Hari Raya Idul Adha merupakan puncak bulan Dzulhijjah. Hari Raya Idul Adha identik dengan memotong hewan kurban.
Beberapa daerah di Indonesia memiliki tradisi unik dalam menyambut Hari Raya Idul Adha. Dikutip dari agen travel dan beberapa sumber, berikut tradisi menjelang Idul Adha dari berbagai daerah di Indonesia.
1. Meugang di Aceh
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meugang adalah tradisi memasak daging dan menikmatinya bersama keluarga, kerabat dan yatim piatu oleh masyarakat Aceh. Hal ini sebagai bentuk rasa syukur mereka kepada Allah SWT.
Proses meugang diawali dengan memotong hewan kurban. Selanjutnya membagikan daging kepada warga sekitar atau fakir miskin.
Meski inti acaranya adalah penyembelihan dan pembagian daging hewan kurban, tapi ada juga warga yang membeli daging di pasar. Tradisi ini mempunyai tujuan mempererat hubungan kekeluargaan.
2. Apitan di Semarang
Tradisi Apitan berasal dari adanya bulan yang diapit, yaitu bulan Syawal dan bulan Zulhijjah. Rangkaian acara dimulai dengan aksi kuda lumping dari kelompok kesenian Turonggo Seto. Dulunya merupakan suatu sarana dan prasarana untuk kegiatan sedekah bumi apitan, yang kemudian dikembangkan menjadi suatu kegiatan yang merakyat serta dapat menghibur masyarakat Sampangan Semarang.
Apitan merupakan bentuk syukur warga terhadap rezeki (hasil bumi) yang Allah SWT berikan. Warga yang ikut serta dalam Apitan akan berebut demi mengambil hasil tani yang menjadi arakan.
3. Gamelan Sekaten di Surakarta
Dilansir dari laman kratonjogja.id, Gamelan Sekaten mulanya adalah pusaka milik Kerajaan Mataram yang terdiri dari dua perangkat. Yakni Gamelan Kyai Guntur Madu dan Gamelan Kyai Guntur Sari. Keduanya dibuat pada masa pemerintahan Sultan Agungyang pada tahun 1644 M.
Tidak hanya ketika Idul Adha, gamelan sekaten merupakan tradisi rutin menjelang Idul Fitri dan Maulid Nabi Muhammad SAW. Khusus perayaan Idul Adha, tabuhan musik gamelanakan digelar setelah shalat Idul Adha.
Biasanya, warga yang menyaksikan gamelan sekaten akan mengunyah kinang. Menurut warga setempat, kegiatan mengunyah kinang bertujuan agar mereka mendapat umur panjang dan bisa menyaksikan tradisi ini di tahun-tahun berikutnya.
4. Grebek Gunungan di Yogyakarta
Tradisi turun temurun ini identik dengan arak-arakan atau kirab gunungan. Mengutip dari laman Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Grebeg Besar merupakan tradisi yang digelar oleh Keraton Yogyakarta, untuk memperingati Hari Raya Idul Adha.
Ada 7 buah gunungan yang tersusun sedemikian rupa dalam tradisi ini. Ketujuh gunungan akan dibagi di 3 tempat berbeda yakni halaman Kagungan dalem Masjid Gede, Pendopo Kawedanan Pengulon, dan Kepatihan serta Puro.
Warga setempat yang datang menyaksikan akan berebutan hasil tani yang diarak. Menurut kepercayaan setempat, jika kamu berhasil mengambil hasil bumi dalam bentuk gunungan ini maka artinya bisa mendatangkan berkah.
5. Manten Sapu di Pasuruan
Pasuruan juga memiliki tradisi unik jelang Hari Raya Idul Adha, yakni manten sapi. Dalam pelaksanaannya, sapi kurban akan dimandikan dan dihias dengan cantik.
Sapi diberikan kalung bunga tujuh rupa dibalut dengan kain kafan, sorban dan sajadah. Setelah itu, semua sapi akan diarak menuju mesjid untuk diserahkan kepada panitia kurban.
Masyarakat setempat mengadakan acara ini untuk memberikan penghormatan terhadap sapi dan hewan kurban yang akan disembelih keesokan harinya.
6. Toron dan Nyalasi di Madura
Warga Madura memeiliki 2 tradisi mudik, yaitu pada saat Idul Fitri dan Idul Adha. Dan mudik saat Idul Adha disebut dengan tradisi toron.
Toron dalam bahasa Madura bearti turun kebawah. Di mana orang-orang Madura yang sedang merantau atau bekerja keluar daerah akan pulang ke kampung halamannya.
Sedangkan, dalam bahasa Madura, nyalase berarti nyekar atau ziarah ke makam untuk mendoakan para leluhur. Kegiatan nyalase ini biasa mereka lakukan setelah pelaksanaan shalat Idul Adha.
7. Mepe Kasur di Banyuwangi
Jelang Idul Adha, masyarakat suku osing di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi menggelar tradisi unik bernama Mepe Kasur atau Menjemur Kasur. Tradisi mepe kasur dilakukan sejak pagi hingga siang hari.
Uniknya tradisi ini adalah semua kasur yang dijemur berwarna sama, yaitu merah dan hitam.Hitam memiliki arti langgeng dan merah itu berani. Tradisi ini berlangsung menjelang hari raya kurban dengan tujuan menolak bala dan menjaga keharmonisan rumah tangga.
8. Ngejot di Bali
Tak hanya dikenal dengan wisata mancanegara ya, ternyata Bali memiliki tradisi Ngejot yang dilaksanakan tiap menjelang Idul Adha.
Dikutip dari kemenag.com, ngejoy adalah rutinitas umat beragama di Bali untuk merayakan hari penting dalam keagamaan, termasuk saat Idul Adha. Perbedaan agama dan toleransi yang tinggi di masyarakat Bali justru menghasilkan tradisi penuh makna.
Warga muslim Bali akan menjalankan tradisi ini dengan berbagi makanan, minuman, serta buah kepada tetangga nonmuslim. Kegiatan ini adalah bentuk rasa syukur warga muslim terhadap tetangganya yang memiliki toleransi tinggi.
9. Accera Kalompoang di Gowa
Gowa, Sulawesi Selatan ternyata memiliki tradisi penuh makna dan sakral, yakni accera kalompoang. adalah acara resmi untuk mencuci benda-benda bersejarah peninggalan Kerajaan Gowa.
Tradisi ini dilakukan dua hari berturut-turut, sehari sebelum Idul Adha dan di hari raya itu sendiri. Prosesinya dilakukan di Istana Raja Gowa atau Rumah Adat Balla Lompoa.
Acara Idul Adha ini sendiri menjadi salah satu upaya untuk mempersatukan keluarga kerajaan dengan pemerintah.
10. Kaul Negeri dan Abda'u di Maluku Tengah
Masyarakat Negeri Tulehu, Maluku Tengah, merayakan kaul dan abda'u sesaat setelah melaksanakan salat Idul Adha secara berjamaah. Kaul dan abda'u adalah tradisi adat puncak dari serangkaian parade budaya yang dilakukan masyarakat Tulehu.
Tak hanya satu desa, tapi juga melibatkan masyarakat dari desa-desa sekitarnya. Tradisi ini sudah berlangsung cukup lama, tercatat sejak abad ke-17.
Prosesnya, pemuka adat dan agama di Negeri Tulehu akan menggendong 3 ekor kambing dengan kain setelah shalat Idul Adha selesai. Mereka akan berjalan mengelilingi desa dengan iringan takbir dan shalawat menuju masjid.
Baru setelahnya, penyembelihan hewan kurban akan berlangsung setelah Ashar. Tujuan perayaan Idul Adha yang sudah berjalan ratusan tahun ini untuk menolak bala serta meminta perlindungan kepada Tuhan.
Itulah beberapa tradisi unik yang dilakukan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia saat Idul Adha. Semoga bisa tetap dijaga dan dilestarikan.
(hnh/lus)
Komentar Terbanyak
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Daftar Kekayaan Sahabat Nabi
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!