Orang-orang dari suku Quraisy menganut agama yang berasal dari nenek moyang mereka sebelum datangnya Islam. Termasuk Abdul Muthalib, kakek Nabi Muhammad SAW.
Abdul Muthalib adalah kakek Nabi Muhammad SAW dari jalur ayah. Dalam Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam dikatakan, Abdul Muthalib bin Hasyim dan istrinya, Fathimah binti Amr, memiliki anak yang bernama Abdullah. Abdullah bin Abdul Muthalib menikah dengan Aminah binti Wahb dan memiliki putra Nabi Muhammad SAW.
Sejarah mencatat, sosok Abdul Muthalib amat dihormati di kalangan Quraisy. Ia menjadi tempat kembalinya berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat pada saat itu, sebagaimana diceritakan dalam Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya Moenawar Chalil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada masa itu, orang-orang Quraisy menganut agama yang berasal dari nenek moyang mereka.
Agama yang Dianut Abdul Muthalib
Agama yang dianut Abdul Muthalib adalah agama Hanif, sebagaimana diterangkan dalam buku Berislam di Era Milenial karya Khoirul Anwar. Agama Hanif dibawa oleh Nabi Ibrahim AS. Agama ini mengajarkan ketauhidan atau mempercayai Tuhan Yang Esa.
Buya Hamka menjelaskan dalam Tafsir al-Azhar, agama Hanif yang diajarkan oleh Nabi Ibrahim AS adalah celupan asli Allah SWT, yaitu fitrah manusia, ketauhidan yang sejati.
"Agama Hanif itulah celupan Allah yang sejati, pakaian sejak mulai membuka mata menghadapi hidup sampai menutup mata meninggalkan dunia," jelas Buya Hamka.
Menurut buku Quraisy min al-Qabiilah ila ad-Daulah al-Markaziyyah karya Khalil Abdul Karim, agama Hanif telah ada jauh sebelum menjelang munculnya Islam. Salah satu bukti yang menunjukkan hal ini adalah Ka'ab bin Luai bin Ghali, salah satu kakek Nabi Muhammad SAW, dikelompokkan oleh para peneliti dalam golongan para Hanif (al-Ahnaf).
Sayid Abdul Aziz Salim mengatakan dalam Dirasat fi Tarikh al-Arab Qabla al-Islam, "Ka'ab bin Luai, salah satu kakek Nabi, adalah seorang penganut agama Hanif."
Meskipun bukan penganut agama Yahudi, namun keseharian Abdul Muthalib tak lepas dari pengaruh Yahudi, baik dalam pandangan hidup maupun tradisi-tradisinya, sebagaimana dikatakan Khoirul Anwar dalam buku Bintang Daud di Jazirah Arab.
Hadits tentang Agama Abdul Muthalib
Dalam kitab Shahih Muslim terdapat hadits yang menceritakan tentang paman Nabi Muhammad SAW, Abu Thalib, yang tetap mengikuti agama Abdul Muthalib hingga akhir hayatnya. Hadits ini yang diriwayatkan dari Sa'id ibnul Musayyab, dari ayahnya.
Ia menceritakan, ketika Abu Thalib menjelang ajal, Rasulullah mendatanginya. Lalu, beliau dapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah ibnul-Mughirah di sisi Abu Thalib. Kemudian Rasulullah SAW bersabda,
"Wahai paman! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah, sebuah perkataan yang aku persaksikan untukmu di sisi Allah."
Maka, Abu Jahal dan Abdullah bin Umayyah mengatakan, "Hai Abu Thalib! Apakah kamu membenci agama Abdul Muthalib?"
Rasulullah senantiasa menyodorkan ucapan laa ilaaha illallaah kepada Abu Thalib dan mengulang-ulangnya. Sehingga, Abu Thalib mengatakan di akhir ucapannya kepada mereka bahwa (Abu Thalib) tetap menganut agama Abdul Muthalib. Abu Thalib enggan mengucapkan laa ilaaha illallaah.
Rasulullah mengatakan, "Demi Allah, aku akan memintakan ampunan untukmu selama tidak dilarang."
(kri/erd)
Komentar Terbanyak
Indonesia Konsisten Jadi Negara Paling Rajin Beribadah
Dari New York, 15 Negara Barat Siap Akui Negara Palestina
Saudi, Qatar dan Mesir Serukan agar Hamas Melucuti Senjata untuk Akhiri Perang Gaza