Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Islam

Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW dalam Islam

Kholida Qothrunnada - detikHikmah
Senin, 25 Sep 2023 19:00 WIB
Sejarah Maulid Nabi Muhammad SAW: Tradisi dan Maknanya
Foto: Getty Images/iStockphoto/Baramyou0708
Jakarta -

Maulid Nabi merupakan suatu tradisi untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi dilaksanakan setiap tanggal 12 Rabul Awal.

Sebagai nabi dan rasul terakhir, momen kelahiran Rasulullah memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Islam di seluruh dunia. Merayakan Maulid Nabi juga menjadi salah satu wujud rasa syukur umat muslim atas kehadiran Rasulullah sebagai rahmatan lil alamin.

Lalu, Apakah hukumnya merayakan Maulid Nabi? Simak penjelasannya berikut ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hukum Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW

Dikutip dari laman Majelis Ulama Indonesia (MUI), Hukum merayakan Maulid Nabi adalah bid'ah hasanah yakni boleh dilakukan, karena memiliki nilai kebaikan.

Maksud bid'ah Hasanah yaitu sesuatu yang tidak dilakukan oleh Nabi maupun para sahabatnya, tapi kegiatan yang dilakukan memiliki nilai kebaikan serta tidak bertentangan dengan Al-Qur'an dan Al-Hadits.

ADVERTISEMENT

Di momen mengungkapkan rasa syukur Maulid Nabi, biasanya umat Islam merayakan dengan melakukan berbagai hal untuk mengenang Rasullah dan mendekatkan diri kepada Allah, di antaranya yaitu:

  • Mengadakan majelis taklim
  • Membaca sholawat
  • Bersedekah
  • Berbagi makanan
  • Memperbanyak ibadah
  • Membaca Al-Qur'an

Syeikh Jalaluddin al-Suyuthi dalam kitab Al-Hawi lil Fatawa Syeikh Jalaluddin As-Suyuthi, pernah mengatakan terkait hukum perayaan maulid Nabi Muhammad SAW, sebagaimana berikut:

عندي أن أصل عمل المولد الذي هو اجتماع الناس وقراءة ما تيسر من القرآن ورواية الأخبارالواردة في مبدأ أمر النبي صلى الله عليه وسلم وما وقع في مولده من الآيات، ثم يمد لهم سماط يأكلونه وينصرفون من غير زيادة على ذلك هو من البدع الحسنة التي يثاب عليها صاحبها لما فيه من تعظيم قدر النبي صلى الله عليه وسلم وإظهار الفرح والاستبشار بمولده الشريف

Artinya:

"Menurut saya, hukum pelaksanaan Maulid Nabi, yang mana pada hari itu masyarakat berkumpul, membaca Al-Qur'an, membaca kisah Nabi SAW pada permulaan perintah Nabi SAW, serta peristiwa yang terjadi pada saat beliau dilahirkan, kemudian mereka menikmati hidangan yang disajikan dan kembali pulang ke rumah masing-masing tanpa ada tambahan lainnya, adalah bid'ah hasanah.

Diberi pahala orang yang memperingatinya, karena bertujuan untuk mengangungkan Nabi SAW serta menunjukkan kebahagiaan atas kelahiran Beliau."

Dalam hal ini, tidak ada juga dalil-dalil yang mengharamkan peringatan maulid Nabi Muhammad. Pasalnya, para ulama sepakat bahwa kegiatan di dalam Maulid Nabi tidak mengandung satu kemungkaran apa pun.

Artinya, jika dalam pelaksanaan perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW tidak mengandung maksiat, maka perayaan ini bukan dikategorikan sebagai bid'ah sayyi'ah (bid'ah yang tercela).

Namun, bila dalam pelaksanaan Maulid Nabi terdapat kegiatan yang diharamkan dan bertentangan dengan agama, seperti perbuatan syirik dan maksiat, maka hal itu bisa dikategorikan sebagai bid'ah yang buruk. Wallahu a'lam.

Itulah tadi penjelasan tentang hukum Maulid Nabi dalam Islam. Semoga bisa menambah wawasan dan pengetahuan detikers.




(khq/inf)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads