Seorang pemimpin yang baik tentu memberikan teladan perbuatan kepada masyarakatnya, bukan hanya nasihat dan kata-kata melainkan perbuatan sesuai apa yang dikatakan.
Pemimpin juga memahami bahwa tanggung jawabnya lebih diutamakan daripada untuk memenuhi kesenangan sendiri ( tentu kesenangan yang dilandasi nafsu untuk mencintai dunia ). Lebih mencintai dan mengutamakan kepentingan masyarakat, karena dia sadar bahwa tatkala diberi amanah sebagai pemimpin di hatinya berkata bahwa dirinya adalah pelayan. Dia berbuat dan melayani tidak berharap dunia, namun dia harapkan keridhaan-Nya. Adapun sifat-sifat yang dimiliki calon pemimpin seperti :
Pertama, Rendah hati. Meskipun ia sebagai pemimpin, dengan sifat rendah hatinya ini menyempurnakan kepatuhan dan kesalihannya. Seorang yang patuh dan salih itu menjadi syarat penting dalam memimpin. Penulis bersenandung syair tentang rendah hati :
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tahukah bahwa rendah hati itu berbeda dengan rendah diri.
Rendah hati merupakan pakaian bagus bagi orang-orang besar.
Rendah hati bagi yang miskin merupakan kebiasaan sehari-hari.
Rendah diri hanyalah sikap pengantar bagi pecundang.
Ketika kau bersopan santun, anggaplah orang lain lebih baik.
Hindari dirimu duduk pd alas tinggi, karena air mengalir pd alas rendah.
Janganlah taruh dirimu serendah menjadi hina.
Sang Pencipta menyukai orang bersikap lemah lembut, terhadap orang Mukmin.
Dan rendahkanlah dirimu pada orang sekeliling yang beriman.
Semoga Sang Pencipta menjaga sikap lemah lembutmu.
Dengan kerendahan hatinya, seorang pemimpin akan benar-benar melayani masyarakat bukan sekedar slogan. Maka sifat ini menjadi kriteria utama dalam menentukan seorang pemimpin.
Kedua, Menjaga janji. Seseorang yang menjaga janji akan dikuatkan, karena mengingkari janji termasuk kepalsuan.
Dalam ajaran Islam janji merupakan sesuatu yang harus ditepati. Rasulullah Saw. bersabda, "Tanda orang munafik itu ada tiga: jika berbicara dusta, jika berjanji dia ingkar, dan jika dipercaya (diberi amanat) dia berkhianat"(HR. Bukhari Muslim). Maka, dari hadis tersebut, tentu kita tidak mau termasuk ke dalam golongan orang munafik akibat suka ingkar terhadap janji yang dibuat.
Dari hadis Rasulullah Saw. di atas, kita bisa mengetahui bahwa janji mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Islam. Tidak boleh kita seenaknya mengucap janji jika kita tidak merasa yakin bisa menepatinya. Tentang pentingnya menepati janji ini juga ada dalam surat an Nahl ayat 91 dan 92, yang berbunyi,
"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpah itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. Dan janganlah kamu seperti seorang perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat, menjadi cerai berai kembali, kamu menjadikan sumpah (perjanjian)mu sebagai alat penipu di antaramu, disebabkan adanya satu golongan yang lebih banyak jumlahnya dari golongan yang lain. Sesungguhnya Allah hanya mengujimu dengan hal itu. Dan sesungguhnya di hari Kiamat akan dijelaskan-Nya kepadamu apa yang dahulu kamu perselisihkan itu".
Ketiga, Tidak mendoakan keburukan bagi siapa pun meski ia dizalimi. Tindakan ini akan membawanya pada kedudukan mulia di dunia dan akhirat. Ia disayangi dan dicintai oleh semua penerima kebenaran. Inilah akhlak yang dituntun dalam ajaran Islam. Pemimpin yang berakhlak seperti ini, tentu dalam menjalankan kebijakan akan selalu dalam bimbingan-Nya hingga membuahkan masyarakat yang mampu dan harmonis.
Keempat, Tidak berpihak pada kemusyrikan, kekafiran dan kemunafikan. Pemimpin dengan sifat ini akan dibawa kepada kesempurnaan dalam mengikuti ajaran-Nya ( Qur'an dan Hadis ) dan dijauhkan dari mencampuri ketetapan Allah Swt. Ia didekatkan kepada ridha dan kasih sayang-Nya.
Kelima, Dirinya bersih dari dosa baik lahir maupun batin.
Keenam, Bersih dari segala harapan manusia. Artinya pemimpin yang demikian tidak menanggung hutang budi pada seseorang maupun kelompok. Ia akan menjalankan kekuasaannya dengan leluasa dan menjalankan amanah sesuai janjinya. Ia menempatkan semua orang sama di mata hukum. Kekuasaan menjadikan wasilah bagi dirinya untuk bekal akhirat.
Ketujuh, Menghindari berdusta. Seorang ahli berkata, " Barangsiapa yang sedikit jujurnya, maka dia sedikit temannya." Kejujuran memberikan informasi tentang sesuatu sesuai fakta dan kebohongan ( dusta ) sebaliknya. Kejujuran didorong oleh akal yang memastikan dan syariat yang menguatkan, sedangkan kebohongan dilarang oleh akal dan dihalangi oleh syariat. Kebohongan merupakan sumber segala dosa, jika seseorang sampai dikenal khalayak sebagai pembohong ( pendusta ) maka lenyaplah harga dirinya, ucapannya tidak dihiraukan bahkan dilihat dengan pandangan hina. Jika ia telah kukuh dan lisannya terhindar dari dusta, maka Allah Swt. akan membukakan hatinya dan menjernihkan pengetahuannya sehingga tampak bersih dari kepalsuan. Kerugian pembohong (pendusta ) yang besar adalah Allah Swt. tidak memberikan petunjuk padanya. Inilah firman Allah dalam surah al-Mukmin ayat 28, "Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi pendusta." Jika seorang pemimpin yang berdusta, bagaimana ia menjalankan amanahnya tanpa petunjuk dari Allah Swt. tentu hasilnya akan merugikan dirinya dan terutama masyarakat yang dipimpinnya.
Itulah tujuh ciri-ciri pemimpin masa depan, semoga Allah Swt. memberikan petunjuk dan bimbingan agar kita bisa memilih pemimpin yang demikian.
Aunur Rofiq
Ketua DPP PPP periode 2020-2025
Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)
Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)
(erd/erd)
Komentar Terbanyak
MUI Kecam Rencana Israel Ambil Alih Masjid Al Ibrahimi di Hebron
Mengoplos Beras Termasuk Dosa Besar & Harta Haram, Begini Penjelasan MUI
Info Lowongan Kerja BP Haji 2026, Merapat!