Abu Dzar Al Ghifari adalah salah satu sahabat Rasulullah yang dikenal paling miskin. Pemilik nama asli Jundub bin Junadah tersebut berasal dari salah satu suku yang dikenal handal dalam menempuh perjalanan.
Mengutip dari buku 365 Hari Bersama Sahabat Nabi Muhammad susunan Biru Tosca, ketika ingin menyatakan keislamannya, Abu Dzar menempuh perjalanan yang sangat menantang. Sesampainya di Makkah, ia bahkan berpura-pura menyamar menjadi orang yang hendak thawaf serta seorang musafir yang tersesat dan memerlukan istirahat.
Jika kaum Quraisy mengetahui yang dia cari adalah Rasulullah SAW, mereka akan melenyapkan nyawa Abu Dzar. Karenanya, ia kerap menyimak informasi tentang Nabi Muhammad tiap kali mendengar orang sekitar menyebut nama beliau.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Abu Dzar memiliki karakter yang pemberani, kuat, dan tegas. Ketika bertemu Nabi Muhammad pun dia tanpa ragu bersyahadat di depan beliau dan menyatakan keislamannya.
Sebelum Rasulullah SAW wafat, ia sempat berwasiat kepada Abu Dzar Al Ghifari. Wasiat-wasiat tersebut kemudian dijadikan Abu Dzar sebagai pedoman hidupnya, apa saja isinya? Berikut bahasannya seperti dinukil dari buku The Great Sahaba oleh Rizem Aizid.
Wasiat Rasulullah SAW kepada Abu Dzar Al Ghifari
1. Mencintai Orang Miskin
Wasiat yang pertama ialah mencintai orang miskin. Orang miskin yang dimaksud ialah mereka yang serba tidak berkecukupan dan tidak memiliki harta untuk mencukupi hidup namun enggan mengemis.
Dalam mencintai orang miskin, Allah SWT memerintahkan kaum muslimin untuk bersedekah dan zakat. Sedekah tidak terikat oleh waktu dan aturan, berbeda dengan zakat yang wajib dikeluarkan setahun sekali.
2. Melihat pada Orang yang Lebih Rendah dari Segi Materi
Wasiat kedua yaitu berkaitan dengan gaya hidup. Nabi Muhammad berwasiat agar kaum muslimin melihat kepada orang yang lebih renda dari segi materi dan penghidupan.
Dengan demikian, kita dilarang berkaca pada orang yang lebih kaya. Hal tersebut akan menimbulkan sifat dengki dan berujung tidak bersyukur atas segala sesuatu yang diberikan oleh Allah SWT.
"Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian lebih patut agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan," (HR Bukhari)
3. Menyambung Tali Silaturahim
Wasiat selanjutnya adalah menyambung tali silaturahim. Hal ini sangat ditegaskan dalam Islam, bahkan Allah SWT memerintahkan hamba-Nya untuk berbuat demikian.
Menyambung tali silaturahmi dapat memperkuat ukhuwah islamiyah, Allah berfirman dalam surat An Nisaa ayat 1,
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُوا۟ رَبَّكُمُ ٱلَّذِى خَلَقَكُم مِّن نَّفْسٍ وَٰحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَآءً ۚ وَٱتَّقُوا۟ ٱللَّهَ ٱلَّذِى تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلْأَرْحَامَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
Arab latin: Yā ayyuhan-nāsuttaqụ rabbakumullażī khalaqakum min nafsiw wāḥidatiw wa khalaqa min-hā zaujahā wa baṡṡa min-humā rijālang kaṡīraw wa nisā`ā, wattaqullāhallażī tasā`alụna bihī wal-ar-ḥām, innallāha kāna 'alaikum raqībā
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu,"
4. Memperbanyak Ucapan Hauqalah
Ucapan hauqalah ialah Laa haula walaa quwwata illa billah. Wasiat ini disampaikan oleh Rasulullah karena termasuk ke dalam zikir yang memiliki keutamaan dahsyat.
Arti dari kalimat tersebut adalah "Tidak ada daya dan upaya kecuali dari pertolongan Allah," karenanya ucapan itu menegaskan kelemahan kita di hadapan Allah SWT.
5. Berani Berkata Benar Meski Pahit
Kelima, wasiat yang disampaikan Nabi Muhammad SAW kepada Abu Dzar Al Ghifari ialah berani berkata benar walaupun pahit. Jujur lebih utama dan lebih baik daripada dusta, sepahit apapun kenyataan.
Nabi Muhammad bersabda,
"Jihad yang paling utama adalah mengatakan kalimat yang hak (benar) kepada penguasa yang zalim," (HR Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
6. Tidak Takut pada Celaan dalam Berdakwah
Wasiat lainnya yang diberikan kepada Abu Dzar Al Ghifari yaitu agar tidak takut pada celaan dalam berdakwah, Allah SWT berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 39:
ٱلَّذِينَ يُبَلِّغُونَ رِسَٰلَٰتِ ٱللَّهِ وَيَخْشَوْنَهُۥ وَلَا يَخْشَوْنَ أَحَدًا إِلَّا ٱللَّهَ ۗ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ حَسِيبًا
Arab latin: Allażīna yuballigụna risālātillāhi wa yakhsyaunahụ wa lā yakhsyauna aḥadan illallāh, wa kafā billāhi ḥasībā
Artinya: "(yaitu) orang-orang yang menyampaikan risalah-risalah Allah, mereka takut kepada-Nya dan mereka tiada merasa takut kepada seorang(pun) selain kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pembuat Perhitungan,"
7. Tidak Mengemis
Wasiat yang terakhir adalah tidak meminta-minta. Rasulullah SAW mengatakan semiskin apapun seseorang, jangan sekali-kali menjadi peminta.
Mengemis termasuk ke dalam perbuatan yang tidak mencerminkan sikap dan jiwa seorang muslim. Oleh sebab itu Islam melarang umatnya untuk meminta-minta.
Namun, perlu diketahui meminta-minta diperbolehkan dengan catatan untuk kemaslahatan umat. Contohnya seperti meminta sedekah pembangunan masjid, sarana pendidikan, atau anak yatim dan fakir miskin. Yang dilarang ialah meminta-minta untuk kepentingan pribadi.
(aeb/nwk)
Komentar Terbanyak
MUI Serukan Setop Penjarahan: Itu Bentuk Pelanggaran Hukum
Berangkat ke Mesir, Ivan Gunawan Kawal Langsung Bantuan untuk Gaza
Gaza Zona Tempur Bahaya, 76 Warga Palestina Tewas Dibom Israel