Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah, Ini Sejarahnya

Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah, Ini Sejarahnya

Christavianca Lintang - detikHikmah
Kamis, 12 Jan 2023 16:45 WIB
Buku dan literatur.
Perkembangan Ilmu Pengetahuan pada Masa Abbasiyah. Foto: Gulfer Ergin/Unsplash
Jakarta -

Berbicara soal berdirinya Dinasti Abbasiyah tak lepas dengan nama al-Abbas. Mengutip buku Sejarah Pendidikan Islam oleh J. Suyuthi Pulungan, ini adalah nama salah seorang paman Nabi Muhammad SAW, al-Abbas ibn Abd al-Muttalib ibn Hasyim.

Melansir buku yang berjudul Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam oleh Saprida, M.H.I., Dkk. terbentuknya dinasti Abbasiyah adalah untuk melanjutkan kekuasaan sebelumnya, yaitu dinasti Umayyah. Dinamakan dinasti Abbasiyah karena para pendiri dan pemimpin dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas. Ada beberapa faktor pendorong dalam pendirian Bani Abbasiyah ini. Berikut penjelasannya:

1. Timbulnya perselisihan politik antara Bani Muaqiyah dan pengikut setia Ali bin Abi Thalib.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

2. Munculnya kalangan Khawarij yang disebabkan rivalitas politik antara Muaqiyah dengan Syi'ah dan kebijakan-kebijakan land reform yang tidak adil.

3. Terbentuknya politik penyelesaian khilafah dan konflik dengan cara damai.

ADVERTISEMENT

4. Adanya asas penafsiran bahwa dekret politik harus berlandaskan pada Al-Qur'an dan oleh golongan Khawarij orang Islam non-Arab.

5. Adanya konsep hijrah di mana setiap orang harus ikut bergabung dengan kelompok Khawarij yang tidak ikut dianggapnya sebagai orang yang berada pada golongan-golongan Abbasiyah.

6. Bertambah gigih pemberontakan yang dilakukan pengikut Syi'ah terhadap Bani Umayyah setelah terbunuhnya Husein Bin Ali dalam pertempuran Karbala.

7. Timbulnya pemahaman masalah perbedaan antara orang Islam Arab dan non-Arab.

Kemajuan Sistem Pendidikan Islam Dinasti Abbasiyah

Berdirinya Dinasti Abbasiyah sekaligus menjadi tombak dalam memperlihatkan wajah baru dunia Islam dalam refleksi kegiatan ilmiah dan pemerintahan. Perkembangan dalam ilmu pengetahuan juga merupakan sebuah kontribusi dari pengembangan wawasan dan disiplin keilmuan.

Dalam hal kurikulum yang dikembangkan dalam pendidikan Islam saat itu terdiri dari dua bagian. Pertama, kurikulum pendidikan tingkat dasar yang terdiri dari pelajaran membaca, menulis, tata bahasa, hadits, prinsip-prinsip dasar Matematika dan pelajaran syair. Ada pula yang menambahkannya dengan mata pelajaran nahwu dan cerita-cerita. Ada juga kurikulum yang dikembangkan sebatas menghafal Al-Qur'an dan mengkaji dasar-dasar pokok agama.

Kedua, kurikulum pendidikan tinggi. Di fase ini Islam mempersiapkan diri untuk memperdalam masalah agama, menyiarkan dan mempertahankannya. Ilmu yang dipelajari seperti bahasa, sejarah, tafsir dan hadits.

Berikut beberapa lembaga pendidikan yang berkembang pada masa Daulah Abbisyah yang dilansir dalam buku Sejarah Pendidikan Islam:

Lembaga Pendidikan Islam di Masa Dinasti Abbasiyah

1. Lembaga Pendidikan Dasar (Kuttab atau Makttab)
Kutab atau Makttab berasal dari kata kataba yang berarti menulis atau tempat menulis. Namun akhirnya memiliki pengertian sebagai lembaga pendidikan dasar.

2. Masjid
Masjid tidak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah saja, melainkan juga berfungsi sebagai kegiatan pendidikan dan kebudayaan. Sistem pembelajaran di dalam masjid, berbentuk halakah, berkembang dengan baik pada masa Abbasiyah, sejalan dengan munculnya bermacam-macam pengetahuan agama sehingga terkadang di dalam suatu masjid besar terdapat beberapa halakah dengan materi pembelajaran berbeda seperti nahwu, ilmu kalam, fikih, dan lain-lain. Ini terjadi di masjid al-Kasai dan al-Manshur di Baghdad.

3. Khizanah al-Hikmah dan Baitul Hikmah
Pada masa pemerintahan khalifah Harun al-Rasyid, ia memiliki perhatian sangat baik terhadap ilmuwan dan budayawan. Salah satunya ia mendirikan Khizanah al-Hikmah (Khazanah Kebijaksanaan), yang menyerupai Jundishapur Academy di Sasania Persia. Berbeda dengan Jundishapur yang hanya menyimpan puisi dan cerita-cerita untuk raja, Khizanah al-Hikmah berfungsi sebagai perpustakaan dan lembaga pendidikan yang banyak melakukan penelitian yang dilengkapi dengan observatorium.

4. Universitas Nizhamiyah
Universitas Nizhamiyah didirikan oleh Nizam al-Mulk di dekat sungai Dijlah di tengah-tengah pasar Salasah (Suq al-Salasah) di Baghdad. Universitas Nizhamiyah Baghdad mulai dibangun pada 457 H/1065 M dan selesai pada 459 H/1068 M untuk "menyaingi" Universitas Cordova dan al-Azhar di Cairo.

Universitas Nizhamiyah merupakan lembaga pendidikan tinggi Islam yang resmi pada masa ini dan dianggap sebagai prototipe awal pembangunan lembaga pendidikan tinggi setelahnya.

5. Pendidikan Rendah di Istana
Munculnya pendidikan rendah di istana untuk anak-anak para pejabat kerajaan didasarkan atas pemikiran bahwa pendidikan itu harus menyiapkan peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugasnya kelak setelah dewasa.

6. Rumah Para Ulama
Sebenarnya rumah bukanlah tempat yang baik untuk melakukan kegiatan belajar mengajar. Akan tetapi dengan alasan tertentu dan tidak memungkinkan ulama mengajar murid ke tempat belajar maka prosesnya bisa dikerjakan di rumah. Di antara rumah ulama yang terkenal menjadi tempat belajar antara lain rumah Ibnu Sina, Al-Fhajali, Ali Ibny Muhammad al-Fashishi, Ya'qub Ibnu Killis wazir Khalifah al-Azizi Billahi Al-Fathimy dan Ahmad Bin Ahmad Abu Tahir.

7. Toko-toko Buku (Al-Hawarit Al-Waraqin)
Selama masa kejayaan Daula Abbasiyah, toko-toko buku berkembang dengan pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Toko-toko ini tidak hanya menjual buku, tetapi juga menjadi pusat lingkungan studi yang berkembang. Pemilik toko buku biasanya berfungsi sebagai tuan rumah (pemilik toko), dan kadang-kadang berfungsi sebagai muallim dalam lingkaran studi (halakah) yang memimpin pengajian sebab sebagian yang pemilik toko buku adalah para ulama.

Metode Pendidikan dan Pengajaran

Pada masa Dinasti Abbasiyah metode pendidikan atau pengajaran yang digunakan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu lisan, hafalan dan tulisan. Materi pendidikan di masa ini menempatkan Al-Qur'an sebagai dasar pendidikan. Para siswa (laki-laki) belajar membaca, menulis tata bahasa (grammar), filologi, moral dan praktik ibadah (sholat), pelajaran membaca Al-Qur'an dan praktik ritual ibadah mahdhah lainnya.

Masih dalam sumber buku yang sama, dituliskan bahwa sejarah mencatat empat mazhab fikih tumbuh dan berkembang pada masa Daulah Abbasyiah. Imam Abu Hanifah (meninggal di Baghdad tahun 150 H/677 M) adalah pendiri mazhab Hanafi. Imam Malik bin Anas banyak menulis hadits dan pendiri mazhab Maliki (Wafat di MAdinah tahun 179H/795 M). Muhammad bin Idris Ash-Syafi'i (wafat di Mesir tahun 204 H/819 M) adalah pendiri mazhab Syafi'i. Dan Ahmad bin Hanbal pendiri mazhab Hanbali.

Selain itu berkembang pula ilmu filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geografi, aljabar, aritmatika, mekanika, astronomi, musik, kedokteran dan kimia.




(lus/lus)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads