Sepeninggalan Rasulullah SAW, kekuasaan Islam berada di bawah pimpinan Khulafaur Rasyidin. Kepemimpinan Islam kedua ini berakhir usai wafatnya Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA.
Khulafaur Rasyidin ini adalah orang-orang terdekat nabi. Ada empat sahabat nabi yang tergabung dalam Khulafaur Rasyidin. Secara berurutan, keempatnya adalah Abu Bakar Ash Shiddiq RA, Umar bin Khattab RA, Utsman bin Affan RA, dan Ali bin Abi Thalib RA.
Disebutkan dalam Tartib wa Tahdzib Al-Kitab Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir, Ali bin Abi Thalib RA wafat pada bulan Ramadan tahun 40 H. Ali RA wafat karena ditikam pada waktu subuh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Majdi Muhammad Asy-Syahawi menceritakan dalam Sakarat al-Maut, Wa'izhah al-Maut Wa Syada'Iduhu, setelah Ali RA ditikam, dia bertanya, "Apa yang telah diperbuat terhadap orang yang menusukku?"
Orang-orang kemudian menjawab, "Kami telah membekuknya."
Ali RA kemudian meminta agar memberikan makanan dan minuman kepada orang yang menikamnya itu. "Berilah dia makan dari makananku dan berilah dia minum dari minumanku. Sebab, jika aku bertahan hidup, dia akan berada di pihakku. Jika aku mati, jatuhkanlah hukuman mati terhadapnya dengan sekali tebas, tidak lebih dari itu."
Kemudian, Ali RA berpesan kepada putranya, Hasan, untuk memandikan jenazahnya seraya meminta agar tidak mengafaninya dengan kain yang mahal. Sebab, Sayyidina Ali RA pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda,
"Jangan membeli kain kafan yang mahal-mahal karena kain itu akan cepat dicuri." (HR Abu Daud dalam Sunan-nya)
Sayyidina Ali RA melanjutkan pesannya agar membawa jenazahnya dengan jalan kaki dan tidak terburu-buru juga tidak terlalu lambat. Ia mengatakan, "Sebab, jika itu kebaikan, berarti kalian menyegerakanku memperolehnya. Namun, jika itu keburukan, berarti kalian mengurangi beban kalian."
Setelah wafatnya Sayyidina Ali RA, berakhir sudah kekhalifahan Khulafaur Rasyidin. Berakhirnya kekuasaan Khalifah Ali bin Abi Thalib RA mengakibatkan lahirnya kekuasaan berpola dinasti, seperti dikatakan dalam buku Pasang Surut Peradaban dalam Lintas Sejarah karya Gandhi Liyorba Indra.
Pola kekuasaan tersebut jauh berbeda dengan pola Khulafaur Rasyidin yang masih menerapkan sistem musyawarah dalam pemilihan khalifah, seperti yang diajarkan Rasulullah SAW.
Pada masa Dinasti Umayyah, kepemimpinan setelah Khulafaur Rasyidin, bentuk pemerintahan cenderung feodal dan turun temurun. Di sisi lain, dari sini lah babak baru kemajuan dalam peradaban Islam dimulai.
Wilayah kekuasaan Islam semakin meluas. Sejumlah bidang juga mengalami perkembangan, seperti bidang pendidikan, kebudayaan, dan lainnya. Sejarah mencatat, Dinasti Umayyah memainkan peran dalam peradaban dan penyebaran Islam di berbagai penjuru dunia.
Mu'awiyah bin Abu Sufyan menjadi khalifah pertama Dinasti Umayyah. Sedangkan khalifah terakhirnya adalah Marwan bin Muhammad.
(kri/nwk)
Komentar Terbanyak
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026