LPMQ Siap Cetak Al-Qur'an Braille Edisi Penyempurnaan Terbaru Akhir Tahun Ini

LPMQ Siap Cetak Al-Qur'an Braille Edisi Penyempurnaan Terbaru Akhir Tahun Ini

Anisa Rizki Febriani - detikHikmah
Senin, 13 Nov 2023 12:30 WIB
Kepala LPMQ Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI H Abdul Aziz Sidqi menunjukkan mushaf Al-Qur’an braille di Gedung Bayt Al-Qur’an & Museum Istiqlal, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur.
Kepala LPMQ Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI H Abdul Aziz Sidqi menunjukkan mushaf Al-Qur'an braille di Gedung Bayt Al-Qur'an & Museum Istiqlal, Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta Timur. (Foto: Dok Kemenag)
Jakarta -

Mushaf Al-Qur'an braille edisi penyempurnaann terbaru lengkap 30 juz siap dicetak ulang pada akhir tahun 2023. Varian dari mushaf tersebut disediakan oleh Kementerian Agama (Kemenag RI) melalui Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an (LPMQ).

Sesuai dengan namanya, Al-Qur'an tersebut disusun dengan kode braille untuk memudahkan para penyandang tunanetra. H Abdul Aziz Sidqi selaku Kepala LPMQ Badan Litbang dan Kemenag RI menuturkan bahwa varian mushaf Al-Qur'an itu jadi wujud perhatian pemerintah terhadap penyandang disabilitas.

Al-Qur'an braille sendiri sudah melalui berbagai tahap penyempurnaan. Pada 2021 lalu, mushaf Al-Qur'an braille beserta pedoman membacanya yang disusun tahun 2011 telah disempurnakan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lalu, pada tahun 2022 edisi penyempurnaan tersebut dicetak lengkap sebanyak 30 juz. Rencananya, pada akhir tahun ini akan dilakukan pencetakan kembali.

"Alhamdulillah di tahun 2022 edisi penyempurnaan ini sudah kita cetak juga, lengkap 30 juz kita cetak untuk Al-Qur'an braille dan bahkan di tahun ini insyaAllah akan kita cetak juga untuk mushaf braille," kata Sidqi, dikutip dari keterangan yang diterima detikHikmah pada Senin (13/11/2023).

ADVERTISEMENT

Satu buah mushaf Al-Qur'an braille 30 juz, lanjut Sidqi, berbobot kisaran 15 sampai dengan 20 kilogram. Setiap mushaf Al-Qur'an Braille yang akan diterbitkan harus melewati proses pentasihan di LPMQ.

Adapun, target utama pendistribusian mushaf Al-Qur'an braille meliputi lembaga pendidikan, organisasi, yayasan, dan sekolah yang mengajar murid tunanetra. Menurut penuturan Sidqi, majelis taklim khusus tunanetra juga termasuk ke dalam salah satunya.

Di Indonesia, penyusunan mushaf Al-Qur'an braille dimulai sejak tahun 1974, sejalan dengan pembahasan Mushaf Al-Qur'an standar Indonesia. Proses penyusunan berkisar hingga 9 tahun dan disempurnakan pada tahun 1983, lalu dikuatkan dengan Keputusan Menteri Agama Nomor 25 tahun 1984.

"Penyusunan mushaf Al-Qur'an braille dimulai sejak tahun 1974, karena dibahas berbarengan dengan mushaf Al-Qur'an standar Indonesia di mana ada tiga mushaf Al-Qur'an standar Indonesia. Pertama mushaf Al-Qur'an standar Usmani, kedua Bahriyah, dan ketiga mushaf standar braille," kata Sidqi menguraikan.

Sejak tahun 1984, mushaf Al-Qur'an braille dicetak, diedarkan, dan dibacakan oleh kalangan tunanetra, terutama di Indonesia. Pada tahun 2011, LPMQ menyusun buku pedoman membaca dan menulis Al-Qur'an braille.

Pada tahun 2013, hasil penyempurnaan buku pedoman tersebut dicetak bersamaan dengan Al-Qur'an braille yang telah disempurnakan lengkap dengan terjemahannya. Hal ini dimaksudkan agar para penyandang tunanetra dapat memahami isi Al-Qur'an melalui terjemahannya.

Dalam proses penyusunannya, Sidqi menjelaskan pihaknya bekerja sama dengan berbagai unsur masyarakat, khususnya lembaga-lembaga yang terlibat aktif, seperti yayasan di Surabaya, Yogyakarta, Semarang, Bandung, dan Jakarta. Organisasi Ikatan Tunanetra Muslim Indonesia (ITMI) juga turut dilibatkan sejak tahun 2011.

"Di Ciputat itu ada yayasan yang khusus untuk menangani Al-Qur'an braille Raudlatul Makfufin. Di bandung ada yayasan Wyata Guna. Semua stakeholder kita libatkan," pungkasnya.




(aeb/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads