Jemaah haji diminta untuk jaga kesehatan jelang puncak ibadah di Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna). Sebab, banyak jemaah yang wafat karena masalah jantung.
"Mengutip pernyataan dari Kasie Pelayanan Kesehatan Daker Makkah, mayoritas jemaah haji Indonesia yang meninggal disebabkan oleh penyakit jantung. Jadi, jemaah diminta untuk waspada," ujar Tim Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Ners Rendi Yoga Saputra, sebagaimana dikutip dari laman Kemenag, Rabu (12/6/2024).
Gangguan jantung bisa terjadi kapan pun. Di dunia, kegawatdaruratan yang berhubungan dengan kasus henti jantung masih menjadi penyebab utama kematian.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Indonesia telah berupaya mengantisipasi jemaah wafat di Tanah Suci. Salah satunya dengan pemeriksaan istithaah jemaah haji.
Pemeriksaan istithaah dilakukan pada jemaah haji saat pemeriksaan kesehatan tahap kedua, sebelum keberangkatan ke Tanah Suci. Jemaah haji dengan penyakit penyerta wajib berada dalam kondisi baik dan terkontrol melalui pengobatan rutin.
Menurutnya, jemaah haji dengan penyakit degeneratif memiliki risiko tinggi mengalami gangguan jantung.
"Apalagi etape perjalanan ibadah haji melalui beberapa tahap sejak embarkasi, penerbangan, perjalanan darat ke Makkah dan juga prosesi saat di Arafah, Muzdalifah, dan Mina," kata Rendi.
Untuk itu, jemaah yang sakit, lansia, dan berisiko tinggi (risti) wajib mempersiapkan obat rutin dalam jumlah yang cukup untuk seluruh perjalanan. Jangan lupa menyimpannya di tas yang mudah dijangkau.
"Ini penting untuk disiapkan jemaah saat Armuzna karena terkadang jemaah lupa menyiapkannya," kata Rendi.
Pengenalan dan deteksi dini gangguan jantung selama di Tanah Suci berguna untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian. Sehingga gangguan jantung dapat mendapatkan penanganan medis lebih cepat dari tim kesehatan.
Cara Mengenali Adanya Gangguan Jantung
Dalam rangka mengantisipasi gejala gangguan jantung, Rendi membagikan cara mudah mengenali adanya gangguan jantung bagi jemaah haji selama berada di Tanah Suci, yakni:
1. Kenali gejala yang mungkin muncul. Gejala tersering yang dialami jemaah adalah adanya nyeri pada dada seperti tertindih dan menjalar, dapat disertai pusing, muntah, serta kepala terasa sakit atau berat.
Jika jemaah haji merasakan atau melihat teman sekamarnya memiliki gejala tersebut, segera hubungi Tenaga Kesehatan Haji Kloter (TKHK).
2. Kendalikan faktor risiko. Bagi jemaah haji yang memiliki riwayat penyakit seperti hipertensi, diabetes, dan kolesterol, wajib meminum obat rutin dan melakukan kontrol di TKHK atau berkonsultasi dengan dokter spesialis di Poli Risti di Sektor.
Tindakan ini bertujuan agar jemaah yang sedang dalam pengobatan dapat dipantau kondisinya dengan baik. Diabetes, hipertensi, dan kolesterol yang tidak terkontrol dapat memicu munculnya gangguan jantung.
3. Pahami kapan memberikan kesempatan bagi tubuh untuk istirahat, terutama menjelang puncak ibadah haji yang membutuhkan kondisi fisik yang prima. Oleh karena itu, Tim Kesehatan mengimbau agar jemaah mendengarkan tubuhnya dan merespons saat tubuh memberikan sinyal untuk istirahat. Tidak memaksakan diri untuk ibadah sunnah dan fokus pada persiapan Arafah.
(hnh/rah)
Komentar Terbanyak
Sosok Ulama Iran yang Tawarkan Rp 18,5 M untuk Membunuh Trump
Daftar 50 SMA Terbaik di Indonesia, 9 di Antaranya Madrasah Aliyah Negeri
Laki-laki yang Tidak Sholat Jumat, Bagaimana Hukumnya?