Bagaimanakah hakikat manusia menurut Islam? Hakikat manusia dapat dilihat dari berbagai perspektif.
Dalam artikel ini, kita akan membahas hakikat manusia dari sisi penciptaan dan kedudukannya di muka bumi.
Hakikat Penciptaan Manusia
Hakikat manusia menurut Islam dari sisi penciptaan dapat dilihat dari kesempurnaan manusia sebagai makhluk, hingga tujuannya diciptakan di muka bumi. Berikut penjelasan yang dilansir dari laman Fakultas Agama Islam Universitas Medan Area (UMA):
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Manusia Makhluk Paling Sempurna
Manusia diciptakan Allah SWT sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan makhluk lainnya. Dari segi fisik, manusia memiliki indera dan organ dalam yang lengkap dan detail.
Dari segi nonfisik, manusia dianugerahi akal dan pengetahuan hingga malaikat pun harus bersujud kepada Adam AS.
Hal ini sesuai dengan surat At-Tin ayat 4, yang artinya:
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya" (QS At-Tin: 4)
2. Diciptakan untuk Mengabdi kepada Allah
Yang kedua, hakikat manusia menurut Islam adalah diciptakan untuk mengabdi kepada Allah SWT. Ini juga menjadi salah satu bukti kekuasaan Allah atas makhluknya.
Nabi Adam sebagai manusia pertama juga mengakui Allah sebagai Tuhannya. Dengan demikian, keturunan Adam pun harus senantiasa beribadah dan menyembah Allah SWT sebagaimana surat Az-Zariyat ayat 56, yang artinya:
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."(QS Az-Zariyat: 56)
3. Manusia Sebagai Khalifah
Manusia juga diturunkan Allah ke bumi sebagai khalifah. Dalam bahasa Arab, khalifah berasal dari kata khalafa atau khalifatan yang berarti meneruskan, sehingga khalifah berarti penerus agama Islam dan ajaran dari Allah SWT.
Khalifah wajib menjalankan tugasnya untuk menjaga bumi dan makhluk lainnya. Di hari akhir, manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya di dunia. Ini sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 30 yang artinya:
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanyas dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."(QS Al Baqarah: 30)
Kedudukan Manusia dalam Kehidupan
Hakikat manusia juga dapat dilihat dari kedudukannya dalam kehidupan. Dikutip dari situs Learning Management System (LMS) SPADA Kemdikbud, kedudukan manusia dalam kehidupan dapat dibedakan dari tiga kata dalam Al-Qur'an untuk menyebut manusia.
1. Al-Basyar
Dalam Al-Qur'an, kata Al-Basyar disebut sebanyak 36 kali dan tersebar di 26 surat. Secara etimologi, al-basyar memiliki makna kulit kepala, wajah, atau tubuh yang menjadi tempat tumbuhnya rambut.
Maksudnya, nama ini menggambarkan bahwa manusia secara biologis didominasi oleh kulitnya dibanding rambutnya. Ini berbeda dengan hewan yang didominasi bulu atau rambutnya.
Arti lain dari Al-Basyar adalah mulamasah, yaitu persentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan. Makna ini dapat dipahami bahwa manusia adalah makhluk yang memiliki segala sifat kemanusiaan dan keterbatasan, seperti makan, minum, seks, keamanan, kebahagiaan, dan lainnya.
2. Al-Insan
Manusia juga disebut sebagai al-insan yang berasal dari kata al-uns, yang bisa diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa. Kata ini digunakan dalam Al-Qur'an untuk menunjukkan totalitas manusia sebagai makhluk jasmani dan rohani. Kata Al-Insan disebut dalam Al-Qur'an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surah.
Dari dimensi al-Insan dan al-Basyar, manusia dianggap sebagai makhluk berbudaya yang mampu berbicara, mengetahui baik dan buruk, serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan peradaban. Namun manusia juga memiliki nilai insaniyah yang juga bisa membuat kerusakan di bumi.
3. Al-Nas
Kata al-nas atau an-nas dinyatakan dalam al-Qur'an sebanyak 240 kali dan tersebar dalam 53 surah.Al-Nas dimaksudkan untuk menunjukkan eksistensi manusia sebagai makhluk sosial secara keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya.
An-Nas lebih bersifat umum daripada al-insan. Hal ini bisa dilihat dari firman Allah SWT pada QS. Al-Baqarah Ayat 24, yang artinya:
Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) -- dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.
Demikian telah kita ulas apa saja hakikat manusia menurut Islam yang dilihat dari sisi penciptaan dan kedudukannya dalam kehidupan di bumi. Wallahu a'lam.
(bai/inf)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi