Kecam Pembakaran Al-Qur'an di Swedia, Ketum ICMI: Bukan Demokrasi, Tapi Intoleransi

Kecam Pembakaran Al-Qur'an di Swedia, Ketum ICMI: Bukan Demokrasi, Tapi Intoleransi

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Rabu, 01 Feb 2023 10:45 WIB
Politisi sayap kanan Eropa, Rasmus Paludan, membakar Al-Quran di depan sebuah masjid di Noerrebro, di Kopenhagen, Denmark, Jumat (27/1/2023).
Kecam Pembakaran Al-Qur'an di Swedia. Foto: via REUTERS/RITZAU SCANPIX
Jakarta -

Pembakaran mushaf Al-Qur'an oleh Rasmus Paludan, politikus sayap kanan Denmark, menuai banyak kontra dari kaum muslim di dunia. Ketua Umum Ikatan Cendekia Muslim Indonesia (Ketum ICMI) Arif Satria turut mengecam keras aksi tersebut.


Menurutnya, tindakan yang dilakukan Paludan ini menyakiti dan menebarkan kebencian terhadap umat Islam. Pembakaran Al-Qur'an dengan mengatasnamakan kebebasan demokrasi ini juga dinilai sebagai perbuatan tidak bermoral, tidak etis serta melanggar HAM.


"Tindakan pembakaran Al-Qur'an yang mengatasnamakan demokrasi itu cerminan sikap intoleran, antipluralitas, antikemanusiaan, yang nilai-nilai tersebut justru bertentangan dengan prinsip dasar demokrasi." ujar Arif Satria.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Lebih lanjut, Rektor IPB 2023-2028 ini mengambil contoh dari Indonesia, yang penduduknya terdiri dari beragam agama dan mayoritas Islam, tetapi tak pernah membakar kitab suci keyakinan lain atas nama kelonggaran berekspresi.


"Islam menjadi agama mayoritas, tak pernah sekalipun membakar kitab mana pun atas nama kebebasan. Islam di Indonesia harus menjadi teladan negara negara lain untuk penghargaan hak asasi manusia dan keberagaman hidup bernegara," lanjutnya kepada detikHikmah, Selasa (31/1/2023).

ADVERTISEMENT


Arif Satria juga menyeru kaum muslim asal Indonesia untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa negara ini punya toleransi antarumat beragama yang baik, saling menghargai, rasional, moderat, menghargai nilai kemanusiaan dan kemajemukan.


"Selain itu, suasana toleransi antarumat beragama di Indonesia harus terus dijaga dengan baik karena demokrasi Pancasila dilandasi oleh nilai-nilai religiusitas sehingga membentuk masyarakat yang religius." tutupnya.


Rasmus Paludan diketahui membakar Al-Qur'an saat demonstrasi anti-Turki dan upaya Swedia untuk bergabung dengan aliansi militer Pakta Pertahanan Atlantik Utara atau NATO di Stockholm, pada Sabtu (21/1/23).


Alasan Paludan Bakar Al-Qur'an


Mengutip dari laman detikNews, dalam keterangan yang diperoleh dari kepolisian setempat, tindakan Paludan ditujukan terhadap Islam dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan atas usaha untuk memengaruhi kebebasan berekspresi di Swedia.


Aksi Paludan ternyata bukan hanya sekali. Kabar terbaru membeberkan bila ia membakar mushaf Al-Qur'an lagi pada Jum'at (27/1/23) di depan masjid sekitar wilayah Noerrebro, Kopenhagen, Denmark.


Protesnya ini sebagai bentuk desakan kepada Turki untuk memberikan dukungan kepada Swedia dan Finlandia supaya dapat bergabung dengan NATO. Yang mana kedua negara tersebut baru bisa berserikat bila memeroleh persetujuan dari seluruh anggota NATO, salah satunya Turki.


Ankara juga terus menunda waktu pertemuan penting di Brussels, Belgia untuk membahas keanggotaan Swedia dan Finlandia. Namun setelah tindakan Paludan itu, Erdogan memberi peringatan kepada Swedia agar tak berharap dukungan Turki untuk bergabung NATO.


Sumpah Paludan untuk Melanjutkan Aksi Bakar Al-Qur'an


Paludan, melansir Aljazeera, berjanji akan meneruskan protesnya itu tiap pekan. Pada tindakan serupanya di luar gedung Kedutaan Besar Turki, Kopenhagen, Denmark, Paludan terlihat mengenakan hem pelindung dan dikelilingi oleh polisi antihuru-hara.


Dengan memakai pengeras suara, dia mengatakan, "Begitu dia (Erdogan) mengizinkan Swedia bergabung NATO, saya berjanji saya tidak akan membakar Al-Qur'an di luar Kedutaan Besar Turki. Jika sebaliknya, saya akan melakukannya setiap Jumat pukul 14.00 waktu setempat,"


Rasmus Paludan yang berkewarganegaraan ganda Denmark-Swedia hingga saat ini terus menuai kemarahan seluruh dunia Islam setelah melakukan aksi pembakaran Al-Qur'an dalam unjuk rasanya di Swedia.




(lus/lus)

Hide Ads