Penyair Arab Era Pra-Islam Biasa Pajang Karyanya di Dinding Ka'bah

Penyair Arab Era Pra-Islam Biasa Pajang Karyanya di Dinding Ka'bah

Kristina - detikHikmah
Sabtu, 05 Agu 2023 19:03 WIB
Makkah Kaaba Hajj Muslims, hands praying
Ilustrasi kebiasaan orang Arab pra-Islam yang memasang puisi di Ka'bah. Foto: Getty Images/iStockphoto/Zurijeta
Jakarta -

Arab sebelum datangnya Islam terkenal akan karya sastra terutama puisi yang masyhur. Para penyair top pada waktu itu biasa memamerkan karyanya di dinding Ka'bah.

Melansir Muslim Heritage, puisi-puisi Arab pra-Islam menampilkan cerita tentang Makkah, Ka'bah, dan ibadah haji. Tak sedikit para penyair yang menuangkan pengalamannya hajinya ke dalam puisi.

Seperti diketahui, ibadah haji sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim AS atau jauh sebelum datangnya Islam. Haji kala itu sudah menjadi tradisi dan orang Arab tidak memiliki kalender tetap terkait waktu pelaksanaannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Salah satu petikan puisi pra-Islam yang menonjolkan Ka'bah adalah karya Zuhair ibn Ali Sulma. Dalam salah satu bait puisinya ia mengatakan,

Aku bersumpah demi Rumah yang di sekitarnya berjalan orang-orang yang membangunnya, milik kaum Quraisy dan Jurhum

ADVERTISEMENT

Ensiklopedia Britannica mencatat nama Zuhair ibn Abi Sulma sebagai satu dari tiga penyair Arab terbaik waktu itu menurut para kritikus. Dia meninggal tahun 609 M, tepat satu tahun sebelum datangnya Islam.

Tiga hal yang membedakan gaya puisi Zuhair dan penyair lainnya adalah keseriusan, konstruksinya yang halus, dan penuh hikmah. Bakat sastranya turun ke anaknya yang bernama Bujair dan Kaab. Bujair masuk Islam lebih awal dan menjadi sahabat nabi, sedangkan Ka'ab menjadi musuh Nabi dan baru menjelang ajalnya ia memeluk Islam.

Kebiasaan Memajang Puisi di Dinding Ka'bah

Orang Arab menganggap puisi sebagai aset yang besar. Para penyair Arab biasa memajang karya puisinya di dinding Ka'bah terutama untuk puisi yang dianggap penting. Mereka menuliskannya ke dalam sebuah gulungan dan menggantungkannya ke dinding Ka'bah agar dibaca oleh para peziarah.

Dalam catatan Muslim Heritage, ada perbedaan penafsiran terkait makna menggantungkan puisi ke dinding Ka'bah. Para sejarawan berselisih tentang hal ini. Ada yang menyebut puisi tersebut benar digantungkan secara fisik dan ada yang berpendapat karya itu digantung di pikiran dan hati orang-orang.

Sejarah mencatat Al-Nabighah al-Dhubyani menjadi penyair top yang puisinya dipajang di dinding Ka'bah. Menurut catatan Ensiklopedia Britannica, dia adalah penyair istana agung pertama dalam sastra Arab dan karya-karyanya masuk dalam koleksi Muʿallaqāt--koleksi puisi terkenal pra-Islam.

Puisi Arab setelah Datangnya Islam

Karya sastra Arab setelah datangnya Islam banyak menceritakan tentang Makkah dan daerah sekitarnya. Terdapat juga puisi yang menceritakan periode awal Islam ketika penduduk Makkah dengan tegas menolak ajaran Islam dan mulai menunjukkan ketidaksukaannya terhadap Nabi Muhammad SAW dan pengikutnya.




(kri/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads