Kelemahan Teori Persia soal Masuknya Islam ke Indonesia

Kelemahan Teori Persia soal Masuknya Islam ke Indonesia

Kristina - detikHikmah
Sabtu, 02 Des 2023 06:00 WIB
Masjid terindah di Nusantara, Masjid Baiturrahman Aceh dan Masjid 99 Kubah Makassar.
Ilustrasi kelemahan teori Persia soal masuknya Islam ke Indonesia. Foto: Unsplash
Jakarta -

Ada sejumlah teori terkait masuknya Islam ke Indonesia yang saat itu masih bernama Nusantara. Salah satunya teori Persia. Namun, teori Persia memiliki kelemahan.

Teori Persia meyakini bahwa Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-13 di wilayah Sumatera, sebagaimana dijelaskan dalam buku Sejarah Islam Nusantara karya Rizem Aizid. Pada saat itu, orang Persia (Iran)-lah yang membawa masuk ajaran Islam.

Teori ini memiliki beberapa persamaan dengan teori Gujarat. Terutama pada tahun masuknya dan bukti penemuan nisan Malik Al-Saleh dan Maulana Malik Ibrahim yang dipesan dari Gujarat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti Pendukung Teori Persia

Pendukung teori Persia ini adalah Umar Amir Husen dan Hoesein Djajadiningrat. Hoesein Djajadiningrat merupakan salah satu pelopor tradisi keilmuan di Tanah Air.

Penganut teori Persia berargumen dengan sejumlah bukti dalam menguatkan pendapatnya. Salah satunya adanya tradisi peringatan 10 Muharram (Asyura) atas meninggalnya Hasan dan Husein, Cucu Nabi Muhammad SAW.

ADVERTISEMENT

Tradisi Asyura sendiri diketahui berasal dari orang Syi'ah (Islam Iran). Adapun, di wilayah Sumatera Barat, ada tradisi serupa yang disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Masyarakat Minangkabau menyebut bulan Muharram sebagai bulan Hasan-Husain.

Selain itu, ada sejumlah bukti pendukung teori Persia lainnya. Berikut di antaranya:

  • Adanya kesamaan ajaran sufi yang dianut Syekh Siti Jenar dengan sufi Iran, Al-Hallaj. Menurut catatan dalam literatur sejarah dan tasawuf, kedua sufi tersebut memiliki banyak kesamaan, mulai dari segi ajaran hingga kematiannya.
  • Penggunaan istilah bahasa Iran dalam mengeja huruf Arab untuk tanda bunyi harakat. Contohnya kata "jabar" dalam bahasa Persia adalah "fathah" dalam bahasa Arab. Kemudian, kata "jer" dalam bahasa Persia adalah "kasrah" dalam bahasa Arab.
  • Penemuan makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik tertulis tahun 1419.
  • Adanya perkampungan Leren/Leran yang ditemukan di sebuah daerah di Gresik.

Meski terdapat sejumlah bukti pendukung, namun teori Persia tidak cukup kuat untuk mematahkan teori Makkah.

Kelemahan Teori Persia

Teori Persia terbantahkan dengan adanya teori Makkah yang diyakini lebih kuat. Sebab, apabila berpedoman pada fakta Islam masuk ke Nusantara pada abad ke-7, hal itu berarti terjadi pada masa kekuasaan Khalifah Umayyah, sedangkan kepemimpinan Islam di bidang politik, ekonomi, dan kebudayaan berpusat di Makkah, Madinah, Damaskus, dan Baghdad.

"Jadi, saat itu Persia belum menduduki kepemimpinan dunia Islam. Dengan alasan ini, maka teori Persia pun terbantahkan," jelas Rizem Aizid.

Kelemahan teori Persia juga terletak pada kurangnya bukti-bukti historis yang cukup untuk mengatakan bahwa teori ini paling benar, sebagaimana dijelaskan dalam buku Islam Nusantara: Jalan Panjang Moderasi Beragama di Indonesia karya Nasaruddin Umar.

Beberapa kelemahan tersebut menimbulkan ruang debat di kalangan ilmuwan terkait mana teori yang dianggap paling benar. Secara umum, ada empat teori yang saat ini diyakini menjadi jalur masuknya Islam ke Indonesia. Di antaranya teori Makkah, teori Persia, teori Gujarat, dan teori Tiongkok.




(kri/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads