Kisah Nabi Ismail Ceraikan Istrinya, Kenapa?

Kisah Nabi Ismail Ceraikan Istrinya, Kenapa?

Hanif Hawari - detikHikmah
Jumat, 14 Jul 2023 05:00 WIB
Nabi Ismail
Foto: Ilustrasi Nabi Ismail (Mindra Purnomo)
Jakarta -

Dalam buku Kisah Para Nabi: Sejarah Lengkap Kehidupan Para Nabi sejak Nabi Adam Alaihissalam hingga Nabi Isa Alaihissalam oleh Ibnu Katsir, Nabi Ismail Alaihis Salam diketahui menikah pada usia muda. Ia mempersunting seorang gadis dari Kabilah Amaliq.

Namun pernikahannya tersebut tidak berjalan mulus. Nabi Ismail harus menceraikan istrinya atas perintah sang ayah, Nabi Ibrahim Alaihis Salam.

Istri nabi Ismail itu Alaihis Salam itu bernama Immarah binti Sa'ad bin Usamah bin Ukail al-Amaliqi. Mengutip dari buku Tuhfatul 'Arus oleh Mahmud Mahdi Al-Istanbuli, berikut kisahnya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Nabi Ismail Ceraikan Immarah

Nabi Ismail semakin dewasa, ia pun menikah dengan seorang wanita yang tinggal di sekitar sumur zamzam yang bernama Immarah binti Sa'ad bin Usamah bin Ukail al-Amaliqi. Tidak lama kemudian ibu Ismail, Hajar meninggal dunia.

Di kemudian hari Ibrahim datang setelah Ismail menikah untuk mengetahui kabarnya, namun dia tidak menemukan Ismail. Ibrahim bertanya tentang Ismail kepada istri Ismail. Istrinya menjawab, "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami." Lalu Ibrahim bertanya tentang kehidupan dan keadaan mereka. Istri Ismail menjawab,

ADVERTISEMENT

نَحْنُ بِشَرٍّ ، نَحْنُ فِى ضِيقٍ وَشِدَّةٍ

"Kami mengalami banyak keburukan, hidup kami sempit dan penuh penderitaan yang berat."

Istri Ismail mengadukan kehidupan yang dijalaninya bersama sang suami kepada Ibrahim. Ibrahim berkata,

فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِى عَلَيْهِ السَّلاَمَ ، وَقُولِى لَهُ يُغَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِهِ

"Nanti apabila suami kamu datang sampaikan salam dariku dan katakan kepadanya agar mengubah palang pintu rumahnya."

Ketika Ismail datang dia merasakan sesuatu lalu dia bertanya kepada istrinya:

هَلْ جَاءَكُمْ مِنْ أَحَدٍ

"Apakah ada orang yang datang kepadamu?"

Istrinya menjawab,

نَعَمْ ، جَاءَنَا شَيْخٌ كَذَا وَكَذَا ، فَسَأَلَنَا عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ ، وَسَأَلَنِى كَيْفَ عَيْشُنَا فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا فِى جَهْدٍ وَشِدَّةٍ

"Ya. Tadi ada orang tua begini dan begitu keadaannya datang kepada kami dan dia menanyakan kamu, lalu aku terangkan. Dan dia bertanya kepadaku tentang keadaan kehidupan kita maka aku terangkan bahwa aku hidup dalam kepayahan dan penderitaan."

Ismail bertanya,

فَهَلْ أَوْصَاكِ بِشَىْءٍ

"Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?"

Istrinya menjawab,

نَعَمْ ، أَمَرَنِى أَنْ أَقْرَأَ عَلَيْكَ السَّلاَمَ ، وَيَقُولُ غَيِّرْ عَتَبَةَ بَابِكَ

"Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mengubah palang pintu rumahmu."

Ismail berkata,

ذَاكِ أَبِى وَقَدْ أَمَرَنِى أَنْ أُفَارِقَكِ الْحَقِى بِأَهْلِكِ

"Dialah ayahku dan sungguh dia telah memerintahkan aku untuk menceraikan kamu, maka kembalilah kamu kepada keluargamu." Maka Ismail menceraikan istrinya.

Nabi Ismail Menikah Lagi

Kemudian Ismail menikah lagi dengan seorang wanita bernama Sayyidah binti Mudhadh bin Amr al-Jurhumi dari kalangan penduduk yang tinggal di sekitar itu. Lalu Ismail pergi lagi meninggalkan mereka dalam kurun waktu yang dikehendaki Allah.

Setelah itu, Ibrahim datang kembali untuk menemui mereka namun dia tidak mendapatkan Ismail. Hingga akhirnya dia mendatangi istri Ismail lalu bertanya kepadanya tentang Ismail.

Istrinya menjawab, "Dia sedang pergi mencari nafkah untuk kami." Lalu Ibrahim bertanya lagi, "Bagaimana keadaan kalian?"

Ibrahim bertanya kepada istrinya Ismail tentang kehidupan dan keadaan hidup mereka. Istri Ismail menjawab,

نَحْنُ بِخَيْرٍ وَسَعَةٍ

"Kami selalu dalam keadaan baik-baik saja dan cukup." Istri Ismail juga memuji Allah.

Ibrahim bertanya,

مَا طَعَامُكُمْ

"Apa makanan kalian?"

Istri Ismail menjawab,

اللَّحْمُ

"Daging."

Ibrahim bertanya lagi,

فَمَا شَرَابُكُمْ

"Apa minuman kalian?

Istri Ismail menjawab,

الْمَاءُ

"Air."

Maka Ibrahim berdoa,

اللَّهُمَّ بَارِكْ لَهُمْ فِى اللَّحْمِ وَالْمَاءِ

"Ya Allah, berkahilah mereka dalam daging dan air mereka."

قَالَ النَّبِىُّ - صلى الله عليه وسلم - « وَلَمْ يَكُنْ لَهُمْ يَوْمَئِذٍ حَبٌّ ، وَلَوْ كَانَ لَهُمْ دَعَا لَهُمْ فِيهِ » . قَالَ فَهُمَا لاَ يَخْلُو عَلَيْهِمَا أَحَدٌ بِغَيْرِ مَكَّةَ إِلاَّ لَمْ يُوَافِقَاهُ .

Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Saat itu belum ada biji-bijian di Makkah dan seandainya ada tentu Ibrahim sudah mendoakannya." Sabda beliau lagi, "Dan dari doa Ibrahim tentang daging dan air itulah, tidak ada seorang pun selain penduduk Makkah yang mengeluh bila yang mereka dapati hanya daging dan air."

Ibrahim selanjutnya berkata,

فَإِذَا جَاءَ زَوْجُكِ فَاقْرَئِى عَلَيْهِ السَّلاَمَ ، وَمُرِيهِ يُثْبِتُ عَتَبَةَ بَابِهِ

"Jika nanti suamimu datang, sampaikan salam dariku kepadanya dan perintahkanlah dia agar memperkokoh palang pintu rumahnya."

Ketika Ismail datang, dia berkata,

هَلْ أَتَاكُمْ مِنْ أَحَدٍ

"Apakah ada orang yang datang kepadamu?" Istrinya menjawab,

نَعَمْ أَتَانَا شَيْخٌ حَسَنُ الْهَيْئَةِ ، وَأَثْنَتْ عَلَيْهِ ، فَسَأَلَنِى عَنْكَ فَأَخْبَرْتُهُ ، فَسَأَلَنِى كَيْفَ عَيْشُنَا فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّا بِخَيْرٍ .

"Ya. Tadi ada orang tua dengan penampilan sangat baik datang kepada kita dan istrinya memuji Ibrahim. Dia bertanya kepadaku tentang kamu, maka aku terangkan lalu dia bertanya kepadaku tentang keadaan hidup kita, maka aku jawab bahwa aku dalam keadaan baik."

Ismail bertanya,

فَأَوْصَاكِ بِشَىْءٍ

"Apakah orang itu memberi pesan kepadamu tentang sesuatu?"

Istrinya menjawab,

نَعَمْ ، هُوَ يَقْرَأُ عَلَيْكَ السَّلاَمَ ، وَيَأْمُرُكَ أَنْ تُثْبِتَ عَتَبَةَ بَابِكَ

"Ya. Dia memerintahkan aku agar aku menyampaikan salam darinya kepadamu dan berpesan agar kamu mempertahankan palang pintu rumahmu."

Ismail berkata,

ذَاكِ أَبِى، وَأَنْتِ الْعَتَبَةُ ، أَمَرَنِى أَنْ أُمْسِكَكِ

"Dialah ayahku dan palang pintu yang dimaksud adalah kamu. Dia memerintahkanku untuk mempertahankan kamu." Kemudian Ibrahim meninggalkan mereka sampai waktu yang Allah kehendaki. (HR. Bukhari)

Dari pernikahannya dengan Sayyidah, Ismail dikaruniai 12 orang anak. Mereka bernama Nabit, Qaidzar, Wazbil, Maisyi, Masma', Masyi, Dausha, Arar, Yathur, Nabasy, Thayima, dan Qaidzama.

Hikmah yang Dapat Dipetik dari Kisah Nabi Ismail

Dalam kisah pernikahan nabi Ismail Alaihis Salam, kita bisa menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Turuti Perintah Orang Tua

Boleh menuruti perintah orang tua untuk menceraikan istri jika memang ada sebab yang benar. Namun menuruti semua keinginan orang tua dalam hal menceraikan tidaklah harus.

Ada orang bertanya kepada Imam Ahmad, "Apakah boleh menceraikan istri karena kedua orang tua menyuruh untuk menceraikannya?" Dikatakan oleh Imam Ahmad, "Jangan kamu talak". Orang tersebut bertanya lagi, "Tetapi bukankah Umar pernah menyuruh sang anak menceraikan istrinya?" Kata Imam Ahmad, "Boleh kamu taati orang tua, jika bapakmu sama dengan Umar, karena Umar memutuskan sesuatu tidak dengan hawa nafsu." (Masail min Fiqh Al-Kitab wa As-Sunnah, hlm. 27)

Diriwayatkan oleh Abu Darda' radhiyallahu 'anhu bahwa ada seorang datang kepadanya berkata,

إِنِّ لِى امْرَأَةً وَإِنِّ أُمِّى تَأْمُرُنِى بِطَلاَقِهَا؟ فَقَالَ : سَمِعْتُ رَسُولَلهِّ صلّى اللّه عليه وسلم يَقُولُ (الوَالِدُ أَوْسَطُ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ) فَإِنْ شِئْتَ فَاضشعْ ذَلِكَ الْبَابِ أَوِاحْفَظْهُ

"Sesunggguhnya aku mempunyai seorang istri dan ibuku menyuruh untuk menceraikannya. Aku mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Orang tua itu adalah sebaik-baik pintu surga, seandainya kamu mau maka jagalah pintu itu jangan engkau sia-siakan maka engkau jaga." (HR. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan sahih).

2. Jadilah Istri yang Baik

Islam juga memberikan kriteria perempuan yang memiliki karakter yang baik dan juga buruk. Diriwayatkan dari Abu Udzainah Ash-Shadafi RA, Rasulullah SAW bersabda:

"Sebaik-baik perempuan di antara kalian adalah yang sangat sayang (cinta) kepada suami, yang memiliki banyak anak, tidak kasar, membantu suami dalam kebaikan ketika mereka bertakwa kepada Allah.

Dan seburuk-buruk perempuan di antara kalian adalah yang suka berdandan/berhias (ketika keluar rumah), sombong, merekalah perempuan-perempuan munafik. Mereka tidak masuk surga, kecuali seperti burung gagak bersayap putih (atau sangat langka)," (HR. Baihaqi dalam As-Sunan 7: 82).

3. Dilarang Membuka Aib Rumah Tangga

Sebenarnya tidak masalah bila kita ingin bercerita tentang rumah tangga ke kerabat atau orang tua. Namun, tanamkanlah dalam pikiran untuk tidak menceritakan aib pasangan.

Larangan menceritakan aib pasangan telah dijelaskan pada sumber pokok ajaran Islam, yakni Al-Qur'an dan hadist. Sebagaimana firman Allah SWT:

"... mereka (istri-istrimu) merupakan pakaian bagimu dan kamu merupakan pakaian bagi mereka...." (QS Al-Baqoroh: 187)

Ayat tersebut mengisyaratkan bahwa pasangan diibaratkan pakaian, yang sepatutnya bertugas untuk saling menutupi dan saling menjaga.

Selain itu, hadist dari Abu Sa'id al-Khudriy berkata, Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam bersabda:

"Sesungguhnya manusia yang paling jelek kedudukannya di hari kiamat adalah seorang laki-laki (suami) yang bercampur (bersetubuh) dengan istrinya, kemudian membeberkan rahasia istrinya tersebut." (HR Muslim)

Larangan membuka aib suami dalam Islam ini juga didukung oleh hadist lain saat Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam bersabda:

"Tidaklah seorang hamba menutupi (aib) seorang hamba (yang lain) di dunia melainkan Allah akan menutupi aibnya di hari kiamat." (HR Muslim)




(hnh/nwk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads