkait ini Ibnu Jarir mengatakan, para penyebar berita bohong tentang Aisyah RA sebenarnya merekalah yang pantas menyandang apa yang mereka tuduhkan kepada Aisyah RA itu.
Ibnu Katsir dalam tafsirnya turut memaparkan sebuah hadits yang pengertiannya mirip dengan tafsir tersebut. Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya secara marfu'. Dikatakan,
مِثْلَ الَّذِي يَسْمَعُ الْحِكْمَةَ ثُمَّ لَا يُحدِّث إِلَّا بشرِّ مَا سَمِعَ، كَمَثَلِ رَجُلٍ جَاءَ إِلَى صَاحِبِ غَنَمٍ، فَقَالَ: أجْزِرني شَاةً. فَقَالَ: اذْهَبْ فَخُذ بأذُن أَيِّهَا شئتَ. فَذَهَبَ فَأَخَذَ بِأُذُنِ كَلْب الْغَنَمِ
Artinya: "Perumpamaan orang yang mendengar kalimat yang bijak, kemudian ia tidak menceritakannya melainkan kebalikan dari apa yang ia dengar, sama dengan seorang lelaki yang datang kepada pemilik ternak kambing, lalu ia berkata, 'Sembelihkanlah seekor kambing untukku.' Lalu dijawab, 'Pilihlah sendiri dan peganglah telinga kambing mana yang kamu sukai.' Kemudian ia memilih dan memegang telinga anjing (penjaga) ternak kambingnya."
Tim tafsir Al-Qur'an Kementerian Agama (Kemenag RI) menafsirkan surah An Nur ayat 26 berkaitan dengan jodoh. Dijelaskan, pada ayat ini Allah SWT menerangkan bahwa perempuan-perempuan yang tidak baik biasanya menjadi istri laki-laki yang tidak baik pula. Begitu pun laki-laki yang tidak baik, ia diperuntukkan bagi perempuan yang tidak baik pula. Hal ini terkait sifat-sifat dan akhlak mereka.
Sebaliknya, perempuan-perempuan yang baik diperuntukkan bagi laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik.
"Sebagaimana diketahui bahwa keramah-tamahan antara satu dengan yang lain terjalin karena adanya persamaan dalam sifat-sifat, akhlak, cara bergaul dan lain-lain," jelas tafsir tersebut.
(rah/rah)
Komentar Terbanyak
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI