2 Nikmat yang Kerap Terlupakan Manusia, Ini Haditsnya

2 Nikmat yang Kerap Terlupakan Manusia, Ini Haditsnya

Rahma Harbani - detikHikmah
Sabtu, 16 Sep 2023 16:00 WIB
Muslim sporty women with hijab are jogging outdoors.
Ilustrasi sehat. (Foto: Getty Images/Johnce)
Jakarta -

Ada dua bentuk nikmat yang disebutkan oleh Rasulullah SAW membuat manusia terlena hingga melupakannnya. Kedua nikmat tersebut adalah kondisi sehat dan waktu luang.

Keterangan itu disandarkan dari salah satu Shahih Bukhari yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA. Rasulullah SAW bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Dua nikmat yang kebanyakan manusia lalai (tertipu) karenanya adalah nikmat sehat dan waktu yang luang. (HR Bukhari)

Ibnu Baththal dalam Fath Al Bari bi Syarh pernah berpendapat mengenai hadits tersebut. Menurutnya, Rasulullah SAW hendak menunjukkan bahwa seorang muslim sudah sepatutnya memanjatkan rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat sehat dan waktu luang yang diberikan.

ADVERTISEMENT

"Mensyukurinya yaitu dengan mengerjakan perintah-perintah-nya dan menjauhkan larangan-larangan-Nya," demikian keterangannya yang diterjemahkan H. Brilly El Rasheed dalam buku Al Anfal: Syarah Ijmal 300 Hadits.

Sementara, orang-orang yang tidak berbuat demikian itulah yang disebut sebagai orang yang lalai atau tertipu. Ibnu Baththal menjelaskan, redaksi kebanyakan manusia tertipu tersebut merujuk pada masih sedikit jumlah manusia yang menyadari akan kedua nikmat Allah SWT tersebut.

Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama juga menambahkan, orang-orang yang disebut lalai atau tertipu pada hadits tersebut adalah mereka yang mendapat nikmat sehat maupun waktu luang tetapi tidak memanfaatkannya untuk menambah ketaatan.

"Tapi siapa yang menggunakannya dalam maksiat kepada Allah maka ia adalah orang yang tertipu. Karena setelah waktu luang akan datang kesibukan dan setelah sehat akan datang sakit," bunyi keterangan Ibnul Jauzi.

Keadaan dalam hadits di atas, dijelaskan oleh At Thibi, diumpamakan oleh Rasulullah SAW seperti seorang pedagang yang memiliki modal dan ia berharap keuntungan dengan modal yang tetap terjaga. Hal itu dapat diraih dengan memilih orang yang bermu'amalah dan selalu jujur agar tidak tertipu.

At Thibi memaparkan, kesehatan dan waktu luang adalah modal dan sepatutnya seseorang bermu'amalah dengan Allah SWT. Selian itu, tentunya juga diperlukan iman dan daya juang untuk melawan hawa nafsu dan musuh agama agar mendapat keberuntungan di dunia dan akhirat.

Nikmat Tak Terhingga dari Allah SWT

Ayat-ayat Al-Qur'an menunjukkan tentang jumlah nikmat Allah SWT yang tak terhingga. Salah satunya dalam surah An Nahl ayat 18,

وَاِنْ تَعُدُّوْا نِعْمَةَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗاِنَّ اللّٰهَ لَغَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya: Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Di samping itu, ada surah Ar Rahman ayat 13 yang bahkan lafaznya diulang hingga 31 kali dalam satu surahnya. Allah SWT berfirman,

فَبِأَيِّ آلَاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Artinya: "Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?"

Menurut Tafsir Al Quran Kementerian Agama (Kemenag), Allah SWT tengah menantang manusia dan para jin tentang nikmat-nikmat yang diberikan kepada mereka. Makna pendustaan tersebut merujuk pada bentuk kekafiran terhadap Allah SWT dan mempersekutukan-Nya.

Sementara itu, Ibnu Katsir dalam tafsirnya lebih merujuk pada konteks nikmat dari Allah SWT yang diabaikan manusia. Padahal, nikmat Allah SWT tidak pernah absen dari kehidupan manusia mulai dari yang kecil hingga besar.

"Dapat disebutkan, nikmat-nikmat Tuhanmu tampak jelas pada kalian dan kalian diliputi olehnya hingga kalian tidak dapat mengingkarinya atau tidak mengakuinya," tulis Ibnu Katsir.




(rah/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads