Tawakal

Kolom Hikmah

Tawakal

Aunur Rofiq - detikHikmah
Jumat, 18 Nov 2022 08:01 WIB
Aunur Rofiq
Foto: Ilustrasi: Zaki Alfaraby/detikcom
Jakarta -

Tawakal atau tawakkul berarti mewakilkan atau menyerahkan. Dalam agama Islam, tawakal berarti berserah diri sepenuhnya kepada Allah Swt. dalam menghadapi atau menunggu hasil suatu pekerjaan, atau menanti akibat dari suatu keadaan. Tawakal juga berarti membebaskan diri dari segala ketergantungan selain-Nya dan menyerahkan keputusan atas segala sesuatunya hanya kepada Allah Swt. Dalam firman-Nya, "Dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. at-Thalaq ayat 3 ). Dasar tawakal adalah tauhid, artinya sikap tawakal kepada Allah Swt. akan terwujud jika seseorang telah menyakini sepenuhnya keesaan-Nya sebagaimana tertulis dalam kalimat tauhid, tidak ada tuhan selain Allah. Tidak ada sekutu bagi-Nya.

Oleh karena itu, jika seseorang menuju tawakal, semestinya akan menyadari kalau dirinya adalah seorang hamba, yang diciptakan Allah Swt. Sesungguhnya seseorang tersebut telah meraih kebajikan tertinggi. Kewajiban Rasulullah Saw. yang paling istimewa adalah kewajiban-kewajiban Beliau sebagai hamba Allah Swt. seperti tertulis dalam kalimat : 'Abduhu wa Rasuluhu...' Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya dan hamba-Nya.

Sebelum Rasulullah menjadi seorang utusan Allah Swt. Beliau adalah seorang hamba, ketika wafat maka tugas kenabiannya pun berakhir, namun Beliau tetap menjadi hamba-Nya yang paling dikasihi dan paling mulia. Ingatlah firman-Nya pada surah al-Fatihah ayat 5, " Hanya kepada Engkaulah kami menyembah, dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan."

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


Ayat ini menunjukkan dengan tegas bahwa sebagai hamba hanya menyembah kepada-Nya bukan selainnya apalagi pada makhluk, sedang kesulitan yang dihadapi hanya dapat memohon kepada-Nya karena Engkaulah yang mendatangkan kesulitan maupun kemudahan. Sehebat apapun manusia ( sebagai makhluk ciptaan-Nya ) tiadalah patut dijadikan sandaran apalagi disembah. Seorang Pemimpin Negara pun yang kekuasaannya besar dan sangat kuat juga bukan tempat untuk disembah maupun diminta pertolongan. Bahwa makhluk melakukan perbuatan untuk menolong itu hanyalah wasilah, tetaplah Allah Swt. yang memberikan pertolongan.

Penulis ajak mengikuti kisah para sahabat di zaman Rasulullah Saw. yang teguh dan kokoh penghambaannya kepada Allah Swt. Seperti Ammar bin Yasir yang dadanya ditusuk dengan besi panas, ada Mus'ab bin Umair yang jatuh tersungkur karena pukulan yang diterimanya setiap hari, rasa haus dan kelaparan yang dialami Sa'ad bin Abi Waqqas, namun sikap mereka tetap berkomitmen yang mengakar kuat untuk tetap menjadi hamba Allah Swt. Meskipun harus menghadapi semua kesulitan tersebut di atas. Menerima status sebagai hamba sangatlah penting, karena hal ini bisa mencegah seseorang menjadi sombong, zalim dan perbuatan lainnya yang seharusnya dijauhi. Sang Pencipta menghadirkan manusia di bumi untuk beribadah kepada-Nya, hal ini ada pada firman-Nya surah adz-Dzariyat ayat 56 yang berbunyi, " Dan Aku tidak menciptakan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku."
Mengabdi berarti manusia adalah hamba-Nya dan harus taat mengikuti perintah-Nya. Oleh sebab itu penghambaan manusia bersifat permanen sampai pada akhir hayat.

ADVERTISEMENT

Banyak kalangan kurang senang dengan istilah penghambaan, dianggap mempunyai konotasi negatif karena dianggap merendahkan. Bagi seorang mukmin penyerahan diri pada Sang Pencipta merupakan keharusan, justru memang hamba itu rendah, hina dan tidak berdaya di hadapan-Nya. Jika kita sebagai manusia belum bisa menerima sikap menghamba ini, maka risikonya bisa menjual diri, menukar yang kekal ( akhirat ) pada yang fana ( dunia ), membeli mahal sesuatu yang murah. Ini semua kerugian yang akan dihadapi.

Penghambaan ini merupakan pintu untuk masuk pada penyerahan diri kepada Allah Swt. Semoga kita semua tidak goyah dan tergoda dalam penghambaan pada-Nya.

Aunur Rofiq

Sekretaris Majelis Pakar DPP PPP 2020-2025

Ketua Dewan Pembina HIPSI ( Himpunan Pengusaha Santri Indonesia)

Artikel ini merupakan kiriman pembaca detikcom. Seluruh isi artikel menjadi tanggungjawab penulis. (Terimakasih - Redaksi)




(erd/erd)

Hide Ads