Sejarah hari Arafah merupakan suatu hal yang penting bagi umat Islam. Hari tersebut berkaitan dengan pengorbanan Nabi Ibrahim AS hingga khutbah terakhir Rasulullah SAW.
Hari Arafah adalah hari yang jatuh pada tanggal 9 Zulhijah atau tepat sehari sebelum Hari Raya Idul Adha. Ini juga menjadi hari di mana jemaah haji melaksanakan wukuf atau hadir di Arafah.
Rizem Aizid dalam buku Sejarah Terlengkap 25 Nabi menjelaskan, sejarah hari Arafah ini berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim AS saat bermimpi untuk menyembelih putranya Nabi Ismail AS selama beberapa malam. Ketika terbangun pada keesokan harinya ia mengetahui bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah SWT.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Nabi Ibrahim AS kemudian menyadari hal itu tepat di tanggal 9 Dzulhijjah dan dinamakan yaumul arafah atau hari Arafah. Lebih lanjut dijelaskan, Arafah diartikan mengetahui, hari ini diamankan arafah karena didasarkan pada Nabi Ibrahim AS yang mengetahui bahwa mimpi yang telah dialaminya adalah wahyu.
Hari Arafah juga didasarkan pada nama tempat di Makkah yaitu Arafah. Pada hari itu, dilasanakan wukuf di tanah Arafah bagi pelaksana ibadah haji.
Rasulullah Sampaikan Khutbah Terakhir pada Hari Arafah
Menurut sebuah riwayat, Rasulullah SAW menyampaikan khutbah terakhir beliau pada hari Arafah. Dijelaskan dalam Ar-Rahiq al-Makhtum Sirah Nabawiyah karya Syekh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, peristiwa khutbah terakhir Rasulullah SAW di Arafah tersebut terjadi kala beliau menunaikan ibadah haji yang terakhir yang kerap disebut haji Wada.
Pada tanggal 8 Dzulhijjah, tepatnya pada hari Tarwiyah Nabi Muhammad SAW menuju Mina. Di Mina, beliau melaksanakan salat lima waktu dimulai dari salat Dzuhur sampai Subuh.
Setelah itu, beliau berdiam diri dan menunggu terbitnya matahari. Setelah itu, perjalanan diteruskan hingga tiba di Arafah.
Kubah untuk beliau telah terpasang di Namirah, maka beliau beristirahat hingga matahari tergelincir. Beliau memerintahkan agar Qashwa' dipersiapkan untuk berangkat ke tengah Padang Arafah.
Di sekeliling Nabi Muhammad SAW telah berkumpul umat Islam yang berjumlah 124 ribu (ada pendapat yang menyebut 144 ribu orang). Beliau berdiri di hadapan mereka untuk berkhutbah.
Khutbah ini dilakukan ketika setelah Rasulullah SAW memperlihatkan kepada mereka tata cara ibadahnya, mengajari mereka mengenai sunnah-sunnah haji, dan berpidato di depan orang banyak untuk menjelaskan segala sesuatu yang perlu dijelaskan.
Hal yang sama turut dijelaskan oleh Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam Sirah Nabawiyah Jilid 2 bahwa Haji Wada' sarat akan hukum-hukum yang disebutkan dalam khutbah Arafah. Karena itu ulama banyak yang menjadikan khutbah Rasulullah SAW di Arafah sebagai hukum-hukum dalam melaksanakan manasik haji seperti yang banyak disebutkan di dalam kitab-kitab fikih.
Ali Muhammad Ash-Shallabi merangkum hukum-hukum yang dimaksud dalam peristiwa tersebut, di antaranya:
1. Tidak melaksanakan puasa di hari Arafah bagi yang menunaikan ibadah haji. Hal ini didasarkan pada hadits Maimunah binti Harits, istri Nabi Muhammad SAW berkata,
"Orang-orang mengeluhkan puasa yang Rasulullah SAW lakukan di hari Arafah, kemudian Maimunah mengirimkan sewadah susu untuk beliau saat beliau tengah wukuf di Arafah, beliau minum dan orang-orang melihatnya." (HR Bukhari)
2. Bagaimana cara mengurus jenazah orang yang mati dalam keadaan berihram. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas RA,
"Saat seseorang tengah wukuf bersama Rasulullah, tiba-tiba ia terjatuh dari hewan tunggangannya atau mati seketika, kemudian hal itu diberitahukan kepada Nabi, beliau lalu bersabda, 'Mandikan dia dengan air dan daun bidara, kafanilah dengan dua helai kain, jangan diberi kapur barus dan jangan tutupi kepalanya, karena Allah akan membangkitkan dia pada Hari Kiamat dengan mengucapkan talbiyah.
3. Diperbolehkan untuk menunaikan ibadah haji untuk orang lain.
4. Bagaimana cara melempar jumrah.
(kri/kri)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Pengumuman! BP Haji Buka Lowongan, Rekrut Banyak SDM untuk Persiapan Haji 2026
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!