Wamenag: Salah Satu Ciri Haji Mabrur Adalah Hilangnya Kebanggaan Diri

Foto: Wamenag Romo Muhammad Syafii bersama rombongan Amirul Hajj menemui jemaah haji Indonesia di hotel. (Haris/detikcom)

Jakarta -

Wakil Menteri Agama (Wamenag), Romo Muhammad Syafii, mengungkapkan ciri-ciri orang yang memperoleh predikat haji mabrur. Menurutnya, haji mabrur ditandai dengan hilangnya kebanggaan terhadap hal-hal duniawi dan fokus total untuk taat kepada Allah SWT.

Wamenag menyoroti Surah Al-Baqarah ayat 200 yang menjadi landasan pemahamannya: "...Apabila kamu telah selesai menunaikan ibadah hajimu, maka zikirmu kepada Allah harus mengalahkan semua zikirmu kepada yang lain." Ayat ini, jelasnya, mengandung makna bahwa seorang haji mabrur akan kehilangan kebanggaan terhadap apa pun kecuali hasratnya untuk menaati Allah.

"Saya memahami ayat ini bahwa orang yang hajinya mabrur setelah selesai menunaikan ibadah haji, dia kehilangan kebanggaan terhadap apapun, kecuali keinginannya untuk mentaati Allah," ujar Wamenag, saat konferensi pers Haji yang disiarkan langsung di YouTube Kemenag RI, Selasa (3/5/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ia menjelaskan, seseorang yang mencapai haji mabrur tidak lagi merasa bangga atas faktor-faktor duniawi seperti keturunan, harta, dan pangkat. Melainkan justru menggunakan semua kelebihan itu untuk memperkuat ketaatannya kepada Allah.

"Misalnya dia berasal dari keturunan orang hebat, dia tidak lagi bangga akan hal itu. Ia justru ingin mewujudkan ketaatan kepada Allah melalui kelebihan tersebut," papar Wamenag.

"Demikian juga dengan harta dan pangkat. Semuanya diarahkan untuk manfaat dan kebaikan dalam rangka taat kepada Allah," lanjutnya.

Menurut Romo Syafii, manifestasi haji mabrur tercermin dari dua hal utama: peningkatan kualitas ibadah vertikal (hubungan dengan Allah) dan semakin kuatnya kesalehan sosial (ibadah horizontal).

"Kalau dua ciri ini ada pada orang yang kembali dari ibadah haji, saya berani mengatakan orang ini hajinya mabrur," tegasnya.

Wamenag berharap, para jamaah haji Indonesia dapat kembali ke Tanah Air dengan membawa semangat ketaatan yang lebih tinggi. Serta memberikan dampak positif yang nyata bagi masyarakat di sekitarnya.