Riya Adalah Pamer, Termasuk Sifat Orang Munafik dan Syirik Kecil?

Riya Adalah Pamer, Termasuk Sifat Orang Munafik dan Syirik Kecil?

Azkia Nurfajrina - detikHikmah
Jumat, 09 Des 2022 10:45 WIB
Banner kisah
Ilustrasi berdoa agar dijauhkan dari sifat riya (Ilustrasi: Zaki)
Jakarta -

Mengerjakan amal ibadah dengan niat ingin dipuji orang lain merupakan hal yang sia-sia. Ajaran Islam mengenal tindakan tersebut dengan sebutan riya atau pamer. Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai riya?

Syaikh Muhammad al-Utsaimin dalam Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4 menyebutkan definisi riya menurut bahasa, yakni bentuk nomina dari kata raa'a-yuraa'i-riyaa'a. Adapun riya adalah mereka yang beribadah kepada tuhannya agar dilihat orang lain sehingga mereka memujinya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Dikatakan bahwa orang yang berbuat riya, tidak ikhlas semata mengharap ridha Allah SWT dalam mengerjakan amalnya. Sementara Allah memerintah hamba-Nya untuk beribadah dengan hari yang tulus dalam Surah Al-Bayyinah ayat 5:


وَمَآ اُمِرُوْٓا اِلَّا لِيَعْبُدُوا اللّٰهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ ەۙ حُنَفَاۤءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلٰوةَ وَيُؤْتُوا الزَّكٰوةَ وَذٰلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِۗ

ADVERTISEMENT


Arab Latin: Wa mā umirū illā liya'budullāha mukhliṣīna lahud-dīna ḥunafā`a wa yuqīmuṣ-ṣalāta wa yu`tuz-zakāta wa żālika dīnul-qayyimah


Artinya: Mereka tidak diperintah, kecuali untuk menyembah Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya lagi hanif (istikamah), melaksanakan salat, dan menunaikan zakat. Itulah agama yang lurus (benar).


Larangan Riya


Penegasan Allah atas larangan riya tercantum dalam Surah Al-Baqarah ayat 264. Imam Nawawi dalam Riyadhush Shalihin juga menyatakan bahwa ayat ini merupakan dalil pengharaman riya.


يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِيْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَاۤءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِۗ


Arab Latin: Yā ayyuhallażīna āmanụ lā tubṭilụ ṣadaqātikum bil-manni wal-ażā kallażī yunfiqu mālahụ ri`ā`an-nāsi wa lā yu`minu billāhi wal-yaumil-ākhir


Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, jangan membatalkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan penerima), seperti orang yang menginfakkan hartanya karena riya (pamer) kepada manusia, sedangkan dia tidak beriman kepada Allah dan hari Akhir.


Syaikh Muhammad al-Utsaimin menjelaskan untuk tidak menyebutkan sedekah yang diberikan kepada orang-orang yang kurang mampu, bahkan hingga menyakiti mereka karena memandang rendah diri mereka.


Perbuatan semacam itu mampu menggugurkan pahala sedekah yang seharusnya didapatkan oleh orang yang bersedekah. Termasuk pula perilaku riya supaya mendapat pujian dari orang sekitar.


Dalil lain mengenai keharaman riya ada dalam Surah An-Nisa ayat 142:


اِنَّ الْمُنٰفِقِيْنَ يُخٰدِعُوْنَ اللّٰهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْۚ وَاِذَا قَامُوْٓا اِلَى الصَّلٰوةِ قَامُوْا كُسَالٰىۙ يُرَاۤءُوْنَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُوْنَ اللّٰهَ اِلَّا قَلِيْلًا


Arab Latin: Innal-munāfiqīna yukhādi'ụnallāha wa huwa khādi'ụhum, wa iżā qāmū ilaṣ-ṣalāti qāmụ kusālā yurā`ụnan-nāsa wa lā yażkurụnallāha illā qalīlā


Artinya: Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah membalas tipuan mereka (dengan membiarkan mereka larut dalam kesesatan dan penipuan mereka). Apabila berdiri untuk salat, mereka melakukannya dengan malas dan bermaksud riya di hadapan manusia. Mereka pun tidak mengingat Allah, kecuali sedikit sekali.


Disebutkan dalam Syarah Riyadhush Shalihin Jilid 4, bahwa ayat ini mengemukakan salah satu sifat yang dimiliki orang munafik, yaitu riya. Di mana mereka malas untuk mendirikan shalat, serta tidak semangat atau tidak cinta kepada Allah SWT. Melainkan menunaikannya dengan tujuan agar dilihat manusia.


Jenis-jenis Riya


Ahmad Zacky Al-Syafa dalam buku Ternyata Kita Tak Pantas Masuk Surga mengatakan bahwa riya terbagi dua:


1. Riya yang disebut khalish, yakni melaksanakan amalan semata memperoleh pujian dari orang. Yang mana pahala baginya adalah sanjungan dan ketenaran itu, bukan pahala dari Allah.


2. Riya syirik, yaitu mengerjakan ibadah yang diperintah Allah dan lantaran menginginkan sanjungan dari manusia. Sehingga bercampur antara perintah yang wajib dengan amalan berdasarkan hawa nafsunya.


Nabi SAW dalam sabdanya mengkhawatirkan riya yang semacam ini, sebagaimana dalam hadits dari Mahmud bin Labid Al-Anshari


إنَّ أخْوَفَ ما أخافُ عليكم الشِّركُ الأصْغَرُ، قالوا: وما الشِّركُ الأصْغَرُ يا رسولَ اللهِ؟ قال: الرِّياءُ؛ يقولُ اللهُ عزَّ وجلَّ لهم يومَ القِيامةِ إذا جُزِيَ الناسُ بأعمالِهم: اذْهَبوا إلى الذين كنتُم تُراؤون في الدُّنيا، فانظُروا هل تَجِدون عِندَهُم جزاءً؟


Artinya: "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan pada kalian adalah syirik kecil." Mereka bertanya, "Apakah syirik kecil itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab, "Riya"." Allah 'Azza Wajalla pada hari Kiamat ketika memberi balasan amal para hamba berfirman, "Pergilah kalian kepada mereka yang kalian riya' di hadapan mereka ketika kalian berada di dunia lalu perhatikan apakah kalian mendapatkan pada mereka balasan?" (HR Ahmad).




(erd/erd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads