Pengertian Mukjizat dalam Ajaran Islam, Anugerah bagi Nabi dan Rasul

Pengertian Mukjizat dalam Ajaran Islam, Anugerah bagi Nabi dan Rasul

Farah Ramadanti - detikHikmah
Jumat, 19 Mei 2023 11:45 WIB
hikmah
Ilustrasi mukjizat Foto: Getty Images/iStockphoto/Boonyachoat
Jakarta -

Setiap nabi dan rasul yang diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akidah manusia di muka bumi memiliki mukjizat masing-masing. Mereka diberi kekuatan luar biasa dari Allah agar semakin dipercaya bahwa mereka adalah utusan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa.

Allah telah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al Isra ayat 59,

وَمَا مَنَعَنَآ أَن نُّرْسِلَ بِٱلْءَايَٰتِ إِلَّآ أَن كَذَّبَ بِهَا ٱلْأَوَّلُونَ

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Artinya: Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu.

Pengertian Mukjizat

Kata mukjizat secara bahasa diartikan sebagai kejadian ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akal manusia. Adapun mukjizat diambil dari bahasa Arab, a'jaza yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu'jiz dan apabila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu'jizat.

ADVERTISEMENT

M. Quraish Shihab menyebutkan dalam bukunya yang berjudul Mukjizat Al-Qur'an, mukjizat didefinisikan oleh pakar agama Islam antara lain sebagai "suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu."

Mukjizat Nabi dan Rasul

Mengutip buku Al Quran Sebagai Sumber Hukum yang ditulis oleh Alik al Adhim, mukjizat yang diberikan Allah kepada setiap rasul disesuaikan dengan keistimewaan kaum ketika rasul itu diutus. Oleh karena itu, setiap zaman pasti memiliki rasul dengan mukjizat yang berbeda.

Contohnya, Nabi Musa AS diberi mukjizat tongkat untuk mengungguli kehebatan sihir yang berkembang pada saat itu. Nabi Isa AS diberikan mukjizat dapat menghidupkan orang mati untuk menantang kemajuan ilmu kedokteran saat itu.

Mukjizat berfungsi sebagai bukti kebenaran para nabi. Ketika Allah memberikan suatu mukjizat yang abadi sampai akhir zaman, mukjizat tersebut diturunkan untuk memelihara agama Islam sekaligus mendukung masa kenabian Rasulullah SAW.

Jika diamati, semua mukjizat terdahulu sifatnya indrawi, yakni dapat dirasakan atau dilihat. Hal tersebut menyebabkan pengaruhnya hanya terbatas pada waktu tertentu.

Bentuk-Bentuk Mukjizat

Dinukil dari buku Aneka Pengkajian Studi Al-Qur'an yang disusun oleh Moch Tolchah, bentuk mukjizat dibagi menjadi dua kategori yaitu mukjizat indrawi (hissiyyah) dan mukjizat rasional ('aqliyah).

Mukjizat indrawi diidentifikasikan pada munculnya kekuatan dari segi fisik yang menandakan adanya kekuatan di luar nalar pada seorang nabi. Contohnya adalah mukjizat laut yang dibelah oleh Nabi Musa AS, api yang menjadi dingin dalam kisah Nabi Ibrahim AS, dan lainnya.

Adapun mukjizat rasional lebih diidentifikasikan pada wujud kemampuan intelektual yang rasional seperti misalnya kitab suci Al-Qur'an sebagai mukjizat yang diberikan kepada Nabi Muhammad. Mukjizat tersebut akan terus berlangsung hingga hari kiamat tiba.

Meskipun Al-Qur'an dikategorikan dalam mukjizat rasional, tidak serta merta menafikan mukjizat-mukjizat fisik yang telah dianugerahkan Allah padanya untuk memperkuat dakwah, justru menjadi mukjizat bagi seluruh manusia karena ajarannya yang murni dan dan selalu terpelihara selama-lamanya.

Mukjizat Terbesar Adalah Al-Qur'an

Dalam buku Sejarah Terlengkap Nabi Muhammad SAW: Dari Sebelum Masa Kenabian hingga Sesudahnya yang ditulis oleh Abdurrahman bin Abdul Karim disebutkan bahwa Al-Qur'an adalah mukjizat terbesar dari Allah SWT yang diturunkan kepada nabi sekaligus rasul terakhir utusan-Nya, yakni Nabi Muhammad SAW.

Allah berfirman dalam surat Al Baqarah ayat 23,

وَاِنْ كُنْتُمْ فِيْ رَيْبٍ مِّمَّا نَزَّلْنَا عَلٰى عَبْدِنَا فَأْتُوْا بِسُوْرَةٍ مِّنْ مِّثْلِهٖ ۖ وَادْعُوْا شُهَدَاۤءَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ اِنْ كُنْتُمْ صٰدِقِيْنَ

Artinya: Dan jika kamu meragukan (Al-Qur'an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surah semisal dengannya dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.

Ayat tersebut menerangkan bahwa Allah menegaskan kepada semua makhluk-Nya yang tidak percaya sepanjang masa untuk membuat surat yang sama (ayat yang sama) sebagaimana Al-Qur'an. Jika mereka gagal menjawab tantangan tersebut, mereka akan menghadapi neraka yang berbahan bakar manusia dan batu.

Dalam surat Al Baqarah ayat 24 Allah berfirman,

فَاِنْ لَّمْ تَفْعَلُوْا وَلَنْ تَفْعَلُوْا فَاتَّقُوا النَّارَ الَّتِيْ وَقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ ۖ اُعِدَّتْ لِلْكٰفِرِيْنَ

Artinya: Jika kamu tidak mampu membuatnya, dan (pasti) tidak akan mampu, maka takutlah kamu akan api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.

Itulah penjelasan dari arti mukjizat dalam ajaran Islam. Allah hanya akan menurunkan mukjizat pada hamba-hamba-Nya yang istimewa dan terpilih. Semoga dengan mengetahui seluk-beluk mukjizat, umat muslim dapat semakin mengimani dan mencontoh perilaku terpuji para nabi dan rasul.




(dvs/dvs)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads