6 Adab Menasehati dalam Islam, Jangan Sampai Mempermalukan

6 Adab Menasehati dalam Islam, Jangan Sampai Mempermalukan

Devi Setya - detikHikmah
Kamis, 15 Des 2022 19:00 WIB
nasihat
Ilustrasi seorang muslim yang memberikan nasihat Foto: Getty Images/iStockphoto/BartCo
Jakarta -

Adab menasehati dalam Islam harus diterapkan agar seseorang yang membutuhkan nasihat tidak merasa terpojok dan disalahkan. Seseorang juga tidak diperbolehkan menasehati dengan cara mempermalukan orang lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata nasihat memiliki arti ajaran atau pelajaran baik. Nasihat juga berupa anjuran seperti petunjuk, peringatan, teguran yang baik.

Beberapa orang membutuhkan nasihat untuk setiap permasalahan hidup yang dijalani. Orang-orang yang dianggap dewasa, tokoh masyarakat ataupun tokoh agama kerap diminta untuk memberikan nasihat.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam Islam, nasihat boleh diberikan dengan tujuan untuk memberi masukan yang baik. Setiap umat muslim juga akan senantiasa menasehati dan dinasehati.

Dalam hadits dari Tamim Ad Dariy, Rasulullah SAW bersabda: "Agama adalah nasehat". Para sahabat bertanya: "Untuk siapa?". Beliau menjawab: "Untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin dan umat muslim seluruhnya" (HR. Muslim, no. 55).

ADVERTISEMENT

Adab Menasehati dalam Islam

Mengutip buku Pelajaran Adab Islam 2 oleh Ahmad Syukri dkk, dijelaskan beberapa adab yang harus dilakukan ketika menasehati orang lain. Nasehat bagi seorang muslim sangatlah penting, karena dengannya akan tercipta hubungan silaturahmi dan persaudaraan yang kuat serta munculnya tradisi saling menjaga dalam kebenaran.

1. Ikhlas karena Allah dalam menasehati

Seorang yang ingin menasehati hendaklah memiliki niat semata-semata untuk mendapatkan ridha Allah Ta'ala. Karena amalan kebaikan tidak diterima dan tidak dianggap sebagai amalan shalih kecuali jika dengan niat yang ikhlas.

Dari Umar bin Khathab, Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya setiap amal itu bergantung kepada niatnya dan sesungguhnya setiap orang itu hanya akan mendapatkan sesuai apa yang diniatkannya. (HR.Bukhari dan Muslim)

2. Menasehati sesuai syariat

Selain niat yang harus ikhlas, cara memberikan nasehat juga harus benar dan sesuai dengan syariat.

Dalam hadits dari Abu Sa'id Khudhri, Rasulullah SAW memberikan tingkatan urutan dalam mengingkari kemungkaran. Beliau bersabda:

"Barangsiapa dari kalian melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa, ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hatinya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman." (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa ketika tidak mampu untuk mengingkari suatu kemungkaran dengan tangan maka tidak boleh nekat tetap melakukan pengingkaran dengan tangan, walaupun niatnya baik.

Namun berpindah kepada cara selanjutnya yaitu mengingkari dengan lisan. Ini mengisyaratkan wajibnya mengikuti tuntunan syariat dalam mengingkari kemungkaran dan juga dalam nasehat.

3. Menasehati dengan lembut

Ketika seseorang datang dan meminta nasihat maka hendaklah sambut dengan lemah lembut. Seseorang yang hendak memberikan nasehat haruslah memiliki sikap lembut, sensitif, dan beradab di dalam menyampaikan nasehat.

Meskipun orang yang meminta nasihat berada di jalur yang salah, hindari untuk menghardik dan mengungkapkan kalimat yang seolah-olah memojokkan.

Rasulullah SAW bersabda,

"Setiap sikap kelembutan yang ada pada sesuatu, pasti akan menghiasinya. Dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu, kecuali akan
memperburuknya. (HR. Muslim)

4. Menasihati secara rahasia

Sebaik-baik nasehat adalah yang dilakukan secara empat mata tanpa diketahui siapa pun, bahkan kalau perlu diberitahukan secara rahasia. Hendaknya memberi nasehat kepada orang lain tidak dihadapan pada orang banyak sehingga tujuan dari nasehat akan tercapai.

Menasehati seseorang di tengah keramaian juga akan membuat orang tersebut malu.

Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata: "Berilah nasihat kepadaku ketika aku sendiri. Jauhilah memberikan nasihat di tengah-tengah keramaian. Sesungguhnya nasihat di tengah-tengah manusia itu termasuk sesuatu pelecehan yang aku tidak suka mendengarkannya. Jika engkau menyelisihi dan menolak saranku. Maka janganlah engkau marah jika kata-katamu tidak aku turuti" (Diwan Asy Syafi 'i, hal. 56).

5. Jangan memaksa agar nasehat diterima

Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menasehati saudaranya tatkala melakukan keburukan. Sementara seorang pemberi nasehat hanyalah sebagai orang yang menunjukkan jalan, bukan memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya.

Ketika memberikan nasihat pada seseorang, jangan pernah memaksa orang tersebut menerima nasehat secara langsung. Dalam memberikan nasehat diperlukan hati yang lapang bila nasehat yang telah diucapkan ternyata tidak diindahkan oleh orang tersebut.

6. Mencari waktu yang tepat

Setiap orang tidak selalu dalam keadaan siap untuk menerima nasihat, terkadang ada kondisi jiwanya sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang menghalanginya untuk merenungi atau bahkan menolak nasehat tersebut. Pemilihan waktu yang tepat ini sekaligus menjadi penentu seseorang menerima nasihat.

Ibnu Mas'ud pernah bertutur: "Sesungguhnya adakalanya hati bersemangat dan mudah menerima, dan adakalanya hati lesu dan mudah menolak. Maka ajaklah hati saat dia bersemangat dan mudah menerima dan tinggalkanlah saat dia malas dan mudah menolak." (Al Adab Asy Syar'iyyah, Ibnu Muflih)




(dvs/lus)
Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads