Cara Manusia Terima Catatan Amalnya di Akhirat Kelak

Cara Manusia Terima Catatan Amalnya di Akhirat Kelak

Tsalats Ghulam Khabbussila - detikHikmah
Sabtu, 19 Agu 2023 06:01 WIB
surga
Ilustrasi. (Foto: iStock)
Jakarta -

Amal yang diperbuat oleh tiap manusia kelak akan dihitung dan ditimbang oleh Allah SWT. Setelah terdapat hasil perhitungan tersebut kemudian manusia menerima catatan dengan cara yang berbeda-beda.

Dikutip dariAl-Mizan-Ash-Shukuf-Ash-Shirath-Ana'usy Syafa'at tulisan Mahir Ahmad Ash-Shufiy, setelah proses perhitungan amal selesai dan hasilnya tercatat dalam buku pencatatan, seseorang dapat mengetahui apakah catatan kebaikannya telah bertambah atau justru catatan perbuatan buruknya. Hal ini terjadi setelah tindakan zalim yang dilakukan terhadap orang lain sudah dituntaskan pada yang terzalimi.

Setelah tahap ini, buku pencatatan amal disesuaikan dan dibagikan. Beberapa orang menerima buku catatan tersebut dengan tangan kanan, sementara yang lain menerima dengan tangan kiri. Ada juga yang menerima buku catatan dari belakang mereka.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Keadaan Manusia Menerima Catatan Amal

Menerima buku catatan amal dengan tangan kanan mengindikasikan kabar baik yang diterima seseorang. Hal ini dijelaskan Allah SWT dalam Al-Qur'an surah Al Haqqah ayat 19-22 yang berbunyi sebagai berikut,

فَأَمَّا مَنْ أوتي كتبهُ بِيَمِينِهِ فَيَقُولُ هَاؤُمُ اقْرَوا كتبية ، إِنِّي ظَنَنتُ إِنِّي مُلَقٍ حِسَابَيَهُ، فَهُوَ في عيشَةٍ رَاضِيَةٍ فِي جَنَّةٍ عَالِيَة

ADVERTISEMENT

Artinya: "Adapun orang-orang yang diberikan kepadanya kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia berkata, "Ambillah, bacalah kitabku (ini)." Sesungguhnya aku yakin, bahwa sesungguhnya aku akan menemui hisab terhadap diriku. Maka orang itu berada dalam kehidupan yang menyenangkan, dalam surga yang tinggi."

Sementara itu, orang yang menerima catatan amal dengan tangan kiri maupun membelakanginya lewat punggung menandakan ketidaksenangan dari mereka atas hasil catatan amal yang sudah dilakukannya, sebagaimana dijelaskan dalam surah lain surah Al Insyiqaq ayat 7-12,

فاما من أُوتِيَ كِتْبَهُ بِيَمِينِهِ ، فَسَوْفَ يُحَاسَبُ مَنْ حِسَابًا يَسِيرًا ، وَيَنْقَلِبُ إِلَى أَهْلِهِ مَسْرُورًا وا مَا مَنْ أُوتِيَ كِتَبَه وَرَاءَ ظَهِيهِ ، فَسَوْفَ يَدْعُوا ثبُورًا ، وَيَصَلى سَعِيرًا

Artinya: "Adapun orang yang diberikan kitabnya dari sebelah kanannya, maka dia akan diperiksa dengan pemeriksaan yang mudah, dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama beriman) dengan gembira. Adapun orang-orang yang diberikan kitabnya dari belakang, maka dia akan berteriak, "Celakalah aku!" Dan dia akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala (neraka)."

Dilansir dari buku Tangisan Malammu Dapat Mengubah Takdir yang mengutip Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin RA dari tafsir Juz Amma, mereka menerima buku dengan tangan kiri, kemudian mereka memutar tangannya ke belakang sebagai tanda bahwa mereka telah meninggalkan prinsip-prinsip Al-Qur'an di dunia. Mereka telah menolak al-Al-Qur'an, mengabaikannya, dan tidak merasa ada masalah dalam melawannya.

Kemudian Allah Ta'ala berfirman Maka dia akan berteriak "Celakalah aku!" yang bermakna teriakan penyesalan. Namun, penyesalan tidak akan berguna lagi pada hari itu, karena waktu untuk berbuat baik telah berakhir. Waktu untuk berbuat baik ada di dunia, sementara di akhirat tidak ada lagi kesempatan untuk beramal, yang ada hanyalah pembalasan.

Gambaran Hari Ditimbangnya Amal di Akhirat

Dikutip dari buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti dari Kementerian Agama RI (Kemenag) hari ditimbangnya amal atau Yaumul Mizan adalah hari penimbangan antara perbuatan baik dan buruk manusia sewaktu di dunia yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT.

Setiap perbuatan manusia ditimbang dengan timbangan keadilan Allah agar diketahui secara yakin dan pasti tentang amal baik dan buruk yang telah dikerjakannya. Timbangan keadilan Allah tersebut memiliki ketepatan yang akurat, bahkan untuk menimbang perbuatan manusia yang terkecil sekalipun.

Terkait keakuratan timbangan keadilan Allah tersebut sesuai dengan yang dinukil dari Surah Al Anbiya ayat 47,

وَنَضَعُ الْمَوَازِينَ الْقِسْطَ لِيَوْمِ الْقِيَامَةِ فَلَا تُظْلَمُ نَفْسٌ شَيْئًا ۖ وَإِنْ كَانَ مِثْقَالَ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ أَتَيْنَا بِهَا ۗ وَكَفَىٰ بِنَا حَاسِبِينَ

Artinya: "Dan Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari Kiamat, maka tidak seorang pun dirugikan walau sedikit; sekalipun hanya seberat biji sawi, pasti Kami mendatangkannya (pahala). Dan cukuplah Kami yang membuat perhitungan." (QS. Al Anbiya: 47).

Melalui hasil timbangan dari Yaumul Mizan ini, Allah akan memberikan balasan yang setimpal bagi manusia. Untuk orang-orang dengan timbangan amal buruknya lebih berat dibandingkan dengan amal baiknya, maka Allah siapkan api neraka baginya. Begitu pun sebaliknya. Allah SWT berfirman dalam surah Al Mu'minun ayat 102-104,

(102) فَمَنْ ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
(103) وَمَنْ خَفَّتْ مَوَازِينُهُ فَأُولَٰئِكَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ فِي جَهَنَّمَ خَالِدُونَ
(104) تَلْفَحُ وُجُوهَهُمُ النَّارُ وَهُمْ فِيهَا كَالِحُونَ

Artinya: "Barangsiapa berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung. Dan barang siapa ringan timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka Jahanam. Wajah mereka dibakar api neraka, dan mereka di neraka dalam keadaan muram dengan bibir yang cacat."

Setelah melalui penimbangan amal perbuatan saat Yaumul Mizan, para manusia kemudian akan melewati sirath. Sirath ini adalah jembatan untuk membawa mereka ke surga atau neraka yang wujudnya sangat tajam dan tipis, bagaikan satu helai rambut yang dibelah menjadi tujuh helai. Setiap manusia melewati sirath tersebut dengan bermacam-macam cara sesuai dengan amal yang telah diperbuatnya.




(rah/rah)

Hide Ads